Excuse

117 14 0
                                    

Seokmin tidak bisa duduk tenang sedikitpun. Lelaki itu, terus berjalan bolak balik mengitari ruang rumah sakit tempat Ahra menginap, sambil melirik kearah kedua mata Ahra yang urung terbuka.

Kursi besi disamping ranjang itu telah sedari tadi ia anggurkan. Entah kenapa ia merasa tidak bisa duduk diam dan tenang saat ini.

Padahal penjelasan dari dokter mengatakan kalau Ahra baik-baik saja. Hanya kurang kadar hemoglobin diusia kehamilannya yang cukup muda.

Saat dokter bertanya Seokmin siapa, dan menanyai apa Seokmin suami Ahra, secara reflek ia menjawab iya. Membuat dokter yang bertugas menyuruhnya untuk lebih memperhatikan Ahra, memantau perkembangan bayinya tumbuh dengan check up selama sebulan sekali.

Ahra tidak perlu dirawat terlalu lama di Rumah Sakit, sang dokter memperbolehkannya pulang saat cairan infus yang sedang digantung ini habis dan memberinya obat penambah darah. Namun tetap saja Seokmin tidak bisa duduk diam dan tenang.

Perlahan-lahan setelah cukup menunggu lama, kedua mata coklat hazel milik Ahra pun terbuka. Seokmin berdiri disamping ranjang Ahra, menatapnya dengan cemas. "Ahra-ssi, apa kau sudah sadar? Aku akan memanggil dokter."

Ahra menahan lengan Seokmin. "Jangan panggil dokter."

Seokmin mengangguk, membawa tubuhnya untuk duduk disamping ranjang Ahra.

Ahra berusaha menyesuaikan pandangannya dengan lampu yang tiba-tiba masuk kearea matanya, ditanyai Seokmin setelah ia terbangun seperti ini, menjadi deja vu sendiri untuknya.

Ia mengitari pandangan kesekitar ruang. Mendengus pelan saat mendapati jarum infus yang telah terkait sekian kalinya dipunggung tangannya.

Mata Ahra mengerjap, "Apa yang kau lakukan disini? Apa kau yang membawaku?" tanyanya, memandangi Seokmin yang kini menatapnya.

"Iya, aku yang membawamu kesini."

"Ah, begitu... Ya! berhenti memperhatikanku! Kau membuatku tidak nyaman." Protes Ahra saat melihat pergerakan kedua mata Seokmin yang tak berhenti memandanginya.

Seokmin menggaruk bagian lehernya yang tidak gatal, lalu terkekeh pelan. "Maaf, aku hanya ingin memastikan apa kau benar baik-baik saja."

Ahra tersenyum, dengan bibirnya yang masih terlihat sedikit pucat. "Aku baik-baik saja, hanya sedikit pusing. Kau kau ingin pulang, pulanglah sekarang."

Seokmin menghela nafasnya lega, lalu menggelengkan kepalanya "Aku akan menemanimu disini. Istirahatlah lagi, apa kau ingin aku menurunkan sedikit posisi ranjangmu sekarang?" Seokmin meraih sebuah remote yang berada disamping ranjang Ahra.

Ahra mengangguk, tubuhnya terlalu lemah untuk marah ataupun mengusir Seokmin kembali.

Seokmin menekan remote tersebut, dan bagian ranjang atas Ahra secara perlahan sedikit demi sedikit turun kebawah.

"Cukup" ucapnya setelah menemukan posisi nyamannya untuk berbaring. "Apa Oppa tau aku disini?"

"Sepertinya belum, aku tidak punya nomor teleponnya, jadi aku tidak bisa menghubunginya." Seokmin duduk disamping ranjang Ahra dan menaruh kedua tangannya disana.

Hening. Mereka berdua terlalu canggung satu sama lain dan Ahra terlalu fokus memikirkan bagaimana reaksi Taehyung nanti saat tidak menemukannya dirumah. Ia bahkan lupa sejenak tentang bagaimana bisa Seokmin membawanya kesini.

Ahra ingin membalikkan tubuhnya, mencoba untuk tidur kembali, namun kedua matanya tanpa sengaja menangkap tangan Seokmin yang sedang berada ditepian ranjangnya.

"Astaga, apa yang terjadi dengan tanganmu?" teriak Ahra kaget saat melihat tangan kanan Seokmin yang telah dilapisi perban tebal.

"Ini?" Seokmin mengangkat tangan kanannya keatas."Aku hanya sedikit terluka saat memasak."

Married With Crazy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang