Crash

18 4 0
                                    

Kami semua otomatis berlari keluar tanpa memikirkan sekitar. Bahkan Calum membiarkan rumahnya dihuni remaja-remaja mabuk itu sendiri.

Mereka benar, mobil hitam itu gak ada. Otak kami seperti berjalan lancar menggabungkan potongan puzzle ini. Gue tau dengan jelas kalau Naura gak bisa nyetir. Mobil Luke gak ada, Ashton gak ada, Ashton membawa mobil itu bersama Naura di dalamnya.

"Fuck!"

Luke meluapkan amarahnya kembali, menendang-nendang tenah dengan emosinya. Jika seseorang gak tau apa yang terjadi, pasti akan mengiranya sebagai orang gila.

"Luke, calm down,"

"How am i gonna calm down!? Ashton is drunk, Michael!"

"Yaudah tenang aja!" Luke diam saat gue ikut emosi juga, meninggikan suara gue. "Kalau loe malah emosi kaya gitu masalah ini gak selesai!"

Matanya kini menunduk sambil mengatur napas.

"Jadi, gimana sekarang?" tanya Fia.

"Okay, Cal, loe keluarin mobil loe sekarang nanti gue pinjem buat nyari mereka, fia ikut gue," cewek itu mengangguk. "Nah, Gendis, gue tau loe bisanya pake yang matic, jadi loe nyetir mobil gue-"

Sebelum Luke menolak, gue udah bersuara lagi, "-Loe tetep ikut tapi gue ga mau loe yang nyetir, gue gak mau ada kejadian buruk lain. Cal, habis loe ngeluarin mobil, gue mohon loe di rumah aja, usir semua orang didalem, dan sadarin diri kalau bisa,"

Calum menurut saja tanpa membantah. Dia lari kembali ke rumah dan keluar dengan mobilnya. Kuncinya diserahkan ke gue dan gue menyerahkan punya gue ke Gendis.

"Terus, kita bakal pisah atau gimana?" pertanyaan yang daritadi gue gak pikirkan dikeeluarkan oleh Gendis.

Gue diam untuk berpikir. Di tengah gue mencari jawabannya, Fia menemukan duluan.

"Ashton is drunk, there is no way he could think of turning the other way around. Luke parkir paralel menghadap ke sana, berarti mereka ke sana," kami mengangguk-angguk setuju dengan teorinya.

"Nah, Luke, Fia, kalian berdua pegang hp biar untuk saling bertukar kabar,"

Sesaat kemudian semuanya menuruti perintah gue layaknya gue seorang pemimpin. Mereka ke mobil masing-masing dan Fia langsung menghubungkan telponnya ke milik Luke.

(Naura's POV)

Ini terjadi sangat cepat. Pertama, gue masih termenung diatas mobil dan ketika pintu pengemudi terbuka, gue abaikan awalnya karena gue kira itu Luke, tapi saat gue menengok, yang ada malah cowok yang daritadi memenuhi pikiran gue.

Kedua, sekarang gue berteriak kepadanya seperti kami masih berada di ramainya pesta, tetapi tubuh gue berusaha sebisanya untuk jauh darinya. Menghimpitkan diri ke pintu mobil sampai sakit.

"Ashton! Pinggirin mobil-"

"Are you scared of me?"

Gue memberhentikan perilaku gue, menatapnya sebagai orang aneh.

"What?"

"Are you scared of me, Naura?"

"Loe ngomongin apa, sih!? Pinggirin mobil aja-"

"ARE YOU SCARED OF ME!?"

Tangannya masih ada di setir mobil tapi setengah badannya maju mendekat ke gue, mendesak agar menjawabnya. Betapa gak sukanya gue dengan notasinya juga membuat gue diam.

"FUCKING ANSWER ME! ARE YOU SCARED OF ME!?"

