"Wallance adalah perusahaan dengan tingkat keuntungan tertinggi tahun ini, membuat banyak pihak sama sekali tidak bisa berkutik akan kekuasaannya. Ketiga anaknya yang sempurna membuat keluarga tersebut tampak paling bersinar di tahun 2018 ini, kal--."
Clek
"Daniel Wallance adalah satu dari lelaki tertampan yang sekarang menjadi idaman di---"
Clek
"Siapa yang tak kenal anak sulung Wallance, Daniel--"
Clek
"Wall--"
Lynne membanting remote televisinya dengan wajah yang tertekuk karena semua channel terus menampilkan dan mengagung-agungkan Daniel, Daniel, Daniel dan Daniel Wallance.
Lelaki bermata biru itu merupakan anak sulung dari tiga bersaudara Wallance. Hanya Daniel, yang selalu unjuk gigi di depan publik, melalukan segala sesuatu di depan media, hingga rasanya Lynne jengah melihat wajahnya di televisi.
Sedangkan publik sendiri tidak pernah tahu bagaimana paras adik-adik Daniel. Saudaranya bernama Gabriel dan satu lagi adalah seorang wanita yang sama sekali tak diketahui identitasnya. Ya, hanya itu yang Lynne tahu karena informasi mengenai keluarga itu begitu tertutup. Well, lucu. Media tidak tahu bagaimana paras dari kedua saudara Daniel yang lain, tapi bisa memuji semua keluarga Wallance dengan begitu agungnya seolah wajah mereka sudah menyerupai dewa dan dewi Yunani.
"Kenapa kau membanting remote-nya?" Margo—room mate Lynne yang baru saja datang mengambil remote yang Lynne banting tadi dan duduk di sampingnya. Wanita itu mengusap rambutnya lembut menggunakan handuk, agar untaian itu segera kering.
"Semua channel menampilkan wajah Daniel Wallance, aku muak," gerutu Lynne sembari menyandarkan tubuh. Ia menaikan kakinya ke atas tembok sembari berbaring miring. Dan tak butuh waktu lama, Lynne sudah asyik sendiri dengan ponselnya. Melupakan semua kekesalan yang baru saja ia luapkan pada remote TV karena Daniel Wallance.
"Oh c'mon Lynne, wajar saja kalau Daniel di tampilkan setiap hari di TV, dia punya wajah rupawan yang sangat cukup untuk menjadi pemandangan di pagi, siang, sore dan malam hari," sahut Margo dengan senyumnya yang jahil.
Wanita berambut blonde itu menggeser tubuh Lynne agar tidak menghalangi posisinya dengan tenaga yang lumayan kuat, hingga nyaris membuat Lynne terbanting menghantam lantai. Untungnya, refleks gadis itu cukup baik sehingga ia tak terjatuh ke bawah.
"What the hell, Ar!?" gerutu Lynne. "Apa kau berusaha membuat hidungku patah?"
Margo tertawa saat melihat Lynne hampir saja jatuh dari posisinya. Kenndrick—pacarnya—belakangan ini mengajarkan Margo tentang bela diri, dan tenaganya entah kenapa bisa meningkat menjadi kuat.
"Sebenci-bencinya dengan Daniel, kau sudah mendaftar ke perusahaannya, Lynne. Apa kau lupa kalau besok kau ada wawancara di Wallance?" Dengan menaik-turunkan alisnya seraya menatap Lynne menggoda, Margo bertanya dengan ekspresi yang menyebalkan. Enggan memedulikan perkataan Lynne sebelumnya.
Lynne mendengus sejenak, lalu berdiri dan menepuk pundak Margo keras, membuat gadis berambut blonde itu meringis kesakitan.
"Demi pengobatan Judith. Hanya itu," balas Lynne kesal. "Lagipula, daripada Daniel Wallance, aku lebih tertarik kepada adiknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[#W1] That devil is my CEO (COMPLETED)
Любовные романы[Follow dulu untuk kenyamanan bersama🙏] cerita ditarik sebagian demi kepentingan penerbitan. ⚡WALLANCE BOOK ONE⚡ --- Gabriel Wallance, anak bungsu dari Wallance's Group. Tidak pernah muncul ke publik, bahkan enggan menyapa karyawan karena rasa mala...