Lynne berdiri di depan sebuah ruangan yang terletak di lantai bawah hotel ini. Ia tidak mengerti kenapa Gabriel mengajaknya kemari di saat pesta baru saja di mulai.
Tangan mereka berdua bertautan. Gabriel sendiri yang berinisiatif menggandeng Lynne. Tidak hanya itu, lelaki itu bahkan menuntun Lynne karena jujur saja, ia kesulitan dengan gaun mahal ini.
"Mereka ada di dalam." Gabriel menatap kosong ke arah pintu putih itu. "Bersiaplah Lynne. Karena mereka juga tidak menyukaiku."
Lynne mengernyit, "Kenapa mereka tidak menyukaimu? Bukankah kau bagian dari keluarga Wallance?"
"Ya ...." Gabriel menarik napasnya panjang. "Aku pernah menjerumuskan diriku sendiri dan Daniel ke dalam masalah sewaktu kecil. Sejak saat itu, aku kehilangan kepercayaan mereka."
"Masalah? Masalah apa?" tanya Lynne penasaran.
Apa masalah itu sebegitu besar sampai Gabriel yang notabenenya punya darah yang sama dengan mereka bisa di benci?
"Akan ku beri tahu, suatu saat nanti." Gabriel menatap lurus ke arah Lynne. "Ku harap kau menjawab dengan tenang. Jangan terintimidasi. Dan aku minta maaf terlebih dulu jika mereka menghinamu nanti."
Lynne mengangguk, "Baiklah."
Gabriel lagi-lagi menghela napasnya panjang sebelum memberanikan diri untuk mengetuk pintu. Ia tampak gugup. Baru kali ini Lynne melihat sisi lain dari Gabriel yang berbeda dari biasanya.
"Masuk."
Suara itu berasal dari dalam. Gabriel mendorong pintu tinggi dan besar dengan sebelah tangannya lalu menuntun Lynne untuk masuk.
Lynne sempat ternganga saat tahu bahwa ruangan itu adalah tempat jamuan makan yang mewah. Ada banyak sekali kursi di sana, belum lagi mereka menggunakan meja yang sangat panjang.
Jantungnya tiba-tiba berdebar sangat kencang saat mendapati keluarga besar Wallance berada di sana, tengah menatapi mereka dengan bingung.
"Anakku!" Teriakan itu membuat Lynne terkejut. Seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik berdiri dari tempatnya dan mencium pipi Gabriel. "Kau akhirnya menunjukan diri."
Gabriel tersenyum, "Ya, aku bersama pasanganku malam ini, Ma."
Wanita paruh baya itu mengalihkan pandangannya pada Lynne. Lynne tersenyum semanis mungkin dan memperkenalkan diri, "Saya Lynne. Lynne Dawn."
"Oh, panggil aku Fanny, Lynne. Jangan ada embel-embel tante. Tapi kalau mau panggil mama juga boleh." Fanny tersenyum manis. Kemudian ia melirik ke arah kedua mertuanya yang sudah cemberut. "Sebaiknya kalian berdua duduk dulu. Para tetuah tampaknya sedang dalam mood yang buruk," bisik Fanny.
Lynne mengangguk diiringi dengan tarikan Gabriel. Lelaki itu mempersilakan Lynne untuk duduk terlebih dahulu sebelum dirinya sendiri.
Di depan Lynne saat ini, ada dua orang paruh baya dengan gaya yang elegan tengah menatapnya dengan penuh intimidasi. Tampaknya, mereka berdua adalah pasangan. Dan lagi, sepertinya mereka adalah kakek dan nenek Gabriel.
Lynne menarik napasnya. Memang benar aura di sini mencekam. Untuk menelan ludah saja, Lynne ragu. Semua orang diam dan memperhatikan mereka seolah Lynne dan Gabriel adalah narapidana yang tengah menunggu hukuman.
"Jadi ... akhirnya kau keluar dari lubangmu?" Pertanyaan itu keluar dari kakek Gabriel. Entah siapa namanya, Lynne tidak tahu. "Setelah bertahun-tahun hidup seperti pengecut, kau akhirnya muncul di publik dengan seorang wanita jalang? Hebat sekali."
Tangan Lynne bergetar. Ia baru mendengar kakek tua ini berbicara dua kali. Tapi ia sudah tertohok setengah mati.
Gabriel menelan ludahnya kasar dan menggengam tangan Lynne. Mengelusnya pelan, seolah mengatakan semuanya akan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#W1] That devil is my CEO (COMPLETED)
Storie d'amore[Follow dulu untuk kenyamanan bersama🙏] cerita ditarik sebagian demi kepentingan penerbitan. ⚡WALLANCE BOOK ONE⚡ --- Gabriel Wallance, anak bungsu dari Wallance's Group. Tidak pernah muncul ke publik, bahkan enggan menyapa karyawan karena rasa mala...