Memory

13 3 0
                                    

(Ashton's POV)

Melihatnya terkapar di ranjang itu... i feel numb. Apakah gue harus bahagia karena akhirnya monster itu tak berdaya? Tapi yang berada di otak gue adalah... Siapa monster itu?

"Mommy, what happened to your face?"

Jari gue menyentuh pipinya yang memar, sekitar matanya yang menghitam, bibir bawahnya yang terbuka berdarah.

"I fell,"

Bohong. Gue tau bukan fakta. Mungkin memang umur gue hanya lima tapi gue gak bodoh.

Jatuh gak akan membuat hitam dimatanya. Jatuh gak akan menciptakan memar yang selebar pukulan tangan pria. Jatuh gak akan membuka luka di bibirnya separah gigitan seseorang tak punya perasaan.

Jatuh... gak menyakiti mental dan hati.

"Mommy," bibir gue bergetar menahan tangis. Ada monster itu diujung sana, gue takut untuk mengeluarkan air mata. Katanya, menangis hanya untuk wanita.

Warna-warni hiasan pesta di ruang tamu berganti menjadi hitam-putih sedih. Polisi dan orang-orang yang datang ke pesta ini mengatakan "i'm sorry," layaknya akan mengembalikan dirinya hidup kembali.

Dada gue mulai sesak menahan jiwa yang ingin teriak. Aku ingin berlari ke arah jasad itu, memintanya untuk membuka mata.

But dead is dead, no one will ever comeback.

"WHAT!? You're gonna perform in a school assembly? YOU? YOU OUT OF ALL PEOPLE!?"

Tangan kotornya dengan kasar menjambak rambut gue. Tubuh kecil gue bergetar ketakutan. Gue merasa bodoh! Setelah semua pertanyaan yang sama tertuju padanya harusnya gue sadar! Sadar!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 18, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Red and Promises [a.f.i]Where stories live. Discover now