Ten

4.7K 458 104
                                    

Written by trianianbu

.

.

.

.

.

.

.

Mobil sport berwarna lavender bermerek Bugatti Veyron itu berhenti dengan mulus di halaman parkir kampus paling bergengsi di Konoha. Tak lama kedua pintu mobil itu terbuka dan keluarlah dua makhluk berbeda jenis kelamin dari tiap sisinya. Para penghuni kampus tentunya mengetahui siapa dua orang yang dimaksud tersebut. Yups, siapa lagi kalau bukan pangeran dan putri kampus mereka, Uchiha Sasuke dan Hyuga Hinata.

Setelah melewati malam perdamaian dan terbangun dari tidur lelap ditepian tebing di pinggir kawasan Hyuga, Sasuke dan Hinata memutuskan untuk langsung ke kampus untuk menyerahkan tugas makalah yang telah mereka kerjakan. Berhubung siang ini adalah batas terakhir mereka mengumpulkan tugas tersebut.

Dan disinilah mereka sekarang. Di balik sebuah pintu bertuliskan Rector Room, Hyuga Hinata dan Uchiha Sasuke telihat sedang terantuk-antuk menahan kantuk.

Bagaimana tidak, mereka datang untuk menyerahkan tugas yang diberikan oleh Bapak Suha Kimura, rektor sebelumnya, sekaligus menyatakan bahwa permasalahan mereka yang lalu kini selesai sudah. Namun kini, mereka malah terjebak bersama seorang ibu muda.

Ibu Restu Ryuga yang menggantikan tugas Pak Suha sebagai rektor baru di kampusnya kini sedang memberikan ceramah no jutsu kepada keduanya.

Yahh, kalau cuma ceramah biasa sih tidak masalah yaa. Lah ini, sejak 30 menit yang lalu Ibu Restu tidak berhenti bicara, menasehati mereka tentang betapa tidak terpujinya tindakan bullying dan semena-mena, serta pentingnya menjalin hubungan antar sesama demi terciptanya kesejahteraan dan perdamaian dunia.

'Kita harus berbuat baik kepada semua, setiap makhluk dimuka bumi ini punya hak untuk bahagia. Jangan karena harta dan kuasa, kita jadi bertindak seenaknya. Kita harus bisa menekan ego kita agar bla bla bla.....'

Tak disangka Ibu Restu yang terlihat tegas, ambisius dan berwibawa, ternyata tak berbeda dengan ibu-ibu PKK yang suka banyak bicara.

Demi dewa, Sasuke merasa bosan luar biasa. Ia dan Hinata hanya tidur beberapa jam semalam, di tempat terbuka, kedinginan pula. Mereka bahkan belum sempat pulang ke rumah untuk sekedar mandi, gosok gigi ataupun berganti pakaian, demi untuk menyerahkan tugas ini sesegera mungkin. Dan mendapat ceramah yang seperti cerita dongeng begini, membuat ia kembali merindukan kasur di kamar rumahnya.

Sasuke berusaha menahan diri agar tak menguap lebar di hadapan ibu rektor. Melirik ke arah Hinata yang sedang duduk bersandar pada kursi dari posisi samping dengan mata yang setengah tertutup, bibir mungilnya yang agak terbuka. Sesekali tangannya mengusap hidung bangirnya dan membuatnya semakin memerah. Hahh, bahkan dengan wajah seperti itu saja Hinata tetap terlihat begitu mempesona dimatanya.

Jantungnya derdetak lebih keras saat sekilas bayangan tentang kejadian semalam kembali terlintas. Tentang bagaimana mereka bertemu, Hinata yang meminta maaf padanya, mereka yang berbaikan lalu berciuman, sampai akhirnya tertidur dalam keadaan berpelukan.

Ngomong-ngomong soal pelukan, Sasuke masih bisa mengingat bagaimana rasanya saat kedua bukit-ralat-gunung kembar Hinata yang menempel di dada bidangnya waktu itu. Begitu besar, kenyal dan arghhh....

Tangled: CheckmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang