Secret

15 4 0
                                    

(Michael's POV)

Hati gue benar-benar hancur. Seketika gue merasa semua yang terjadi adalah salah gue. Seperti ada seseorang yang melemparkan sekarung batu ke pundak ini.

Gue gak hanya melihat mobil yang sudah terbalik tak berbentuk di tengah jalan, tetapi gue melihat semuanya. Dari mobil merah, yang sekiranya lebih besar jika dibandingkan dengan mobil Luke, menghantam mereka sampai sekarang.

Semua menangis layaknya anak kecil tak bisa apa-apa. Karena ini udah terjadi dan gak ada tombol rewind dimana-mana. Jika satu dari kami ikut campur, gue yakin akan menambah buruk keadaan.

Hati gue menolak untuk menatap tubuh mereka, gak mau tau betapa parahnya. Yang bisa gue ekspektasikan adalah luka dan darah.

Luke teriak tanpa kami kira dan berlari untuk melihat mereka, menabrak semua petugas yang ada. Dia entah kenapa dalam level yang sangat emosional daritadi. Badan gue ingin menariknya kembali tapi bernapas aja gue susah.

Yang selanjutnya terjadi Luke udah ditangan petugas-petugas itu, kemungkinan besar dirinya diberi bius atau aapun, gue gak bisa berfikir sekarang. Siapapun gue mohon, pukul kepala gue sekarang agar gue pingsan karena sampai sekarang mata gue seperti gak bisa menutup.

I just wanna be a dust right now

(Luke's POV)

"Luke, calm down... you are alive," 

Adegan dua sahabat gue yang tragis tergantikan dengan wajah Gendis. Matanya terlihat khawatir menatap gue yang ngos-ngosan.

"Barusan cuman mimpi?"

Ia langsung menghindar untuk menatap gue.

It was real.

"It'll all gonna be okay. You know they both are so strong, right?"

Hanya ada gue dan Gendis di ruangan putih ini. Yang lain berada di ruang tunggu, sepertinya. Wait- why me-

"Ndis, kok gue disini?"

"You've got panick attack,"

Mata gue melebar. Sama sekali gak pernah gue mengalami itu, bahkan berfikir akan mengalaminya aja enggak.

"What is wrong with you, Luke? Loe yang daridulu paling tenang, tapi sekarang loe yang freaking the hell out. Loe kenapa, sih?"

Kening gue berkerut karena gue juga gak tau kenapa. Selama ini emosi Michael, Ashton, dan Calum lebih parah dari gue. Layaknya gue yang mengambil peran sebagai penenang.

"Do you like Naura?"

"What?"

"Wait- or... Ashton?"

"Luke, are you okay now?"

Saat tubuh gue udah terlihat olehnya, yang sedang menunggu dengan resah di ruang tunggu, Michael berdiri bagaikan menyambut gue. Tangan Gendis berada di punggung seperti menuntut gue yang masih tak bisa seimbang.

"I'm okay, now. How are they?"

"Kepala Naura terbentur keras, tapi syukurlah masih bisa ditangani. Kakinya patah dan banyak luka di badannya. Tinggal menunggu ia suiman, ada Fia yang jaga di ruangannya. Sedangkan Ashton..."

Michael menarik napas dalam sambil menutup matanya. Gue pun melakukan hal yang sama, bersiap dengan apa yang akan ia katakan.

"He- he is in coma. Lima tulang rusuknya patah, ada luka dalam di otaknya. Dokter bilang... kemungkinan besar dia gak akan inget kita saat dia bangun,"

Red and Promises [a.f.i]Where stories live. Discover now