Mulut gue terbuka tapi gak ada kata apapun yang terlontar untuk membalasnya. Matanya berisi amarah, kesedihan, dan banyak emosi lain yang gak bisa gue baca.

Sebelum gue menemukan apa yang gue cari. Bahkan gue gak tau apa yang gue cari. Ashton kembali ke posisi yang seharusnya, duduk tegak sambil terisak.

"You scared of me. His DNA is in my blood. His fucking DNA!"

Gue menganggap gue bego karena gue gak bisa paham apa yang dia bicarakan. Who is 'his'?

"Gue gak t-takut sama loe, Ash! Engga!"

"I can see from your fucking eyes, Naura! It all seem scared!"

Gak ada lagi jawaban yang bisa gue kasih. Yang ia katakan benar. Gue takut sama dia yang ini. Hanya yang ini. Ashton yang setiap kali gue berkata akan membalas nada yang tinggi.

Gue menelan ludah berusaha menghilangkan perasaan yang ada. Mulai membuka mulut untuk menenangkan dirinya.

"Ashton, y-you are not scaring me, okay? But now, you have to stop the car. You are drunk, Ash,"

"Ya tuhan," mata gue menatapnya bingung saat wajahnya berubah pucat, seperti baru saja melihat hantu di tengah jalan. "OH MY GOD I'M DRUNK! I'M GONNA KILL MY MUM! OH MY GOD! I AM A MURDERER!"

Ashton udah gak masuk akal dan gue makin gak tau harus apa. Mobil udah benar-benar berjalan gak menuruti peraturan, dengan kecepatan yang tinggi dan kanan kiri yang gak jelas.

kami seperti peran-peran dari sebuah film, dan pikiran gue melihat scene ini, ia berteriak "BEGO! TENANGIN DIA!" dan gue gak melakukan apa-apa karena berbeda dunia.

Itulah yang gue rasakan. Di otak gue banyak ide untuk membuat dirinya tenang tetapi syaraf gue tidak bisa diajak kompromi, alhasil gue diam dengan Ashton menangis keras layaknya tidak waras.

Bahkan saking besarnya dinding pembatas pikiran dengan gerakan di tubuh gue, saat ada sebuah mobil bergerak dari samping menabrak kami, gue hanya menatap dua lampu dari mobil itu mendekat dan mati.

Badan kami melawan gravitasi, gue, Ashton, dan mobil ini. Berputar-putar tanpa tujuan dan waktu yang jelas kapan berhenti.

Kaca-kaca yang berada di pintu mobil pecah berkeping-keping. potongannya memantulkan terangnya lampu jalan sekaligus bulan diatas sana. Terlihat indah, tetapi bisa melukai. Seperti Ashton tadi.

Yang sebelumnya berjalan lambat seketika mobil berhenti layaknya ada seseorang disana yang menekan tombol fast motion. Langsung datang sakit yang luar biasa. Saking parahnya sampai gue ga bisa merasakan apa-apa.

Keajaiban, gue masih bisa melihat sekeliling. Mendengar jeritan-jeritan yang familiar di luar. Tangisan dari sahabat-sahabat gue pun ada. Sirine ambulan yang entah karena memang gue udah lama dalam posisi ini, atau mereka yang datang cepat, membuat penging di telinga.

Tapi diantara semua itu, ada satu frame yang sangat menyayat.

Dengan banyak luka di dirinya, Ashton masih berusaha untuk membuka matanya. Banyaknya malam yang gak ia gunakan untuk tidur terlihat dari merah matanya.

Terakhir sebelum semuanya hitam, gue yakin gue gak berhalusinasi, kalau tangannya, sempat berusaha menggenggam milik gue.

Dan disaat itu juga, gue merasa seperti bisa melihat janji-janji yang gue kira ia lupakan, datang lagi kembali ke arah kami.

I hope everything will change after i wake up.

WAW

Published - 16/12/17

~anak cheerleader

Red and Promises [a.f.i]Where stories live. Discover now