A 6

675 30 0
                                    

"Stop dulu. Capek gue!"

"Payah, lo."

Rendy menyeka keringat di dahinya. Turun dari lantai lima sedangkan ia sama sekali belum sarapan adalah salah satu hal yang gila menurut Rendy.

"Ayo! Masa kalah sama gue yang cewek." seru Agtha yang sudah jauh jaraknya dari Rendy.

"Di, sumpah gue capek." Rendy duduk di tangga. Ini masih lantai dua, haduh bisa pingasan kalau begini caranya.

Agatha yang kesal melihat Rendy hanya duduk tak kunjung melanjutkan jalannya akhirnya memilih membopong badan pria itu yang tentu saja lebih besar darinya. "Berat banget." keluh Agatha.

Sesampainya di basement sekitar lima belas menit kemudian seorang staf hotel mendatangi mereka. "Loh, Mas Rendy kenapa?"

"Pak, bisa tolong anterin temen saya pulang?" Rendy balas bertanya kepada staf hotel yang sudah ia kenal dengan baik tersebut.

"Maksudnya, mas?"

"Pak Dirwan, bisa tolong antarkan dia pulang? Saya harus ke rumah sakit jenguk om saya." jelas Rendy.

Agatha mengerucutkan bibirnya. "Ren, kok lo gitu sih. Nyulik anak orang ya harus dibalikin bukan nyuruh orang lain balikin. Elo takut kalau sampai ada yang tau? Dasar cowok!" teriaknya kesal sambil melepas tangan Rendy yang melingkar di bahunya.

Rendy terhuyung ke depan, beruntung Pak Dirwan mengakapnya. "Di!" teriak Rendy. Ia mengejar Agatha dengan tertatih-tatih.

Sementara itu Agatha sudah menaiki taksi yang berhenti di depan hotel. Ia menangis. "Rendy jahat! Dasar cowok! Nyebelin! Liat aja gue bakal bales elo besok!!!"

"Aduh, mbak. Jangan teriak-teriak dong." supir taksi di depannya memperingatkan Agatha.

"Ih, bapak! Saya itu lagi kesel! Bisa diem nggak! Kalau nggak diem saya turun di sini nih!"

Pak supir hanya bisa mengangguk pasrah. Sial, penumpang pertamanya hari ini ternyata seekor singa. Lagipula kenapa dia takut akan ancaman remaja di belakangnya? Dia pemilik taksi jadi seharusnya dia yang memiliki hak untuk mengusir penumpangnya. Hm, remaja dan emosinya yang naik turun, batik pak supir sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dua puluh menit kemudian Agatha sudah sampai di depan rumahnya. "Ini pak, kembaliannya ambil aja." kata Agatha sambil menyerahkan tiga lembar uang seratus ribu rupiah kemudian bergegas keluar dari taksi.

"Non, semalem kemana?" Mang Mamat menanyai Agatha yang masuk ke dalam rumah dengan kesal.

"Minggat." jawab Agatha asal-asalan.

"Non, nyonya nunggu di dalem." sambung Mang Mamat.

Agatha menghentikan langkah kakinya. "Oh." jawabnya kemudian berlari menuju kamarnya.

"Non!" Mbak Lin memanggil Agatha yang sedang menaiki tangga dengan terburu-buru. "Non, tunggu!"

"Kalau nggak penting nggak usah manggil!" balas Agatha dengan berteriak.

"Nyonya nunggu di Taman belakang. Mendingan Non Agatha nemuin nyonya dulu sebelum nyonya marah non." jelas Mbak Lin dengan suara sendu.

"Bodo amat." Agatha membanting pintu kamarnya.

Ia duduk diatas kasur empuk dengan seprai spongebob, tokoh kartun kesukaannya. "Arrgghh!!!" teriaknya.

AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang