(NEW) HARI ESOK

2.3K 137 2
                                    

Maaf harus pakai embel-embel NEW wk wk ... Ini gara-gara selasa yg dulu aku updatenya dikit. Buru-buru agar gak di depak dari reading list Jawara Indonesia.
============

Tak perlu menunggu pagi datang, Rindu sudah percaya dengan test pertamanya. Tubuhnya juga sudah memberi sinyal bahwa ada janin di perutnya. Janin yang perlu dia perjuangkan kehidupannya kelak nanti. Maka tak ada pilihan lain, Rindu harus tetap menyongsong hari esok dengan lebih baik.

Rencananya adalah, Rindu akan pergi ke pondok pesantrem tempat Laila mengajar. Rindu juga ingin belajar sekaligus memperbaiki mental dan psikisnya akibat kejadian ini. Berkumpul dengan orang-orang baik, tentu akan membuat bebannya berkurang. Dan Simbok, Simbok tak perlu tahu akan hal ini. Sungguh beban di punggungnya sudah terlalu berat.

Beruntung, Simbok tidak menanyakan maksud kepergiannya. Simbok hanya tahu, Rindu akan pergu bekerja lagi. Bukan di Jakarta, tetapi di kota kabupaten. Ini membuat Simbok agak lega, setidaknya kota kabupaten tidak terlalu jauh seperti di Jakarta. Cukup ditempuh satu jam naik ojek.

"Rindu, kamu baik-baik ya disana. Kerja yang jujur, yen wes wancine libur. Mulih. Ngendangi Simbok, Nduk."

Rindu menangguk dan melebarkan senyumnya. Dengan takzim, ia cium tangan Simbok. Ah, Rindu terenyuh. Tangan keriput dan kasar inilah yang membesarkan dia selama 20 tahun ini.

Rindu berjalan ke jalan besar, menungu bus yang akan membawanya ke pondok pesantren Al Hikmah, tempat Laila mengajar.

==========

Dinner yang direncanakan Ali gagal, padahal sudah reservasi tempat dan Ali sudah menyiapkan cincin untuk melamar Laura. Ini gara-gara ada panggilan mendadak untuk Laura. Managernya mengatakan ada kontrak yang harus ditandatangani esok pagi di Jerman, tidak bisa diganti hari lain. Maka malam itu juga, Laura harus segera terbang ke Jerman.

"Maafkan aku Ali. Ini sudah lama kutunggu, kontrak kerja dengan majalah wanita ternama di Jerman. Setelah ini pasti karierku di dunia model akan diakui seluruh dunia."

Ali mengangguk dengan muka masam. Enggan memandang Laura yang sedang sibuk memberesi kopernya di sebuah kamar apartemen.

"Kurasa, hubungan kita tidak akan lama lagi Laura. Aku tidak bisa menjalani hubungan seperti ini."

Ali mengeluarkan isi hatinya yang sudah dipendam lama. Dia duduk mematung di sofa.

Laura menghentikan gerakannya. Tangannya yang sedang memasukkan baju ke koper menggantung di udara.

"Oh, begitu. Maafkan aku Ali. Jika memang kau keberatan, aku ikhlas mengakhiri hubungan kita. Apapun akan aku lakukan demi karir modelku yang sedang gemilang. Sebentar lagi aku mencapai puncak. Sayang jika harus mundur begitu saja."

Ali menjambak rambutnya sendiri, masih dalam posisi terduduk di sofa. Kepalanya terasa sangat pening. Sesekali ia memijit pelipisnya. Ia lepas dasi beserta jas hitamnya, dan menggulung lengan kemejanya hingga siku.

"Jika itu maumu Ali. Okay, kuarasa lebih baik kita menjalankan kehidupan kita sendiri-sendiri."

MATA BENING RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang