A 11

573 28 0
                                    

Agatha mengeluarkan ponselnya yang bergetar dari dalam saku seragamnya.

Ia menghela napas berat kemudian mulai kembali membuka chatnya semalam.

Besok. Selesai sma. Dia bakal balik ke Amerika.

Gue ikut lah pastinya.

Hidup berdua sama dia, pikirin aja gimana nggak jatuh Cinta entar dia ke gue.

Sadar diri dong, lo!

Pelampiasan doang!

Ga lebih!

Sadar woi!

Jauhin dia!

Besok siang istirahat ke dua gue tunggu di belakang perpus, awas aja lo nggak dateng!

Pesan masuk yang baru ia buka pagi ini. Dan sebuah pesan dari Rendy yang belum ia buka. Entah apakah laki-laki itu mencarinya atau tidak.

"Sorry telat, gue harus ke kamar mandi dulu soalnya." Stella tiba-tiba datang mengagetkannya. "On time juga ya, lo. Gini, gue laper jadi gimana kalau kita sekalian makan di kantin dulu?"

"Lo mau apa? Cepet sebelum gue pergi." kesal Agatha.

"Oh, cewek pelampiasannya Rendy udah nggak sabar ternyata." Stella berdiri tepat di depan Agatha. Mengibaskan rambut hitamnya yang halus dengan sombong mencoba menunjukkan jika dirinya jauh lebih baik daripada wanita di depannya.

"Gue denger lo nggak jadi pergi sama Rendy semalem, Bagus." kata Stella dengan senyuman puas. "Sebentar lagi acara keluarga, semua keluarga besar Rendy bakal kumpul. Acara ini diadain setiap dua tahun sekali. Dan untuk yang pertama kalinya." Stella menggantung ucapannya.
"Keluarga gue diundang." sambungnya sambil memainkan jari-jari lentiknya yang setiap kukunya dikutek pink.

"Oh." jawab Agatha datar. "Bukan urusan gue juga."

"No! Urusan lo, karena gue tau Rendy bakal ajak lo. Gini, pokoknya lo nggak boleh ketemu Rendy, kalau ketemu ya cuekin dia, terus lo harus tolak permintaan dia buat ajak lo pergi terutama ke acara keluarganya dia." Stella menatap Agatha tajam. "Inget, dia cuma manfaatin elo, nggak lama lagi lo bakal patah hati. Gue masih berbaik hati supaya lo nggak sakit hati kalau dia pergi entar."

Stella bersiap pergi meninggalkan Agatha sebelum suara Agatha membuatnya diam di tempat. "Sebenernya urusan lo apa sih? Semua yang lo ucapin, semua yang lo sampaiin ke gue itu belum tentu jadi nyata! Rendy yang jatuh Cinta ke elo, bokap lo yang suka ke Rendy terus bakal dukung hubungan kalian, lo yang bakal ke Amerika sama Rendy. Bahkan masalah gue yang cuma jadi pelampiasan Rendy juga bukan urusan lo! Gue yang sakit hati ya udah gue juga kok yang ngerasain, bukan lo, bukan orang lain! Nggak usah sebaik itu ke gue kalau elo juga ada maunya!"

"Heh! Lo denger ya! Semua ini, kepindahan Rendy ke sini dan setelah lo ada di sini bikin gue jadi jauh sama Rendy! Gue yang dari kecil ada buat dia, gue yang ngerti dia lebih dari orang tuanya. Lo itu mendingan pergi!"

"Kalau gue nggak mau pergi?" tantang Agatha.

"Kurang ajar ya lo!" Stella yang sudah terlanjur emosi mendekati Agatha kemudian menarik rambutnya dengan kuat.

Agatha yang belum siap dengan itu hanya dapat memejamkan matanya sambil mengigit bibir menahan sakit.

"Sakit? Kalau lo cuma ngerasain sakit karena rambut lo gue jambak, gimana gue yang nahan sakit waktu Rendy lo tarik kuat-kuat buat ngejauh dari gue. Gimana rasanya, gimana!"

Agatha tidak menjawab, ia masih memejamkan mata sambil mengigit bibirnya lebih kuat lagi.
"Stella!" Mela berlari mendekati Agatha dan Stella. "Lepasin!" serunya sambil menarik tangan Stella hingga jambakannya pada rambut Agatha terlepas.

"Sialan lo berdua!" maki Stella tak terima karena ada orang lain yang mencampuri urusannya.

"Lo nggak apa-apa, Ta?" Mela mengabaikan Stella dan memilih menenangkan Agatha yang terlihat syok, temannya itu hampir menangis.

"Pelakor!" teriak Stella pada Agatha sebelum ia meninggalkan dua sahabat itu.

"Lo yang pelakor!" balas Mela membela Agatha.

"Ke Uks ya?" tanya Mela kepada Agatha. Ia cemas, sungguh. "Ayo."

Namun Agatha menolak. Terlihat lebih tenang walaupun mukanya kini memerah menahan tangis, juga penampilannya yang acak-acakan membuat Agatha terlihat mengenaskan. "Gue nggak apa-apa." katanya.

"Fine! Ke kelas aja kalau gitu oke?" Agatha mengangguk setuju. Kemudian Mela mulai memapahnya perlahan.

Di perjalanan. Tak jauh dari kelas Mela dan Agatha, Rendy datang. Awalnya terlihat senang karena wanita yang ia cari sedari pagi telah ia temukan, namun dahinya mengerut dalam dengan tatapan bingung saat dirinya sudah tidak jauh dari Agatha dan Mela.

"Kenapa?" tanya Rendy sambil berdiri di sisi Agatha yang kosong. "Agatha kenapa, Mel?" tanyanya kemudian pada Mela. Namun Mela diam, seakan mengacuhkan Rendy sambil terus memapah Agatha ke kelas.

"Ren, pulang sekolah di depan Uks." Kata Mela akhirnya sebelum ia dan Agatha meninggalkan Rendy.

AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang