pendar pertama

879 56 15
                                    

sorry for typo

hope you enjoyed the story

.
.
.

karena mereka yang indah
tak akan pernah abadi keberadaannya

layaknya bunga dan senja

.

.

Kim Seokjin itu, bagai candu untuk nya , candu yang benar benar akan membunuhnya jika sehari saja mereka tidak saling terkait .

Menurut Namjoon, Seokjin itu bagaikan kaffein yang tiap pagi ia sesap, candu, dan racun .
Candu, karena kehadiran Seokjin di sekitarnya benar benar telah menjadi rasa keharusan .

Racun,layaknya menyesap si hitam , Namjoon selalu merasa gelisah dan gemetar setelahnya ,begitupun kehadiran Seokjin yang selalu membuatnya gelisah tiap dirinya mulai berfikir,bagimana membuat pemuda manis itu tetap berdiri di sampingnya ,tanpa pernah berfikir untuk meninggalkannya seorang diri .

Sungguh memikirkan semua itu ,membuat namjoon gemetar akan rasa takut kehilangan .

Bukan bermaksud melebih-lebihkan ,hanya saja Namjoon telah benar benar mencintai pasangan hidupnya yang cantik itu, bagaimana tidak? , tiga tahun menjalin kasih , lalu namjoon mulai memberanikan diri untuk melamar Seokjin, hingga  satu tahun yang lalu, tepatnya,  tanggal 13 Desember , mereka meresmikan hubungan mereka menjadi pasangan sehidup semati .

Membangun rumah tangga bersama seseorang ,tak pernah sekalipun terbesit di dalam pikiran seorang yang kaku seperti Kim Namjoon, namun Seokjin, seakan akan menyelinap masuk kedalam relung kosong di dalam hati Namjoon, mengisinya sedikit demi sedikit ,hingga menjadikannya hidup kembali.

.
.
.

"Namjoonie , apa kau sudah selesai?,aku akan menutup kordennya dan segera pergi ke taman belakang"

suara nan halus menyapanya , seakan membelai lembut telinga serta akal sadarnya yang sedari tadi menjelajah entah kemana.

"ah Jinseok, tutuplah kordennya , aku sudah selesai, setelah ini aku akan pergi mandi "

Seokjin berjalan pelan, menghampiri sang suami yang kini duduk pada sofa coklat empuk di depan tv ,lengkap dengan  laptop yang berada di pangkuannya , sejenak pemuda manis itu menarik nafas dan menghembuskannya perlahan .

Seokjin merengkuh tubuh sang suami, lalu menyandarkan kepalanya pada  bahu tegap lelaki tersebut .

"ada apa sayang?"

Namjoon mengusap tangan sang istri yang merangkulnya dari belakang dengan lembut.

Seokjin menggeleng pelan , lalu beralih mengecup pipi sang suami penuh sayang.

"tak ada apa apa , hanya rindu saja , Namjoonie sangat sibuk akhir akhir ini "

Namjoon terkekeh pelan , lalu tangannya mulai memindahkan laptop yang sedari tadi berada di pangkuannya ke atas meja di hadapannya .

"kemarilah , duduk di pangkuanku"

Seokjin dengan senang hati menuruti sang suami , pasalnya dirinya benar benar rindu kepada suaminya tersebut.

Namjoon memperhatikan sang istri dengan sungguh sungguh , menurutnya , segala sesuatu yang ada pada seokjin itu sempurna .
Sejenak, netra mereka saling bertemu , menyalurkan tatapan rindu dan cinta yang seakan saling terkait satu sama lain .

"sedari tadi siang aku di rumah Jinseok, tapi kau tak datang untuk duduk bersama dengan ku, kau hanya membawakan ku cemilan ,lalu pergi lagi entah kemana"

golden hour Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang