Bagian 4

8.3K 366 8
                                        

Cup.

Satu kecupan manis di bibir membuat nya terbangun dari lamunan nya.

" Eh, Sasuke - kun. " Sakura jadi gelagapan melihat suami nya sudah berdiri disamping nya.

" Kapan kita mulai makan malam? Aku sudah lapar. " Sasuke duduk di bangku nya.

" Ah, iya. " Sakura beranjak dari duduk nya lalu mengambilkan jatah makan Sasuke.

" Apa yg kau lamunkan, jidat? Sampai-sampai kau tuli saat ku panggil. " tanya Ino.

" Tidak ada. " Sakura mengisi piring nya sendiri lalu menyerahkan centong nasi pada Ino.

Mereka kembali diam dan menyantap makanan masing-masing. Ino benci situasi seperti ini. Tidak ada yg berbicara adalah cara makan khas Sasuke.

Ino jd ingat bagaimana Sakura membuat nya syok saat mengatakan bahwa mereka akan menikah.

" What? Yg benar saja. " tanya Ino tak percaya.

" Sebelum ayah ku meninggal, beliau berpesan agar aku menikah dg Sasuke. Rumah sakit itu adalah saksi bisu nya sebelum akhirnya ayah ku benar-benar meninggal. " jelas Sakura.

" Ayolah, jidat. Jika dg alasan keamanan mu, kau tinggal saja dg ku, ayah ku seorang Intel, kau akan aman dg kami. " Ino membujuk Sakura agar membatalkan pernikahan mereka.

" Aku tidak bisa, Ino. Itu permintaan terakhir ayah ku sebelum meninggal. Aku harus mengabulkan atau ayah ku tidak akan tenang di alam sana. " jelas Sakura.

" Hahhhh. " Ino menundukkan wajah nya. Dia tidak tau lagi harus melakukan apa.

" Tidak usah dipikirkan. Aku baik-baik saja. Lagipula sejauh aku mengenal nya, Sasuke orang yg baik. Memang sih usia kami terpaut 5 tahun. Tapi itu bagus kan? Dia bisa membimbing ku ke jalan yg benar. Yg terpenting sekarang adalah, ujian akhir tinggal menunggu hari. Kita harus fokus, OK? "

Ino hanya mengangguk. Dalam otak nya sudah ada bermacam pikiran tentang Sakura.

" Semoga dia pria yg baik. " ucap nya dalam hati.

My husband is an Intel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang