GUGUR

2.5K 133 7
                                    

Rindu berlari ke ruang tamu asrama. Katanya ada tamu yang mencari Rindu. Petugas piket bilang, namanya Kasno dari kampung Pijenan. Dalam pikiran Rindu, pasti ada apa-apa dengan Simbok, sampai Lek Kasno mencarinya ke pondok pesantren.

"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam, .. Rindu."
"Ya Lek, ono opo ? Kok sampe ke sini?"
"Ndu, Simbokmu sakit. Sudah kami bawa ke RSUD. Ayo kita kesana sekarang saja."
"Iya Lek, sebentar aku ambil tas."

Rindu berlari ke asramanya mengambil tas dan pamit kepada petugas piket asrama. Tak lama kemudian  dengab Honda Astrea milik Lek Kasno, Rindu dibonceng ke RSUD.

"Lek, sebenarnya Simbok sakit apa?"
"Batuk terus Nduk. Badannya menggigil. Nafasnya susah. Simbokmu kan punya penyakit asma."
"Asma-nya kumat lagi Lek?"
"Iya Nduk. Sehari setelah kamu pergi ke pondok Simbokmu tumbang. Batuk tiada henti sampe susah nafas."
"Simbok ..😢😢😢😢"

Rindu merasa perjalanan menuju RSUD sangat lama. Padahal normalnya hanya setengah jam dari pondok pesantren. Terbayang di pelupuk matanya, Simbok yang renta sedang menahan sakit.

Tibalah mereka di parkiran RSUD. Rindu langsung berlari ke bangsal yamg disebutkan Lek Kasno. Lorong Mawar kamar nomor 14.

"Simbokk...."
Rindu segera meraih tangan Simbok yang tidak diinfus. Di hidung dan mulutnya sudah terpasang berupa-rupa peralatan medis. Rindu merasa ngeri sendiri. Di sampingnya, ada dokter yang sedang mengecek kondisi Simbok.

"Tenang dulu Mbak. Ibunya sedang dalam kondisi kritis. Kami berjuang untuk membiat detak jantungnya stabil. Tetapi hidup-mati memang kehendak yang Kuasa. Lebih baik, ibunya di talqin Mbak."

Rindu meraih tangan Simbok.
"Laa illa ha illallah."
Air mata Rindu bercucuran. Sungguh jika Simbok pergi, dirinya tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini.
"Mbok, ini Rindu. Simbok jangan pergi."
Rindu mengelus perutnya sendiri. Di dalam sana, ada kehidupan yang belum ia beritahukan kepada Simboknya.

Tiba-tiba dokter dan perawar panik luar biasa. Berbagai alat dibawa ke kamar Simbok. Berkali-kali doktee mengecek denyut nadi Simbok. Hingga akhirnya para dokter pasrah.

"Maaf Mbak, ibu anda tidak bisa kami selamatkan. Kondisinya sudah parah, dan terlambat dibawa ke rumah sakit."

Dan seketika Rindu merasa pandangannya gelap semua. Rindu pingsan. Dan Lek Kasno beserta tetangga yang lain mengurus pemakaman jenazah Simbok.

Bu Nyai Latifah seusai melayat di Pijenan menengok Rindu yang dirawat di rumah sakit. Rindu masih tertidur pulas karena kepayahan.

Seorang dokter wanita nampak menuju ruangan Rindu dirawat.
"Maaf, keluarga Mbak Rindu?"
"Iya, saya dok. Saya Bu Nyai pesantren tempat dia tinggal."
"Bai Bu. Maaf saya akan menyampaikan sesuatu terkait kondisi pasien."
"Ya Bu. Saya siap mendengarkan."
"Ibu Rindu dalam keadaan lelah, dan dia sedang mengandung kira-kira berumur tiga bulan kandungannya. Namun maaf, tidak bisa kami selamatkan karema tadi terjatuh saat pingsan dan mengalami pendarahan hebat. Janin terpaksa di angkat, agar ibunya selamat"

Bu Nyai terhenyak kaget. Beberapa kata nampak berkelebat di pikirannya. Hamil, janin, gugur. Bu Nyai bahkan tidak tahu jika Rindu dalam keadaan hamil.

"Baik Dok, saya paham."
"Sebaiknya Ibu Rindu tidak dalam keadaan stress atau depresi. Ini akan sangat mempengaruhi psikologisnya kedepan. Ibu Rindu harus tenang dulu."
Bu Nyai Latifah tampak mengangguk.

Di ranjang tempar tidurnya. Rindu nampak menggeliat. Bu Nyai segera meghampirinya.

"Nduk, sudah bangun."
"Bu Nyai?"
"Iya, ini Bu Nyai. Kamu istirahat dulu. Tenang. Tidak usah mikir werno-werno."
Rindu nampak mengangguk.
"Jenazah Simbok bagaimana Bu?"
"Alhamdulilah. Sudah diurus pemakamannya oleh tetangga dan Pak Kyai juga."
Rindu nampak meraba perutnya. Dahinya berkerut.
"Bu Nyai, saya mau jujur."
"Iya, Bu Nyai tahu kok apa yang kamu sembunyikan. Bu Nyai gak akan marah. Saya menyimpan banyak pertanyaan tapi nanti saja. Yang penting kamu pulih dulu."
Bu Nyai mengelus dahi Rindu. Air mata Rindu meleleh membasahi pipi
"Sudah to Nduk. Kamu nggak boleh stress."
"Sa...sa..saya diperkosa Bu."
Air mata Rindu meleleh. Bu Nyai terkaget. Sungguh, Bu Nyai tidak menduga ujian dan cobaan Rindu seperti ini.

