Ada rasa?

3.3K 123 8
                                    

Senyuman yang ia lontarkan bagai bunga mawar, indah namun berduri. aku tau memang ini berat untuknya, tapi inipun sangat berat untuku. selama ini aku sangat mengetahui bagaimana dirinya, namun aku lebih memilih dia yang tahu bagaimana diriku tanpa sepengetahuanku.

Ya Allah Maafkan aku, yang sudah berfikiran buruk terhadap-Mu, seharusnya aku berfikir bahwa ini memang sudah takdirku yang telah kau susun indah.

~•~•~

" Ummi, ummi... " terbuka perlahan mata Zulhaq lalu tak lama tertutup kembali.

" Zulhaq? Alhamdulillah kamu sudah bangun, dok,,,dokter " kataku sembari teriak dengan lantang.

*Sssssssst pikiranku kembali pada masa dimana dulu aku pernah juga berteriak memanggil dokter untuk seseorang*

" Allahuakbar, mengapa hal ini terulang kembali? " tanya hatiku.

•~•~•

" Bagaimana dok? Apakah Zulhaq masih tertolong? " tanyaku.

" Bu tenang dulu yah bu, alhamdulillah Zulhaq tidak apa2 itu hanya efek dari bius setelah oprasi, beberapa menit lagi mungkin Zulhaq akan sadar total karena ini sudah hari ke-3, mari kita do'akan saja " kata dokter.

" Terimakasih dok " kataku.

•~•~•

" Ummi,,, ummi,,, " Kata Zulhaq dengan lemah.

" Alhamdulillah kamu sadar, Zulhaq apa kamu sudah bisa melihatku dengan jelas? Ini aku wati, Ibumu harus pulang dan menjalani istirahat dirumah, beberapa hari yang lalu keluarga besarmu datang kemari untuk menengokmu, mereka sangat khawatir padamu, apakah kamu mendengarku? Maaf bila aku lancang menemanimu disini, karena keluargamu mempunyai beberapa kegiatan yang tidak bisa ditunda jadi aku disini dipercaya untuk menemanimu. " kataku sembari menunjukan raut wajah khawatir.

*Zulhaq hanya menatapku  sembari tersenyum kecil *

" Zulhaq, apakah kepalamu ikut terbentur? Mungkin dokter belum mengecek bagian kepalamu, sebentar akan ku panggilkan dokter, dok,,," kataku dengan cemas.

" tidak, tidak perlu aku baik2 saja " kata zulhaq dengan tawa kecil dan hampir memegang tanganku.

" Astaghfirullah, maaf aku lupa kita belum halal" kata zulhaq

" mengapa kamu tertawa? " kataku dengan kerungan aneh

" Aku hanya senang melihatmu, sampai2 aku sulit menyerap ucapanmu yang amat cepat itu " kata Zulhaq dengan senyuman manis.

" Ucapanku membuatmu kesulitan? Maaf, itu karena aku terlalu khawatir " kataku.

" Hahaha, kamu lucu " tawa kecil Zulhaq.

" Aku? " kataku sambil tersipu.

" Zulhaq tulang kakimu patah saat kecelakaan beberapa hari kemarin di depan rumahku, namun sekarang Alhamdulillah kakimu sudah di operasi, apakah kamu ingin mencoba berjalan? " kataku dengan bimbang

" Kakiku patah? *Zulhaq mencoba mengangkat kaki kiri yang patah* Lalu bagaimana dengan ummi?" kata Zulhaq.

" Alhamdulillah ibumu baik2 saja, hanya terbentur dan ada benjolan sedikit di dahinya" kataku.

" Alhamdulillah jika ummi baik2 saja, apakah tawaranmu masih berlaku untuk membantuku mencoba berjalan? " kata Zulhaq dengan raut bimbang.

*Karena ini keadaan darurat maka Wati membantu Zulhaq untuk mencoba berjalan*

Wati mengulurkan tangannya kepada Zulhaq yang tengah terbaring lemah, dengan raut wajah bimbang serta tangan yang lumayan bergetar Zulhaq meraih uluran tangan Wati.
*DEG*
Astaghfirullah, ada apa ini ya Allah, mengapa rasanya tangan ini kedinginan *kata hati Zulhaq*
Ya Allah maaf ya Allah ini sangat darurat, mengapa rasanya aku susah untuk menghela nafas *kata hati Wati*

" Alhamdulillah, aku sudah lumayan bisa berjalan, tapi sepertinya jika peganganmu dilepas aku belum siap, sepertinya aku butuh tongkat untuk beberapa hari " kata Zulhaq.

"Alhamdulillah, aku akan coba tanya pada suster" kata wati, sembari pergi.

•~•~•

Ribuan bunga bermekaran ditaman rumah sakit hari ini, mengapa dalam hati ini seperti ada yang sedang menari nari, membuat perasaan ini menjadi tak karuan ditaburi kebahagiaan. Ada apa denganku? apakah aku mulai menyukainya?

~•~•

Zulhaq terbaring dan menutup matanya dan tertidur kembali. Aku hanya duduk disampingnya sambil membaca buku mengenai bagaimana menjadi istri penggapai syurga. Jujur aku sangat awam mengenai hal pernikahan, karena sedari kecil aku tak pernah merasakan bagaimana harmonisnya seorang ayah dan ibu. Ayahku dan aku ditinggalkan oleh ibuku yang meninggal saat aku masih kecil.

Aku mengangkat kepalaku yang tertunduk pada buku lalu mulai memperhatikan wajah Zulhaq yang sangat terlihat lelah, jika aku terus memperhatikannya wajah Zulhaq itu mirip dengan Suho (EXO) *kalo penasaran bisa kalian search di google :'D* yang manis dan tampan, hanya saja Zulhaq tidak terlalu putih. Astaghfirullah ada apa denganku, uuuuushhh uuuush *sambil mengusap usap mata*


"Wati, apa yang sedang kamu lakukan"

Mendengar suara itu aku langsung berbalik ke belakang, dan ternyata itu Faisal.

Faisal memperhatikanku dari belakang saat aku tengah memperhatikan Zulhaq yang tengah tertidur.

KEEP HIJRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang