"Kenapa- Why did you guys save me? Why, huh?"
Air mata langsung datang ingin memperlihatkan wujudnya. Cowok di hadapan gue ini menganggap dirinya gak pantes untuk diselamatkan, tak sadar dengan fakta bahwa jika ia pergi, sahabat sahabatnya ini bakal gak punya hidup lagi.
"Ashton-"
Ucapan gue terhenti ketika dirinya berdiri dengan tegas sekaligus bergetar.
"WHY!? GUYS, ANSWER ME! WHY!?" gue mulai melangkah mundur ketakutan karena Ashton mulai meninggikan suaranya.
"I'M FUCKED UP! STOP FUCKING SAV-"
Entah apa yang terjadi, tapi gue udah berada disini, tepat di depannya. Tangan gue udah mengenggam tubuhnya erat, seperti gue bakal membunuhnya dengan seberapa kencang gue memeluknya, walaupun itu gak mungkin. Dia masih menyebutkan kata-kata yang gak bisa gue pikir apa maksudnya. Napasnya bergetar gak tenang dan gue sangat khawatir tentang itu.
"Ashton! Breath, okay?" betapa melegakannya setelah bisa gue rasakan napasnya mulai melambat. "Just breath,"
Posisi kami seperti ini untuk beberapa saat. Gue bahkan lupa kalau di ruangan ini gak cuma ada gue dan Ashton. Well, mereka salah juga gak menunjukkan kehadiran sama sekali.
"Ashton, we all love you, okay? Apapun yang loe pikir tentang kesalahan loe, kita tetep sayang sama loe. We'll never give up-"
"I just wanna go home,"
Kalimat yang keluar dari mulutnya membuat gue remuk dengan betapa banyak luka yang terdengar dari suaranya. Dia di tingkat yang sangat rapuh dan gue gak tau harus apa, heck, bahkan gue gak tau apa penyebab luka-luka dihatinya itu. Tatapan gue pun menyapu ruangan meminta respon dari yang lain. Gue yakin mereka juga mendengarnya.
Mata gue berhenti di cowok dengan gitar di tangannya itu. Luke hanya mengangguk dan gue pun membalasnya sama.
"Ok, then. We go home now, okay?"
•
Jadi, sesuatu akan terjadi malam ini. Gue, Fia, dan Gendis sedang berada di mall karena kami bakal beli beberapa hal untuk pesta malam ini. Ya, loe membaca dengan benar. Pesta.
Pesta yang gue maksud bukan acara ulang tahun atau apa, ini pesta anak kuliahan yang selalu ada di setiap hari jumat seperti merayakan bahwa besok adalah akhir pekan. Gue gak tau apakah gue harus kaya gini tapi gue gugup setengah mati.
Sama sekali gak pernah gue mendekati pesta-pesta atau semacamnya. Sejauh mungkin yang pernah gue alami cuma pesta ulang tahun Nadia yang mewah tahun lalu. Gambaran pesta nanti yang gue dapet cuman dari film-film yang pernah gue tonton.
Teenagers. Animal. Alcohol. Mess. Puke. Making out and... Sex.
Luke, Michael, dan Calum udah sering mencoba mengajak kami untuk datang dan kami menolaknya. Lebih tepatnya bukan kami, gue, hanya gue.
Gendis dan Fia pernah terperangkap ajakan mereka dan datang ke salah satu pesta di rumah Kaylee, the absulote whore in my public speaking class. Mereka meninggalkan gue sendiri di apartemen dan kembali dengan Fia yang bahagia karena lagu yang diputar oleh sang DJ selama pesta berlangsung adalah lagu-lagu Drake, yang mana adalah salah satu musisi kesukaannya. Kalau Gendis berbeda cerita, cewek yang satu itu 'dimuntahi' oleh salah satu cowok disana yang sempat mencoba menggodanya.
YOU ARE READING
Red and Promises [a.f.i]
Fanfic[Hazel and Problems's sequel] All i can see is red, And his promises that flew away. Kisah gue di Australia ini berawal buruk. Dia berubah. Gue masih bisa melihat hazel di matanya tapi sakit untuk menatapnya. Sesuatu telah menutupi sinar di mata ind...