Bersama Kisahmu

7.7K 259 100
                                    

Di sebuah taman hijau di Bandung, saya bertemu perempuan itu. Perempuan tabah yang kini menjadi penulis terkenal dan seringkali mengisi seminar di berbagai kota di Indonesia. Bulan depan dia diundang ke Hongkong, untuk memberi motivasi kepada para wanita buruh migran asal Indonesia di Hongkong.

"Wah, sudah mulai go internasional Mbak Rindu?"

Perempuan berhati lembut itu tergelak. Jilbabnya melambai ditiup angin, bros rajut berbentuk mawar yang tersemat menambah anggun parasnya. Tubuhnya langsing, walau tidak terlampau tinggi. Kulitnya kuning langsat, khas wanita Indonesia.

"Saya hanya melakukan apa yang saya bisa Mbak, sekiranya itu bermanfaat bagi orang lain. Saya sangat bersyukur sekali."

Sungguh, jawaban yang sederhana, tetapi dalam maknanya. Menelisik ke dalam ruang hati terdalam saya, dan menyisakan banyak tanya yang tidak terjawab.

"Lalu, laki-laki itu Mbak? Apakah dia bisa menerima Mbak Rindu dan Bintang Langit, dalam kehidupannya?"

Mbak Rindu terdiam. Matanya yang bening menyiratkan duka mendalam tiada ujung, tetapi sejurus kemudian senyumnya mengembang sempurna.

"Dia menjelma menjadi pria sempurna Mbak. Sosok Ayah yang sangat dikagumi orang-orang disekitarnya. Meski sibuk berbisnis, mengurus perkembangan perusahaan, tetapi dia tidak lantas mengabaikan saya dan Bintang Langit."

Saya terharu, perempuan ini sudah mendapatkan kebahagiaannya kembali. Dulu, wajahnya beberapa kali muncul di tabloid wanita, dan acara infotaiment di televisi, sibuk memberikan klarifikasi terhadap masalah yang menimpa kehidupannya.

"Laki-laki terhebat dalam hidup saya selain Bapak, ya dia itu Mbak. Ayah biologis Bintang Langit. Dia bertekad untuk menutup semua luka hati saya."

"Wah, bisakah Mbak Rindu menceritakan kepada saya. Bagaimana lelaki itu bertaubat, merasa bersalah, dan usahanya menutup luka yang dia torehkan ke hati Mbak Rindu?"

"Yakin Mbak akan sabar mendengar ceritanya?"

Saya tertawa sembari mengangguk meyakinkan. Mbak Rindu memejamkan mata. Pikirannya menerawang jauh ke masa lalu yang mengharu biru. Lalu, cerita demi cerita mengalir dari bibir indah itu. Terkadang saya terharu, tertawa, dan menangis.

Dan kisah Mbak Rindu, akan kembali kuceritakan kepadamu.

MATA BENING RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang