Seperti hari biasa ketika siang menjelang, restoran D'Amour milik Seokmin ini tak pernah sepi dari pengunjung. Restoran prancis bergaya klasik miliknya memang sangat terkenal di kalangan atas-menjadikannya sebagai tempat favorit bagi bisnis berlangsung ataupun mengadakan pesta antar keluarga dan kolega.
Pada bilik dapur, terlihat juru masak yang sedang fokus menyiapkan hidanganya masing-masing. Bunyi desisan yang muncul akibat minyak yang bercampur dengan air pada teflon, serta gesekan yang bertalu-talu pada talenan plastik putih, menambah suasana yang begitu gaduh di dalam sana.
"Chef, awas!" Teriak Chan pada Seokmin yang tengah melamun, hendak menyipratkan minyak yang berada di spatula pada tangan kirinya yang sedang memegang teflon.
Seokmin terkesiap, segera sadar dari pikiran kosongnya
Entahlah apa yang ada di pikirannya. Tetapi beberapa pekan ini, pikirannya selalu bimbang tak menentu.
Seokmin memang tidak dapat mengingat dengan pasti tentang kronologis malam itu.
Ketika ia telah mabuk berat dan kehilangan akal sehatnya. Ia hanya menebak telah melakukan hal yang begitu buruk pada seorang gadis.
Menghancurkan hidupnya tanpa sengaja akibat amarah yang timbul karena memikirkan gadis lain yang meninggalkannya, ketika melihat beberapa tetes darah telah berada di sprei tempat tidurnya serta kondisi kamar tidurnya yang begitu berantakan saat ia terbangun.
Seokmin segera mengangkat masakan yang tengah ia kerjakan, menyajikannya dalam piring putih dengan lubang berbentuk bulatan yang berada di tengahnya, menghias makanan itu dengan cantik lantas menyiramnya dengan kuah yang telah ia siapkan sebelumnya.
"Bouillabaisse untuk meja 21 telah siap." ucapnya sambil menekan bel kecil yang berada di meja.
Makanan ini merupakan hidangan terakhir yang konsumennya pesan untuk menu utama siang ini.
Jam di dinding yang terus berdenting, menunjukkan bahwa jam makan siang telah berakhir.
Seokmin segera membuka apron yang tersampir pada pinggangnya, "Sisanya aku serahkan padamu, Sous Chef"
Ia menepuk pelan bahu lelaki yang sedang berada di sebelahnya.
"Yes, chef!" sahut lelaki itu lantang.
Seokmin tersenyum tipis sambil mengacungkan kedua jempolnya keatas, melangkahkan kaki nya dengan cepat meninggalkan dapur.
Ia begitu lelah, ingin menghirup udara segar, merefresh kan kembali otak nya yang kelewat penat.
***
Taehyung mengayuh sepedanya dengan kecepatan tetap, mengitari jalan kecil yang disekelilingnya terdapat rerumputan hijau.
Adik perempuannya—Ahra duduk tepat di belakang kemudinya, membiarkan terpaan angin membawa surai panjangnya bergelombang mengikuti arah mata angin.
Taehyung memutuskan untuk mengajak Ahra jalan-jalan sepulangnya dari Rumah Sakit. Kebetulan Taehyung sedang mengambil cuti beberapa hari karena menemani Ahra di Rumah Sakit. Ia takut Ahra akan kembali kabur darinya bila tidak ia awasi. Lagipula tidak ada berita eksklusif yang akan ia sorot.
Taehyung pikir adiknya juga perlu hiburan, mendekam terlalu lama di rumah juga tidak baik untuk kesehatannya. Ahra juga perlu vitamin D, untuk dirinya dan bayi yang tengah ia kandung.
Mereka berdua—Taehyung dan Ahra telah memutuskan untuk mempertahankan janin yang telah hidup di perutnya tanpa melupakan kenyataan bahwa adiknya telah menjadi korban kekejian seorang pria brengsek yang sampai sekarang belum ia ketahui pasti identitasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Crazy Girl
FanfictionDunia kerlap kerlip malam, membuat mereka terjebak dalam satu masalah. Puncaknya masalah itu timbul. Ketika Seokmin mengetahui bahwa wanita yang baru dua bulan lalu ia temui secara tidak sengaja telah mengandung anaknya. Dan parahnya lagi, wanita...