Suasana temeram serta dingin membuat bulu kuduk Lynne meremang begitu saja. Di depannya, ada seorang lelaki tampan dengan balutan jas rapi tengah menyesap kopinya sambil memejamkan mata.
Kejadian tadi begitu memalukan. Lynne bahkan tidak bermaksud untuk mengatakan hal yang tidak-tidak. Tapi, gadis yang bernama Stacy Pamela itu sangat menyebalkan. Sikapnya kekanakan, tidak beretika serta angkuh. Seumur hidup Lynne, baru kali ini ia bertemu dengan seorang gadis gila seperti tadi.
"Terima kasih karena sudah membantuku, tadi." Laki-laki itu bersuara pelan namun masih terdengar oleh Lynne.
Gadis itu mengangguk. Dipandanginya wajah lelaki di depannya dengan seksama sambil berusaha untuk tetap tenang. Well, lelaki di depannya ini tampan, menawan, serta punya aura yang bagus.
Yah, Lynne memang tidak pernah berpacaran sebelumnya. Pengalaman dengan laki-laki pun sangat minim. Tapi, ia adalah penggemar film fifty shades of grey, jadi ia bisa membedakan dengan jelas laki-laki mana yang menawan, dan yang mana yang tidak.
"Saya juga minta maaf karena sudah terbawa emosi tadi," kata Lynne sambil menunduk. Gadis itu tidak tahu apa hubungan lelaki itu dengan gadis gila tadi. Tapi, Lynne berharap mereka tidak memiliki hubungan yang serius.
Uhm, sebenarnya Lynne harus akui kalau ia sudah tertarik dalam pesona lelaki di depannya ini. Mungkin bisa dikatakan ia terlalu polos karena menyukai seseorang dari tampangnya. Sungguh, Lynne tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya.
Bahkan, wajah Robert yang juga tampan pun tidak berefek sama sekali pada Lynne. Well, harus Lynne akui kalau lelaki di depannya ini berjuta-juta kali lipat lebih tampan dari Robert. Mungkin karena itu Lynne langsung jatuh cinta padanya. Uh, Lynne merasa murahan.
"Tidak perlu seformal itu, kita bisa menggunakan bahasa informal." Lelaki itu kembali menyesapi kopinya sambil memandang Lynne dari atas kebawah, "Ah, iya, aku punya sedikit tawaran untukmu. Jangan sungkan, anggap saja ini balas jasa dariku untukmu."
"Tawaran?" Lynne mengulangi dengan mulut yang terbuka, "tawaran apa?"
Lelaki itu tersenyum. Senyum samar yang misterius. Lynne tidak tahu apa yang salah dengan dirinya, tapi ... ia malah merasa terpesona ketika bibir itu menyunggingkan senyumnya.
"Apa kau mau menjadi sekertarisku, Uhm ...?"
"Lynne Dawn," kata Lynne pelan. Gadis itu memandangi lelaki itu ragu dengan kedua alisnya yang terangkat. "Apa Anda, ah tidak, maksudku, kau baru saja menawariku pekerjaan?"
"Aku tidak mengulangi perkataan yang sama." Lelaki itu berdiri dan berjalan ke tempat kerjanya. Di keluarkannya selembar kertas dan bolpoin, lalu ia memberikan benda itu pada Lynne. "Jika kau mau, maka buatlah perjanjian. Aku janji, ini menguntungkan."
"Benarkah? Lantas, apa keuntungannya bagiku?" balas Lynne tertarik. Well, orang gila mana yang tidak tertarik? Menjadi sekertaris dari salah satu atasan dengan posisi tinggi pastinya memiliki gaji yang lebih besar dibandingkan dengan bekerja di bagian administrasi.
"Aku ... trauma pada wanita," tukas laki-laki itu pelan. Suaranya begitu berat, seakan penuh luka.
Lynne mengeryit tak mengerti. Apa tadi? Trauma? Yang benar saja? Jika ia trauma pada wanita, lantas bagaimana bisa ia memeluk Lynne sedemikian eratnya tadi?
"Aku defensif pada wanita, aku tidak suka mereka," ucap lelaki itu pelan. Lynne menghela napasnya karena lelaki di depannya ini tampaknya lupa kalau Lynne juga wanita. "Intinya, aku tidak suka pada wanita, meskipun aku tidak alergi atau apa, hanya saja ... aku kehilangan ketertarikan pada mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
[#W1] That devil is my CEO (COMPLETED)
Romance[Follow dulu untuk kenyamanan bersama🙏] cerita ditarik sebagian demi kepentingan penerbitan. ⚡WALLANCE BOOK ONE⚡ --- Gabriel Wallance, anak bungsu dari Wallance's Group. Tidak pernah muncul ke publik, bahkan enggan menyapa karyawan karena rasa mala...