Three

5.6K 593 394
                                    

Written by skyrans

.

.

.

Hinata duduk di atas ranjang di kamarnya. Ia bergeming dengan lutut ditekuk ke dada, manik lavendernya yang terlihat sayu dan lelah berkedip lambat dalam jeda yang konstan. Helaan napas samar beberapa kali ia lepaskan, seolah beranggapan bahwa ekspirasi yang dilakukannya juga membuang serta beban yang memberatkan jiwanya.

Iris lavendernya kembali bergerak melirik ponsel pintar yang tergeletak di samping posisinya duduk. Dalam hati mengharapkan layar lima inci itu menyala dan menampilkan nama kontak Sang Kekasih. Entah berapa kali Hinata mencoba menghubungi Utakata, entah berapa banyak pesan singkat juga pesan suara ia kirimkan kepada objek yang sama sebagai permohonan agar dirinya tak lagi menjadi pihak yang terabaikan.

Namun hingga hampir tengah malam ini, harapannya belum juga terkabul. Memang ponselnya beberapa kali berkedip, tapi tak satu kedipan pun membawa nama kontak Utakata. Hanya beberapa nomor yang mendadak Hinata anggap tak penting eksistensinya.

Di dalam kepalanya, Hinata masih terus diingatkan oleh runtutan kejadian hari ini meski jiwanya mendamba waktu barang sejenak untuk melupakan hal-hal itu. Seperti tak cukup prinsip dan niatannya disalahkan berbagai pihak, pribadinya juga terjerembab dalam situasi yang menurutnya mengerikan.

Uchiha Sasuke. Lelaki yang jelas sudah Hinata masukkan ke dalam catatan daftar hitamnya, menyentuhnya dengan cara yang intim. Parahnya dengan narasi lanjutan yang menjadikan Utakata-kekasih Hinata-sebagai salah satu mata yang menyaksikan bencana itu.

Teguran Pak Suha, cekcok antara Hyuuga dan Uchiha, peringatan dari Shino dan Karui, nasihat dari Sang Ayah saat makan malam tadi. Semua itu tak lagi begitu Hinata prioritaskan. Yang membuatnya gundah kini adalah penyesalan tentang dirinya yang tak sempat mengejar Utakata dan membiarkan lelaki itu pergi sebelum sempat mendengar penjelasan apapun darinya.

Siang tadi Utakata memilih pergi tanpa kata ataupun tingkah sesaat setelah Hinata berhasil mendorong Sasuke menjauh dari zona kritis miliknya. Hinata sempat melihat Utakata menatapnya dengan sorot yang tak mampu ia artikan sebelum kekasihnya itu mulai mengambil langkah pergi.

Hinata berniat mengejarnya tentu saja, namun cengkeraman tiba-tiba yang membelenggu lengan kirinya mau tak mau menghambat realisasi niatannya. Rupanya, Si Pelaku-Uchiha Sasuke-dengan raut wajah yang begitu tak bersahabat, menahannya agar tetap di tempat. Hal itu membuat Hinata kembali memberontak, menginginkan lepas dari kontaknya bersama Si Bungsu Uchiha sesegera mungkin. Hingga saat itu, setengah sadar Hinata lepas kendali dan menampar Sasuke sebagai defensi terakhirnya.

Hinata menggeleng cepat. Lupakan, lupakan dulu tentang kejadian tadi. Lupakan dulu tentang Uchiha Sasuke. Yang terpenting sekarang adalah memikirkan cara untuk menghubungi dan menghadapi Utakata nantinya.

..

...

..

Manik hitam milik Sasuke tersorot ke dinding kamarnya, pandangannya seolah penuh pemikiran meski terlihat menerawang. Seperti robot, tangannya secara otomatis bergerak memutar balikkan kubus rubik untuk menyelaraskan motif awalnya. (asfhuiegvksgkjuywkvsn gw suka banget bayangin ini, cowok cakep plus rubik itu emang melemahkan, apalagi kalo mainnya sambil bengong kece ngga merhatiin rubiknya gitu... seksi banget t.t)

Peristiwa tadi siang masih meninggalkan efek pada dirinya. Ia masih agak tercengang jika kembali teringat kejadian itu. Siang tadi adalah kali kedua Sasuke diperlakukan dengan tidak senonoh-setidaknya itu menurutnya-oleh seorang gadis. Gadis yang sama! Dalam kurun waktu satu Minggu pula!

Tangled: CheckmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang