Terlalu gelap. Kegelapan yang kian tak berujung. Bahkan kata kiasan tentang adanya cahaya terang usai melewati semua kegelapan dunia tak berarti.
Terlalu dingin. Dingin tak bertepi seakan berdiri di bekuan es ketika musim dingin datang menusuk hingga ke tulang belulang.
Seperti itulah hidup yang kini Ahra lewati.
Ahra terduduk kaku di lantai putih terlapis tehel, menatap dua tanda garis horizontal dihadapannya dengan raut wajah yang muram.
Ia melempar stick panjang yang berada di genggaman tangannya kesembarang arah, melampiaskan seluruh emosi yang sedang tersimpan penuh dalam hatinya.
Ini sudah ketiga kalinya.
Tetapi hasil yang ia dapatkan masih sama.
Positif.
Meremat kasar surai panjang miliknya, menundukkan wajahnya dalam-dalam pada lekukan lutut untuk menahan isakan yang sedari tadi ingin keluar dari balik bibirnya. Ia tak ingin membuat Taehyung yang sedang berada di luar sana berteriak penuh kekhawatiran padanya.
Sejak malam kelabu itu, ketika ia kabur dari Taehyung dan membuat setengah hidupnya terenggut oleh seorang pria yang bahkan tidak ia ketahui namanya.
Kondisi Ahra kini kian membaik.
Pada saat itu, ia bahkan harus menjalani berbagai macam pengobatan karena selalu kehilangan kesadaran dan berteriak histeris penuh ketakutan pada siapa saja yang pergi mendatanginya.
Baru saja beberapa minggu ia dapat pulang ke rumah. Terdapat hal lain yang menganggunya kembali.
Ahra tidak mengetahui pasti alasan kenapa ia selalu merasakan mual di pagi hari, layaknya seseorang yang terkena morning sickness.
Mengingat kembali tentang kejadian yang dialaminya bulan lalu, membuatnya berfikir kearah berbeda dan semua kecurigaan yang berada di pikirannya terasa benar saat mengingat bahwa ia belum kedatangan tamunya bulan ini.
Bermodalkan kabur dari Taehyung yang tidak bekerja di siang hari dan tengah tertidur lelap di ruang santai. Ahra nekat pergi ke apotek terdekat dengan cara berlari untuk meredam rasa penasaran yang ia miliki.
Ia sangat menyesali keputusannya, bila tau hasil yang akan keluar secara berjurut merupakan hasil yang sama sekali tidak ia inginkan.
Setelah cukup tepekur dalam lara. Ia bangun dari duduknya, melangkahkan kedua kakinya kearah wastafel, tersenyum sinis mendapati kondisi wajahnya yang telah hancur berantakan, melalui pantulan kaca transparan. Terbesit di pikirannya tentang mengakhiri hidupnya yang begitu memuakkan ini sekarang juga.
Derita ini, sungguh sulit untuk ia lewati sendirian.
Dengan pasti, ia melangkahkan kakinya kembali, menghampiri pinggiran persegi panjang di sudut ruang, memasuki tubuhnya kedalam sana. Menenggelamkan kepalanya dalam air yang telah terisi penuh lantas membiarkan tangannya terkulai kesamping tanpa tenaga.
Ia tak sanggup, dengan kenyataan bahwa ia telah memiliki nyawa lain yang hidup ditubuhnya.
Ahra bukan seseorang yang tega membunuh begitu saja. Ia takkan berani untuk membunuh nyawa lain yang telah berada di perut ratanya.
Ia lebih memilih untuk mati bersamanya, ketimbang hidup di dunia dengan ribuan hujatan yang akan di layangkan orang-orang padanya. Bukan hanya padanya, tapi juga pada Taehyung yang memiliki adik gila dan sekarang tengah hamil.
Ini lucu bahkan di tengah abad 21. Orang gila masih dianggap presensinya sebagai sesuatu yang menjijikkan.
Padahal tidak semua orang gila akan menjadi gila selamanya. Mirisnya lagi, begitu banyak penderita skizofrenia yang setelah mereka sembuh pun masih saja terisolasi dari publik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Crazy Girl
FanfictionDunia kerlap kerlip malam, membuat mereka terjebak dalam satu masalah. Puncaknya masalah itu timbul. Ketika Seokmin mengetahui bahwa wanita yang baru dua bulan lalu ia temui secara tidak sengaja telah mengandung anaknya. Dan parahnya lagi, wanita...