Ahra memandangi pemandangan luar dengan antusias melalui jendela berbentuk kotak di sudut kamarnya.
Ketukan pintu sebanyak 3 kali, membuatnya mengalihkan pandangan. Ia memandangi seorang lelaki yang tengah membawa nampan berisi air dan obat untuknya.
"Minum obatmu Ahra-ya" Taehyung meletakkan nampannya di nakas, menatap Ahra dengan tatapan tajam "Aku akan marah padamu, bila kau tidak mau minum obat"
Ahra mendengus kesal "Oppa, aku tidak gila!"
"Ya aku tau. Sekarang minum obatmu"
Ahra menatap Taehyung jengah. Percuma saja ia berbicara. Lelaki itu tak pernah mempercayainya.
Ia mendudukan dirinya di tepian ranjang yang berada di samping Taehyung, mengambil tablet obat warna warni itu lantas menelannya sekaligus.
Taehyung tersenyum puas, mengacak surai adinya itu dengan lembut "Good Girl"
"Aish. Berhenti mengacak rambutku yang begitu indah ini, Oppa!" Ahra memberengutkan wajahnya, merapikan rambut miliknya dengan jari tangannya.
"Oppa" panggilnya pelan.
"Wae?"
"Aku ingin keluar"
Taehyung mengernyit "Apa? Tidak. Aku tidak akan memperbolehkanmu hingga dokter bilang pengobatanmu berhasil"
"Oppa, aku tidak gila. Tidak dapatkah kau mengerti? Aku muak minum obat itu selama berbulan-bulan"
Taehyung menghela nafasnya kasar. "Coba saja kau berani keluar. Aku akan mencarimu. Biarpun kau berada di ujung dunia. "
"Oppa aku mohon" Ahra menatap Taehyung dengan tatapan memelas, bergelayut manja di lengan lelaki itu.
"Tidak. Oppa tidak akan pernah mengijinkanmu"
Ahra melepaskan pegangan pada lengan Taehyung, menatap Taehyung dengan tatapan marah.
Seakan terbiasa mendapat perlakuan dari adiknya itu, ia hanya tersenyum.
"Tidurlah. Ini sudah tengah malam"
Taehyung menarik tubuh Ahra kebelakang, membaringkannya pada kasur, menarik selimut hingga menutupi tubuh adiknya itu.
"Jalja, Ahra-ya"
"Jalja Oppa" gumamnya pelan. Sangat pelan, hingga tak terdengar di telinga Taehyung.
Taehyung beranjak dari posisinya, mematikan lampu kamar Ahra kemuian menutup pintu itu rapat-rapat.
***
Suara alunan musik memekakan pendengaran yang membuat seseorang menganggukan kepalanya, tarian vulgar dari gadis yang berada di depan tiang serta kumpulan orang yang tengah menggoda satu sama lain menjadi pemandangan yang tidak asing disini.
Terkecuali seorang lelaki yang tengah duduk pada pantry bar, memandangi gelas dengan warna kuning kecoklatan berisi Remy Martin di hadapannya.
Lelaki itu merasa tak terbiasa berada di tempat ini, telinganya begitu bising, mendengar dentuman musik berpadu dengan suara ramai lainnya. Sehingga ia hanya mengiyakan saran dari pelayan bar tentang minuman yang akan ia pesan.
Wajahnya begitu muram dengan rambut acak-acakan serta kerutan di dahinya yang tak kunjung hilang sejak ia melangkahkan kakinya pada pintu masuk.
Memasuki club malam adalah hal yang bukan menjadi kegemarannya. Ia adalah seseorang yang anti menginjakkan kakinya disini. Kalau saja masalah yang ia hadapi tidak terlalu berat.
![](https://img.wattpad.com/cover/125324318-288-k215432.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Crazy Girl
FanfictionDunia kerlap kerlip malam, membuat mereka terjebak dalam satu masalah. Puncaknya masalah itu timbul. Ketika Seokmin mengetahui bahwa wanita yang baru dua bulan lalu ia temui secara tidak sengaja telah mengandung anaknya. Dan parahnya lagi, wanita...