A 9

678 34 2
                                    

Agatha menuruni tangga rumahnya mencari Mbak Lin yang entah berada dimana. Dapur, ruang keluarga, halaman depan, kamar pribadi milik asisten rumah tangganya tersebut, bahkan hingga ke kamar mandi lantai atas dan bawah pun tidak menunjukkan keberadaan wanita dua puluh tahunan itu.

Saat Agatha bermaksud untuk kembali ke kamarnya, ia dikejutkan oleh suara pintu yang berdecit dan menunjukkan Mbak Lin yang keluar dari sebuah kamar yang sudah lama tidak ditempati oleh sang empunya. Kamar milik neneknya.

"Aku nyariin Mbak Lin kemana-mana tapi nggak ada dan sekarang malah nemuin embak lagi beresin kamar nenek?" katanya dengan kesal.

Mbak Lin terlonjak kaget, kemudian segera ia tempelkan jari telunjuk tangan kanannya ke depan bibir. "Sst, nyonya baru aja tidur, non. Dari kemarin nggak bisa tidur."

"Nenek disini?" tanya Agatha kaget. "Sejak kapan dan kenapa? Kalau dia nunggu Aqila, oke maaf karena tadi aku bawa dia main bareng temen aku tapi sekarang dia udah tidur di kamar aku dan bisa diambil karena tempat tidurku juga nggak seluas itu untuk ditiduri dua orang."

Ekspresi Mbak Lin berubah sendu. "Non Qila kayaknya suka sama Non Agatha deh, gimana kalau malam ini Non Aqila tidurnya sama kakaknya?"

"Nggak."

"Non, tapi-"

"Bawa dia keluar dari kamar aku kurang dari dua menit karena aku udah ngantuk!" bentak Agatha kemudian bergegas meninggalkan asisten rumah tangganya sendirian.

------------------------------------------------------

"Gue belum belajar sama sekali, nih." Agatha meremas rambutnya kesal. Semalam ia memilih untuk tidur awal karena entah mengapa dirinya terlalu kesal hanya karena Aqila yang tidur di kamarnya, padahal ia juga yang menidurkan Aqila.

"Ini hari terakhir PAS kita dan dari seminggu yang lalu lo selalu bilang kalo elo nggak belajar? Jangan panggil gue waktu dapet soal susah, ya." Alya mendengus tidak suka pada kelakuan temannya ini.

"Yah, ini kimia loh. Kalo nilai gue jelek terus kena marah Pak Santoro gimana? Kalian tau sekejam apa Pak Santoro kan, tega gitu kalian liat entar gue jadi bulan-bulanan dia."

"Gue mau liat, tuh. Bakal seru kalo Pak Santoro dapet mangsa." Mela terkikik membayangkan apa yang akan guru buncitnya yang ompong dan galak lakukan saat melihat Agatha mendapat nilai jelek.

Agatha mengerucutkan bibirnya kesal. Mela dan Alya tertawa. Kemudian tawa mereka terhenti melihat seorang wanita cantik mendatangi tempat duduk mereka.

"Hai, gue nyari Agatha. Lo ya? Bisa ngomong sebentar?" katanya sambil menunjuk ke arah Agatha dengan jari lentiknya. "Sebelumnya kenalin, gue Stella. Bisa ikut gue sebentar, ada yang mau gue omongin nih."

Stella? Seperti nama yang tidak asing bagi Agatha. Ia kemudian mengangguk dan mengikuti Stella yang entah akan membawanya kemana.

"Disini aja ngomongnya." Stella berhenti tepat di bawah pohon asem. "Gue denger lo deket ya sama Rendy?"

"Lo denger dari siapa? Kalo yang lo maksud itu deket sebagai temen, oh iya gue sama dia satu meja jadi lumayan deket lah." jelas Agatha agak tidak suka dengan topik pembahasan kali ini. Kenapa harus Rendy? Batinnya.

Stella mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya dengan gerakan lembut yang Agatha yakin seyakin-yakinnya kalau ia disandingkan dengan Stella maka ia akan kalah dalam hal apapun. "Nih." Stella menyodorkan ponselnya yang menampilkan foto Agatha bersama Rendy saat di toko boneka beberapa waktu lalu.

"Oh, kenapa sama foto itu? Ada yang salah?"

Stella tersenyum sinis. "Denger ya Agatha Adia Zahra Pratista. Gue sama Rendy itu udah sahabatan dari kecil. Bokap nyokap gue sama ortunya dia udah ngedukung hubungan kita banget. Lo tau kan, waktu Rendy dipindah dari Amerika ke Indonesia, bokap gue juga melakukan hal yang sama. Kenapa? Karena dia bener-bener suka sama Rendy jadi dia mau gue bakal selalu sama dia."

"Oke, pertama, gue nggak tau masalah kepindahan kalian karena bukan urusan gue juga. Kedua, gue juga nggak mau ngurusin bokap lo dan segala macam hal yang dia inginkan kepada Rendy."

Muka Stella merah padam menahan amarah. "Sialan."

Agatha menaikkan sebelah alisnya, bagaimanapun juga ia harus bisa menahan emosinya.

"Gue mau lo jauhin Rendy, jangan deketin dia atau lo tau sendiri akibatnya. Rendy cuma punya gue."

"Woi, Rendy itu punya orang tuanya."

"Terserah, pokoknya gue mau lo jauhin dia, oke?" Stella meninggalkan Agatha sendirian.

"Jadi cewek kok nyebelin, bukan pacarnya kan, tapi kok udah sok-sokan gitu sih." gumamnya.

"Kenapa lo? Diapain sama dia? Gue liat dari situ kok kayaknya seru banget." Mela menghampiri Agatha yang masih kesal.

"Itu, ada orang yang ngebet suka sama si Rendy, nyuruh gue ngejauhin Rendy lah, bahkan sampe nyeritain sejarahnya dia sekolah disini." ketus Agatha kemudian berjalan kearah Rendy yang dengan kebetulan lewat di depannya.

"Hai." sapa Rendy tersenyum kepada Agatha. "Kenapa? Mau renang lagi? Udah selesai dapet nya? Coba sini gue liat."

"Ish, apaan sih lo." Agatha menepis tangan Rendy yang terulur. "Gue cuma mau bilang kalau tadi ada orang yang nyuruh gue buat ngejauhin elo. Jadi mulai sekarang kita jauh-jauhan ya, biar dianya seneng terus kita dapet pahala."

Rendy mengerutkan keningnya bingung, namun sedetik kemudian Rendy tersenyum sambil menjentikkan jarinya. "Oke."

------------------------------------------------------

Hai.. Hai...
Karena besok Natal, jadi saya mau ngucapin selamat hari Natal bagi yang merayakan 🎉🎅🎄🎁

Semoga kita semua diberkati berkah natal yang tiada hentinya.

Ale.

AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang