penyesalan

7.2K 204 1
                                    

Angin bertiup kencang, pisau dapur bergoyang goyang seakan akan menariku untuk memakainya. Ya aku sangat ingin mati, hidupku tak ada gunanya lagi, apa yang aku lakukan akan selalu disalahkan oleh tuhan.

Tiba-tiba~~

Aaaaaaaaaaahhhh... Suara jeritan dari rumah tetanggaku. Itu adalah anak tetanggaku yang selalu disiksa oleh ayahnya, setiap hari ia tidak pernah keluar rumah bahkan ayahnya tidak menyekolahkan dia, aku tak mengerti kemana ibunya? Apakah sama sepertiku ibunya meninggal.

"oh Tuhan mengapa ayahnya setega itu kepada anaknya sendiri, dia seperti anak terlantar, untung saja ayahku tak seperti itu, dan untung ada bibi yang menjadikan aku tidak seperti anak terlantar" kataku dalam hati.

*Tingnong* suara bel rumah.

"assalamu'alaikum wati"
"sebentar" kataku.
Dibukalah pintu.
"maya?,ayo masuk" kataku.
"ada apa may, kamu tadi kenapa ko bisa ditampar sama diah?" tanyaku.

"sebelumnya aku mau minta maaf karna tadi aku menghiraukan kamu, sebenernya tadi itu aku dimintai uang oleh diah tapi aku tidak mau karna uangnya akan kupakai untuk membeli kerudung ibuku, ntah mengapa dia tiba-tiba menamparku dan memanggilku culun, aku sangat tidak mengerti, apa yang aku lakukan salah?" jawab maya.

"hmm iya gapapa may, kamu ga salah ko kamu punya hak untuk menolak, yang salah itu tuhan karena telah membuat diah jadi seenaknya ke kamu" kataku.

"hah? Ko kamu bisa berpikiran seperti itu ti? Allah ga akan pernah melakukan hal itu pada hambanya." jawab maya.

"terus kalo tuhan ga mungkin melakukan itu kenapa sekarang aku sangat menderita?tuhan udah ngambil ibuku sekaligus ayahku"kataku.

"sadar ti, kamu seharusnya bersyukur karna kamu pernah merasakan kasih sayang kedua orangtua, coba kamu rasakan jadi aku, sedikitpun aku tidak pernah merasakan kasih sayang orangtua meskipun saat ini mereka masih ada, kedua orang tua ku sibuk dengan dunianya sendiri, ayahku tidak pernah pulang kerumah karna seharian berjudi di rumah temannya, ibuku pun jarang pulang kerumah karena melayani para lelaki jelalatan, tapi aku tidak pernah menyalahkan Allah seperti kamu, seharusnya kamu berfikir sampai situ, ada orang yang hidupnya lebih menderita dari kamu ti! Ga sepatutnya kamu menyalahkan Allah ti!" jawab maya.

Semua bulu kuduk berdiri, Angin menghembuskan penyesalan, cahaya lampu memancarkan sinar keheningan. Aku meneteskan air mata, rasa ingin marah kepada diriku sendiri, suara penyesalan terdengar oleh telingaku.

"kenapa kamu ga pernah cerita ke aku may?" tanyaku sambil meneteskan air mata. 
"aku tidak sepertimu ti yang bisa membicarakannya dengan bebas, aku adalah pemendam yang selalu memikul kesedihan sendirian"kata maya.

Air mata semakin banyak bercucuran karena sudah di terpa penyesalan mendalam.

"Ya Allah maafkan hambamu ini Ya Allah, aku selalu menyalahkanmu, aku tidak melihat kebelakangku ternyata banyak orang-orang yang lebih menderita dibandikan denganku, dan dia itu adalah temanku, tetanggaku  bahkan Rassulmu muhammad yang sudah ditinggalakan kedua orang tuanya sejak kecil dan selalu dihujat oleh orang orang bahkan saudara-saudaranya sendiri. Aku tidak pernah bersyukur atas nikmat yang telah engkau berikan padaku Ya Allah" kataku sambil menangis tersedu sedu.

"ga ada gunanya ti kalo kamu hanya sekedar menyesal, sekarang mending kamu sholat taubat minta pengampunan pada Allah" kata maya.

-Bersambung-

KEEP HIJRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang