"Terkadang, pilihan yang terbaik adalah menerima...."
"...karena berusaha menghindar pun tak cukup membantumu keluar dari lika-liku labirin ciptaanmu sendiri. "
🍁🍁🍁
Aku terbangun dari mimpi burukku.
Mimpi buruk yang selalu terbayang di benakku.
Membasuh wajahku dengan guyuran air yang mengalir, tak cukup membuat pikiranku merasa jernih.
Wajahku yang muncul di kaca terlihat begitu hancur. Tak terbesit sedikitpun untuk mengobatinya.
Biarkan sajalah seperti itu.
Kejadian kemarin membuatku berpikir dalam.
Hatiku terasa perih karena aku begitu merasa bersalah.
Bagaimana bisa aku menghancurkan hidup orang lain?
Rasanya aku ingin lari dari kenyataan. Tetapi ku urungkan niatku karena yang menderita disini gadis itu. Bukan aku. Bisa-bisanya aku punya pikiran bodoh seperti itu.
Dasar pecundang.
Dengan asal, aku mengambil apapun yang bisa kupakai untuk berangkat ke restoran. Tentunya tidak lupa aku menggunakan masker dan topi hitam untuk menutupi wajahku.
Hanya saja, aku terlalu malas untuk menjelaskan. Terlalu malas untuk direcoki pertanyaan yang tak mendasar.
Rasa dingin yang menusuk kulit saat ku berjalan, tak cukup membuat otakku ikut membeku.
"Chef, chef! Apa yang kau lakukan??" Chan berteriak sambil menarik tubuhku kebelakang.
Ah. Sepertinya aku melakukan hal gila yang lainnya lagi hari ini. Hampir saja aku akan menabrak pintu kaca itu jika Chan tidak menarikku.
"Terima kasih chan-ah. Kau menyelamatkanku lagi" ucapku tulus padanya.
Aku benar-benar berterima kasih karena ia selalu menyelamatkanku untuk melakukan hal gila sekian kalinya. Sedikit terkulis senyuman di bibirku, hanya sekejap saja. Karena pikiranku kembali merenungi kesalahan yang telah kuperbuat.
"Eoh, chef tidak perlu berterima kasih. Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau menutupi wajahmu? Apa kau sakit chef?"
Chan memandangiku dengan khawatir.
"Aku tidak apa-apa, Chan-ah"
Aku menepuk bahunya pelan, berusaha meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja.
Sama sekali berlawanan dengan yang kurasakan sekarang.
Sungguh....aku sedang tidak baik-baik saja.
Tubuh serta pikiranku benar-benar hancur saat ini.
***
Kim Mingyu. Sialan.
Beraninya ia memarahiku hanya karena aku hampir membakar seluruh restoran. Dan ia dengan kurang ajarnya memanggil nama asliku tanpa embel-embel Chef.
Aku tau kita berteman. Tapi ini sungguh tidak sopan.
"Ya!! Lee Seokmin! Kenapa kau tidak menjawabku? Apa yang terjadi, hah??! Lebih baik kau pergi saja dari dapurku. Daripada kau membuat kegaduhan lagi disini."
Ia kembali memarahiku karena bibirku yang terus bungkam dan tak menjawab pertanyaannya.
Sejak kapan dapurku menjadi dapurmu? Aish.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Crazy Girl
FanficDunia kerlap kerlip malam, membuat mereka terjebak dalam satu masalah. Puncaknya masalah itu timbul. Ketika Seokmin mengetahui bahwa wanita yang baru dua bulan lalu ia temui secara tidak sengaja telah mengandung anaknya. Dan parahnya lagi, wanita...