"Siapa Nduk yang tega berbuat kejam kepadamu seperti ini?"

"Saya ke pesantren dalam keadaan hamil Bu Nyai. Saya diperkosa oleh majikan saya di Jakarta."

Bu Nyai nampak prihatin sambil sesekali mengelus dada. Air mata Rindu tumpah ruah.

-------

Sementara itu Faiz Habie sampai di desa Rindu. Berbekal alamat yang diberikan oleh Mbak Ijah. Betapa kagetnya Faiz ketika melihat rumah Rindu ramai oleh para pelayat. Ia pun menemui ketua RT setempat.

"Maaf Mas. Ibu mbak Rindu baru saja meninggal. Mbak Rindu sangat shock dan harus dirawat di RSUD. Tadi sempat pingsan."

"Terimakasih informasinya Pak. Saya teman Rindu dari Jakarta. Saya akan ke RSUD saja Pak."

Faiz segera naik ke mobil yang disewanya dari sebuah rental mobil di dekat bandara menuju ke RSUD.

Berbekal GPS Faiz sampai di RSUD. Tergesa dia ke bangsal tempt Rindu di rawat, setalah bertanya ke petugas jaga. Di bukanya kamar no 15, tempat Rindu di rawat. Kebetulan pada saat ibu Bu Nyai sedang pulang untuk mengambil baju ganti milik Rindu.

"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaykumussalam."
"Rindu, kamu kenapa?"
"Mas Faiz ?!"
Rindu memicingkan mata setengah tidak percaya.
"Iya, ini saya Faiz."
"Mas Faiz kenapa sampai sini?"
"Saya mencari kamu Rindu. Kamu pergi tiba-tiba dari rumah. Kamu kenapa? Padahal kamu sangat butuh pekerjaan itu."
Rindu tidak bisa menjawab. Tetapi lagi-lagi air matanya mengalir. Faiz menepuk pundak Rindu.
"Rindu, kita teman. Kamu boleh bercerita apa saja denganku."
Rindu menganggukkan kepalanya.

Tiba-tiba dokter masuk ke ruangan Rindu di rawat.
"Apakah anda suaminya Mbak Rindu?"
"Eh....dokter. Maaf saya temannya."
"Oh ya. Maaf ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan ke pasien. Boleh saya sampaikan disini Mbak Rindu?"
Rindu hanya bisa mengangguk, dan tersenyum getir.
"Kami tim dokter minta maaf, tidak dapat menyelamatkan nyawa ibu Mbak Rindu. Kami juga terpaksa mengangkat janin di kandungan Mbak Rindu, agar Mbak Rindu selamat. Mbak Rindu mengalami pendarahan hebat."

Rindu meraba perutnya. Air matanya mengalir lagi. Janin tak berdosa di rahimnya pergi, Simboknya juga pergi. Sungguh, Rindu merasa amat sedih. Sementara itu, Faiz merasa kebingungan. Dokter pamit pergi.

"Rindu, apakah kamu sudah menikah?"
Rindu menggeleng.
"Lalu siapa ayah dari janin yang kamu kandung?"
Lama Rindu terdiam, Faiz ikut diam. Sunyi seketika.

"Kamu mau minum?"
Rindu menggeleng. Faiz mengupas buah jeruk yang tadi dia bawa.
"Kamu mungkin belum siap bercerita sekarang, tetapi kamu harus rileks dan tenang. Ada saya disini, saya akan temani kamu sampai sembuh."
"Mas Faiz tidak kuliah?"
"Kebetulan sedang libur akhir semester."
Faiz menyuapkan potongan jeruk ke mulut Rindu. Rindu agak kikuk dibuatnya.

"Bagaimana kabar Mas Ali, Mas ?"
"Oh Mas Ali? Baik, tetapi sedang dilanda gosip. Putus dengan Laura."
"Putus?!"
"Iya, putus. Laura menolak dinikahi."

Rindu kembali terdiam.

"Rindu, usia kandungab kamu berapa bulan?"
"Tiga bulan, mas."
"Apa?!!! Jadi kamu sudah hami waktu di Jakarta?"
"Emm..Maaf, bu..kan. Mas. Maksud sa..?
Rindu tergeragap.
" katakan siapa yang menghamili kamu Rindu?"
Faiz memaksa agar Rindu mau membuka mulutnya. Faiz ingin tahu, siapa gerangan yang membuat Rindu seperti ini.

"Mas Ali kan ??? Benar kan Rindu?? Mas Ali yang memperkosa kamu, waktu dia mabuk!"

Rindu tak berhenti menangis. Namun mengaggukkan kepalanya. Faiz menarik kasar rambutnya, dan meremas kulit jeruk di genggamannya
Segara diraihnya HP di saku celananya, dan mendial nomor.

"Ibu, segera ibu dan Ayah ke sini. Ke kampungnya Rindu. Bawa serta Mas Ali. Mas Ali harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah dia lakukan Ma?!!!

" Masalahnya Mas Ali memperkosa Rindu, dan Rindu hamil anaknya Mas Ali. Tetapi terlambat, anaknya sudah pergi, Rindu keguguran."

"Saya tunggu Ma. Nanti saya WA alamatnya."

Rindu memangis tergugu. Jalan hidupnya amat getir. Entah sehabis ini akan bagaimana. Ingin dia pergi saja ikut anaknya dan juga Simbok. Istirahat dari hiruk pikuk duniawi.


MATA BENING RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang