⏺ Hari yang sulit

56 7 1
                                    

"Ketika aku tahu bahwa semua hal berharga dalam hidup ku mulai menjauh secara perlahan, saat itu juga aku berfikir. Apakah dunia ini marah padaku?"
.
.
.

Mata Bintang masih terpejam, kini dirinya bukan berada di ruang UKS melainkan rumah sakit. Sudah 2 hari Bintang berbaring di ranjang rumah sakit tidak sadar kan diri, mungkin karena memang dirinya lah yang belum siap untuk sadar. Terlebih lagi masalah nya belum ada yang selesai satu pun dan semakin bertambah. Orang tua Bintang setia menemani di samping Bintang, menunggu putri semata wayangnya ini untuk segara bangun. Jari-jari Bintang mulai bergerak, mata nya juga terbuka perlahan. Bintang mulai sadar dari tidur panjang nya.

"Bintang, kamu sadar nak!" Ucap Dian Mamah Bintang.

"Mamah... Bau Rumah sakit." Ucap Bintang lemas.

"Ya iyalah, kamu kan di rumah sakit sekarang. Sudah dua hari kamu gak sadar."

"Dua hari?" Tanya Bintang terkejut tapi tetap lemas.

"Iya, siapa yang suruh kamu gak jaga kesehatan? Makan gak teratur, tidur malam terus! Kamu nih ada masalah apa sih, Bintang." Ucap Dian khawatir.

"Papah, masa aku baru sadar sudah di omelin Mamah sih. Belain aku dong." Ucap Bintang merengek.

"Papah gak akan belain kamu kali ini, lagian kamu juga salah. Kalau sampai hal ini terjadi lagi sama kamu! Papah akan meminta seorang perawat untuk menjaga kamu setiap hari, biar bisa jaga kesehatan kamu juga." Jelas Tama Papah Bintang.

"Iya iya deh, Bintang janji gak gini lagi. Tapi udah dong marahin Bintang nya, maafin Bintang sudah buat kalian khawatir yah."

"Yaudah kamu istrahat aja, biar Mamah sama Papah panggil dokter untuk periksa kamu yah."

Bintang mengangguk, tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah dua hari berlalu dan semua keadaan masih sama saja, masalah yang menimpa Bintang belum terselesaikan sampai saat ini. Hingga seorang dokter datang menghampiri Bintang dan mengecek tubuhnya, beliau mengatakan bahwa Bintang sudah jauh lebih baik dan sudah bisa pulang besok. Ada rasa senang dalam hati Bintang karena bisa keluar dari tempat yang sangat tidak di sukai nya ini, namun di sisi lain ia juga memikirkan kalau ia pulang dan kembali bersekolah bagaimana ia harus menyikapi masalah nya?

Sebuah pintu terbuka dan menampakkan Nada dan Naura yang datang dengan tergesa-gesa. Mereka masih mengenakan seragam sekolah dengan membawakan sebuah parsel buah.

"Akhirnya Lo sadar juga, tau gak gue khawatir banget sama Lo." Ucap Naura dengan memeluk Bintang.

"Orang tua Lo mana?" Tanya Nada.

"Mereka keluar, mungkin lagi cari makan." Jawab Bintang.

"Jangan sakit lagi yah bebeb kuh." Ucap Naura.

"Maaf yah sudah buat kalian khawatir."

"Kalau ada masalah, Lo harus cerita sama kita. Jangan dipendam sendiri." Ucap Nada.

"Iyah Nada. Oh ya Shilla mana?" Tanya Bintang polos.

Naura dan Nada saling pandang satu sama lain, bagaimana ia mengatakan nya dengan Bintang. Bahwa selama dua hari ini pun Shilla juga tidak masuk sekolah, setelah kejadian saat itu Shilla seakan menghilang begitu saja tanpa kabar. Handphone nya selalu saja tidak aktif jika di hubungi, mendatangi rumahnya juga percuma karena rumah Shilla kosong.

"Kenapa kalian diam? Aku tanya Shilla kemana?"

"Sebenarnya... Sejak kejadian dua hari lalu, Shilla susah untuk kita hubungi." Ucap Naura takut-takut.

"Dia juga gak masuk sekolah selama dua hari ini, rumahnya juga kosong." Timpal Nada.

Bintang menundukkan kepalanya ia merasa bersalah seharusnya saat itu ia bisa mengontrol rasa sedihnya, seharusnya ia juga tidak perlu memeluk Faisal. Kalau aja itu semua tidak ia lakukan pasti Shilla ada di sini sekarang, Bintang memegang kepalanya yang mulai terasa pusing lagi.

"Sudah lo gak usah pikirkan soal Shilla dulu, yang terpenting sekarang itu kesehatan Lo. Lo istrahat aja." Ucap Nada.

Hari-hari Bintang sudah tidak lagi berjalan baik seperti dulu, mulai saat ini semua akan semakin terasa sulit. Apalagi Shilla sekarang pergi entah kemana tidak ada kabar, handphone nya juga tidak bisa di hubungi sedikit pun. Bintang memejamkan matanya, membawa diri nya ke alam mimpi dan berusaha untuk tetap tenang walau pikiran nya sedang kacau. Naura dan Nada yang melihat Bintang sudah memjamkan matanya perlahan-lahan keluar dari ruangan Bintang.

Setelah Naura dan Nada benar-benar pergi dari ruangan, Bintang membuka matanya kembali dan berusaha untuk memposisikan tubuhnya untuk duduk dengan susah payah. Bintang membuka sebuah laci kecil yang terdapat di sebelah kanan dekat ranjang, ia mengambil sebuah buku kecil seperti buku diary. Saat ia membuka buku itu ada sebuah foto yang terselelip di beberapa lembar kertas, dan ternyata foto itu adalah gambar dirinya dan Ravian. Bintang menatap foto itu dengan, membayangkan betapa bahagia nya mereka di foto itu. Senyuman Ravian seakan benar-benar tulus dan juga bahagia saat melewati hari-hari bersama Bintang.

Pikiran nya pun mulai kembali pada saat di mana pertama kali mengenal Ravian, pertama kali Ravian mengajak nya kencan, menjalani semua hari-hari dengan bahagia, sampai tiba saat nya semua masalah di mulai. Hingga puncak masalah pun datang kembali, ya! Masa lalu Ravian yang datang lagi dalam kisah Ravian. Tanpa sadar Bintang menitihkan air mata, dan dengan cepat ia hapus air mata itu. Saat ini bukan waktunya untuk bersedih, Bintang harus memikirkan bagaimana cara nya menemui Shilla dan menjelaskan nya. Bintang meletakkan foto itu kembali di beberapa lembar kertas buku diary, dan mengambil handphone nya berniat mengirimkan sebuah pesan pada Shilla.

Bintang

Shilla kamu dimana?
Aku minta maaf atas kejadian waktu itu, aku gak bermaksud apapun.
Aku mohon kamu jangan marah, aku bisa jelasin semuanya.

Mau sebanyak apapun Bintang mengirimkan Shilla pesan hasilnya akan tetap sama, Shilla masih belum online. Melihat Shilla yang menghilang tanpa kabar membuat Bintang semakin sedih dan merasa bersalah, mengapa masalah ini rumit sekali?

🍁🍁🍁


Langsung dua Chapter yah hehehe, Masih kurang greget yah?

Mangkanya kalian kasih author semangat dengan Vote+Comment kalian, hehehe :)

Tunggu next Chapter sobat :)

See you.
26-10-2020

We Are Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang