A 13

518 16 0
                                    

"Lo kenapa?" tanya Agatha kepada Rendy.

"Ta, sini dong, masa gue lo tinggal sendirian, sih." Arif menyenggol-nyenggol kaki Agatha dengan kakinya.

"Diem deh lo, Rif." kata Agatha sambil melotot kepada Arif. Arif mengerucutkan bibirnya, tapi tidak menghentikan kakinya menyenggol-nyenggol kaki Agatha dengan semakin kuat, membuat tubuh Agatha ikut bergerak.

"Lo kenapa? Maksud kata-kata lo apa?" tanya Agatha sekali lagi kepada Rendy, namun yang ditanyai hanya diam sambil memainkan ponselnya.

Agatha yang merasa pertanyaanya tidak akan mendapat jawaban membalikkan badan ingin meninggalkan Rendy. Namun kaki Arif yang semula hanya menyenggolnya malah balik menendang Agatha, membuat keseimbangannya hilang.

"Ta!" teriak Arif. Spontan Arif langsung berdiri untuk menangkap tubuh Agatha.

Brukkk!

"Aduh!" pekik Arif sambil tersungkur di lantai.

Saat Arif akan menangkap Agatha, disitulah Rendy lebih dulu bergerak untuk menarik Agatha ke pangkuannya dan sebelah kaki Rendy menghalangi jalan Arif membuat ia tersandung dan akhirnya jatuh.

"Maksud lo nendang Agatha apa? Hah!" Rendy berdiri menghampiri Arif yang masih meringis kesakitan. "Di, lo liat sendiri, kan. Lo liat orang ini cuma bisa nyelakain lo doang!" Rendy berteriak murka menatap Agatha.

"Gue tanya sekali lagi, maksud lo nendang Agatha, apa?" Rendy kembali mengalihkan pandangannya kepada Arif sambil mencengkeram kerah belakang laki-laki itu.

Arif hanya diam, menahan takut dan sakit. Agatha yang melihat Arif prihatin sambil takut-takut menarik lengan Rendy.

"Lo masih belain dia, Di?" tanya Rendy sambil menatap Agatha tajam. "Iya, lo masih belain dia?"

"Eh, bukan gitu. Jangan marah-marah dong, Ren." cicit Agatha.

Rendy berdiri. "Kalau lo mau ngejauhin gue, seenggaknya jangan deketin yang lebih buruk dari gue." kata Rendy kemudian meninggalkan Agatha yang hanya bisa menatap punggung Rendy menjauh.

"Ye, gitu aja marah-marah!" Arif berdiri dari posisi tersungkurnya. "Sorih ya, Ta. Gue tadi bukannya mau nendang lo, gue cuma iseng aja. Dan, gue nggak lebih buruk dari Rendy yang suka marah, terus gue."

"Diem! Lo tuh bikin gue dimarahin Rendy." Agatha duduk kembali di kursinya, mencoba menenangkan dirinya sendiri yang masih kaget dengan kemarahan Rendy.



"Tatata." Aqila menarik-narik kaus yang dikenakan Agatha.

"Apa?" tanya Agatha.

"Ndi.. Ndi..."

"Apa? Kak Rendy?" Aqila mengangguk meng iyakan pertanyaan Agatha. "Ooh, Qila kangen sama Kak Rendy, ya?" Aqila tertawa.

"Ndi..."

"Kenapa, Qila? Kangen banget ya kamu?" Aqila tidak menjawab. "Tapi Kak Rendynya lagi sibuk." jelas Agatha.

"Ngguu.. Tunggu..." Aqila berlari dengan kaki kecilnya menuju kamar tamu.

Agatha mengerutkan keningnya, sejak kapan kamar tamu menjadi kamar Aqila? Karena Agatha sangat tau kalau neneknya berada di kamar miliknya sendiri di lantai atas.

"Ni." kata Aqila sambil memberikan Agatha sebuah bouquet bunga yang sudah layu. Agatha membolak-balik bouquet tersebut hingga menemuka sebuah kertas menggantung di sana.

Hai, Di. Lo lagi marah dan nggak mau keluar kamar waktu gue tulis ini. Aqila kecewa waktu tau kita nggak jadi pergi, dan gue mutusin buat nemenin dia gambar. Sambil nemenin sambil gue sobek kertas gambar Aqila buat nulis ini.

Gue nggak tau kenapa lo marah, dan gue nggak suka lo marah, Di. Minggu depan gue ke rumah lo lagi, kita ke pasar malem bareng-bareng, ya.

See you next week, Adia.
Love,
Rendy.

Adia tersenyum. "Yang ngasih Kak Rendy ya ini?" tanya Adia kepada Aqila.

"Ya." jawab Aqila.

"Kok nggak dari kemarin bilang ke kakak?" Aqila tersenyum kemudian menarik toples berisi kue kering di meja tamu.

Seakan teringat sesuatu, Agatha meraih ponselnya.

"Halo, Ta. Kenapa?"

"Mel!" pekik Agatha begitu teleponnya diangkat Mela pada dering ke tiga.

"Iya, apa?"

"Rendy ngajak gue ke pasar malem, minggu besok."

"Ya Bagus, dong."

"Masalahnya, dia marah ke gue tadi siang. Dia tau kalau gue mau ngejauhin dia, Mel." suara Agatha merendah.

"Bagus, dong."

"Iih, Mel. Gue kan sedih dia jadi nyuekin gue."

Mela menghela napasnya di seberang sana. "Terus mau lo gimana? Lo mau ngejauh dari Rendy, dan sekarang Rendy nyuekin lo. Seharusnya kalau lo beneran mau ngejauh ya lo bisa manfaatin situasi ini. Tapi kenapa lo malah sedih?"

"Gue nggak tau."

"Nggak tau kenapa lo sedih?"

Agatha mengangguk. "Iya." kemudian dia tersenyum. "Plinplan ya gue, Mel. Bahkan gue nggak tau apa mau gue sebenernya. Bodoh ya, gue."

*

*

*
Happy reading!

Oh, iya. Aku (nggak usah pake saya lagi, ya, haha) kalau update sesukanya. Lagi kepengen nulis ya update kalau nggak ya mungkin bisa lama juga wkwk.

Jadi, kalau kalian mau update cepet, dipersilahkan neror pake kembang 7 rupa wkwk. Karena apa? Karena aku sebenernya pemalas haha.

Voment.

AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang