Pagi itu Jennie sudah berada di bandara untuk mengantar mamanya. Mama Jennie memutuskan untuk kembali pindah ke New Zealand lagi untuk menemani Tuan Kim di sana.
"Jaga diri baik-baik, jangan lupa makan, hubungi imo-mu (tante) kalau ada apa-apa, walaupun imo-mu sering berada di Jepang, setidaknya ia bisa datang lebih cepat dibanding mama", ucap mama Jennie sambil memeluk erat putri semata wayangnya itu. Sedangkan yang diajak bicara hanya mengangguk sembari mengusap air matanya.
"Chim-ah, imo titip Jennie. Kau harus segera memindahkan barang-barangmu ke rumah", lanjutnya.
"Ne imo, Chim akan pindah ke sana setelah mengantar imo", jawab Jimin seraya memeluk imo-nya. Mama Jennie memang telah meminta Jimin untuk tinggal di rumah Jennie, dan mama Jimin tidak keberatan sama sekali mengingat orang tua Jimin lebih sering berada di Jepang.
"Yoongi-ya, jaga Jennie baik-baik", mama Jennie memeluk Yoongi. Beberapa bulan ini Yoongi sudah seperti putranya sendiri karena sering sekali berkunjung ke rumah Jennie hanya untuk sekedar makan atau bersantai.
"Pasti eomeoni, Yoongi akan menjaganya dengan sangat baik", Yoongi membalas pelukan wanita yang sudah dianggapnya seperti ibunya sendiri itu.
-MIDDLE-
Suasana rumah Jennie begitu senyap, di ruang keluarganya hanya ada dia dan Yoongi. Supir dan asisten rumah tangganya sedang mengerjakan pekerjaan lain.
"Jangan bersedih, ada aku dan Jimin yang tidak akan membiarkanmu kelaparan", Yoongi terkekeh sambil mengusap pelan puncak kepala Jennie. "Jimin akan kemari nanti malam, biarkan dia mengemas barang-barangnya dulu. Kau ingin melakukan sesuatu, huh?"
"Aku ingin makan pasta", ujar Jennie.
"Baiklah, ganti bajumu dan kita pergi", Yoongi meraba kantong celananya mencari kunci mobil.
Jennie menggeleng, "aku ingin kau yang memasak".
"Mwo?"
Jennie mengerucutkan bibirnya.
"Baiklah baiklah, ayo kita beli bahannya di supermarket dekat sini", Yoongi menarik tangan Jennie. Tanpa sadar Jennie tersenyum memegang telapak tangan hangat milik Yoongi.
-MIDDLE-
Mereka berdua membawa sekeranjang penuh belanjaan. Tak hanya membeli bahan untuk pasta, Yoongi juga membeli makanan ringan untuk disimpan di kulkas Jennie.
"Woah kau benar-benar menganggap itu rumahmu, huh?" ujar Jennie sewot.
"Mamamu akan senang kalau memang itu benar terjadi", Yoongi berjalan meninggalkan Jennie yang melotot keheranan.
Beberapa langkah mereka berjalan, ada seorang gadis kecil yang tampak kebingungan, usianya kira-kira masih 5 tahun. Mukanya terlihat bahwa gadis itu bukan dari orang tua asli Korea. Rambutnya yang coklat, pipinya merah seperti apel, serta bola matanya yang bulat tampak menggemaskan. Jennie memutuskan untuk menghampirinya.
"Apa kau mencari sesuatu, cantik?" tanya Jennie.
"Eomma..." suaranya parau. Air mata di pelupuk matanya menetes.
"Dimana eomma-mu?" Jennie dan Yoongi reflek menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari keberadaan ibu si gadis itu.
"Kemarilah, jangan menangis. Eonnie dan oppa akan membantumu mencari ibumu. Siapa namamu?" Jennie menggandeng gadis kecil itu memutari supermarket, sementara Yoongi berjalan di belakangnya.
"Lauren", jawabnya sambil terisak.
"Lauren-ah kalau kau menangis, pipimu akan basah. Dan ibumu tidak bisa menemukan anaknya yang cantik karena pipinya basah. Eonnie akan mengeringkan ini, kemudian kau tidak boleh menangis lagi, ok?" Jennie mengusap pipi merah gadis kecil itu.
"Jennie-ah ayo kita ke bagian informasi. Mungkin ibunya sedang menunggunya di sana", usul Yoongi.
Dan benar saja ada seorang wanita sedang kebingungan.
"Eomma!" gadis kecil itu berlari.
"Laurenku", mereka berdua berpelukan dengan haru.
"Apa kalian berdua yang menemukan Lauren?" tanya ibu si gadis kecil tadi.
"Iya nyonya", jawab Jennie singkat.
"Terima kasih banyak, semoga kalian segera dikaruniai putri cantik seperti Lauren".
Jennie dan Yoongi hanya saling pandang.
"Ah gomabseubnida, tapi kita belum menikah", jawab Yoongi cepat. Ia melirik ke arah Jennie tetapi mimik muka Jennie kurang nyaman.
"Mianhe-yo, ku kira kalian pasangan baru. Kalian terlihat cocok satu sama lain", wanita itu kemudian berpamitan pada Jennie dan Yoongi.
Jennie memegang pipinya, masih dengan mimik muka bingung. Yoongi jangan ditanya, ia sedang senyum-senyum karena dibilang cocok menjadi suami Jennie.
-MIDDLE-
Dalam perjalanan mereka pulang, Yoongi hanya memperhatikan Jennie yang diam seribu bahasa semenjak ia keluar dari supermarket. Yoongi pikir Jennie kurang nyaman dengan perkataan wanita tadi.
Apa dia benar-benar tidak ingin menikah denganku? - Yoongi
"Ada apa?" tanya Yoongi.
Masih belum ada jawaban.
"Jennie-ya kau kenapa?" Yoongi memegang telapak tangan Jennie.
"Apa aku seperti seorang ahjumma?" tanya Jennie.
"Wae?" Yoongi masih belum bisa mencerna pertanyaan Jennie.
"Ibu gadis kecil tadi mengatakan semoga aku memiliki anak seperti anaknya. Jujurlah, apa mukaku seperti seorang ahjumma?"
Yoongi terbahak, "Itukah yang mengganggumu daritadi?"
Jennie mengangguk cepat.
"Itu tidak benar, kau terlihat cantik", Yoongi tersenyum tulus.
"Seperti seorang ahjumma?"
Yoongi menggeleng, kemudian ia memegang kedua pipi Jennie dan menatapnya dalam, "Tidak Jennie Kim, kau cantik dan kau tidak seperti seorang ahjumma".
Jennie merasakan hangat di pipinya. Tidak hanya di pipi, ia merasakan ada sesuatu yang serasa ingin mencuat keluar dari dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Middle (BLACKPINK x BTS) [COMPLETED]
Fiksi RemajaJennie seorang mahasiswi ekonomi, tak sengaja bertemu cinta pertamanya saat ia tinggal di New Zealand dulu. Sementara itu ada lelaki lain yang berusaha membuatnya nyaman, agar Jennie tak menjauh darinya hingga ia berani menyatakan isi hatinya. Mana...