A 16

633 17 4
                                    

Aqila tersenyum lebar saat melihat Rendy membawa permen kapas untuknya.

"Dimakan, Kak Adia jangan dikasih." kata Rendy yang mendapat anggukan dari Aqila.

Agatha yang melihat itu mengerutkan keningnya. "Lo nggak beliin gue sesuatu gitu?"

"Ooh, lo mau? Mau apa?"

"Nggak usah, deh."

"Gitu aja marah. Bilang mau makan apa, ntar gue kasih."

"Gausah. Nggak pengen apa-apa kok."

Rendy membuang tusuk sosis bakar miliknya. "Jangan marah, Di. Lo mau makan apa?"

"Nggak marah, Ren."

"Qila, kakaknya marah tuh." Kata Rendy sambil mengambil satu tusuk sosis bakar lagi.

Qila tidak peduli, ia tetap fokus memakan permen kapas yang kini sudah mengotori wajah dan bajunya.

"Eh, Ren." Agatha tiba-tiba memanggil Rendy. "Gue mau dong sosis bakar."

Rendy menelan sosis bakar di mulutnya sebelum menjawab. "Oke."

"Ren." Agatha menahan Rendy yang hendak melangkah pergi.

"Iya?"

"Gue mau sosis bakar punya lo."

Hening.

Hatchi!

Suara bersin Aqila mengalihkan perhatian Agatha. "Eh, Qila kenapa?"

"Lo mau apa?"

"Sosis."

"Sosis gue?"

Agatha mengangguk tanpa melihat Rendy. Ia masih sibuk mengelap hidung Aqila. Rendy dengan gerakan pelan menutup selangkangannya.

"Jangan. Cuma ada satu ini." katanya memelas.

Agatha mendengus. "Katanya mau apa aja bakal dikasih!"

"Ya nggak sosis gue juga kali." protes Rendy yang mukanya menjadi merah padam, antara malu dan tersinggung.

"Gimana sih, jadi cowok kok nggak bisa mempertanggungjawabkan kata-katanya."

"Yakali lo mau ini."

"Iya, gue mau itu titik."

Muka Rendy semakin merah. "Siapa yang ngajarin lo mesum?"

"Hah?" Agatha kembali melihat Rendy. "Lo kenapa? Merah banget mukanya?"

"Lo kenapa? Mesum gitu otaknya?" Rendy diam sejenak, membuang sosis yang tersisa karena dia sudah kehilangan nafsu makan. "Cukup gue yang mesum, lo jangan."

Agatha membulatkan matanya. "Kok lo buang sosisnya? Gue mau itu, Ren!"

Rendy yang mendengar itu menjadi kaget. "Lo mau sosis yang gue makan?"

"Iya, yang sekarang lo buang!" pekik Agatha.

"Hah? Gue kira sosis gue." kata Rendy pelan.

"Ya itu sosis yang itu. Ah, ngeselin sih jadi orang." Agatha mulai menujukkan muka marahnya.

"Gue beliin lagi, oke?" bujuk Rendy.

"Gausah!" kata Agatha sambil berjalan meninggalkan Rendy sendiri.

Rendy yang melihat itu tersenyum. Agatha selalu menggemaskan saat marah. Rendy menyukai Agatha saat marah tapi dia tidak ingin membuat Agatha marah.

Saat Rendy masih diam di tempat, Aqila yang tadinya dibawa pergi bersama Agatha berlari kecil menghampiri Rendy. "Yo!" katanya sambil menarik tangan Rendy.

"Kak Adia kemana?" tanya Rendy kepada Aqila yang masih semangat menarik tangan Rendy, membuat Rendy berjalan dengan sedikit menunduk karena tinggi Aqila yang hanya sebatas pahanya.

"Sana!" jawab Aqila sambil menunjuk ke arah sebuh wahana.

Semakin dekat dengan wahana itu, Rendy semakin bisa melihat Agatha yang tengah berbicara kepada seseorang.

"Di!" panggil Rendy kepada Agatha.

Agatha menoleh, sambil tersenyum dia berbicara kepada wanita di depannya. Saat sudah dekat, Aqila berlari menghampiri dua wanita itu.

"Mbak!" teriaknya kemudian mengulurkan kedua tangan meminta wanita yang disebut Mbak itu untuk menggendongnya.

"Ren, kenalin ini Mbak Lin." kata Agatha saat Rendy sudah berada di sampingnya. Rendy tersenyum yang dibalas senyuman juga oleh Mbak Lin. "Mbak Lin ini yang suka bantu-bantu di rumah. Lo belum pernah ketemu ya?"

"Halo Mas Rendy. Saya disuruh Nyonya buat bawa Non Qila pulang, kata Nyonya, supaya kalian nggak ada yang ganggu." kata Mbak Lin.

"Oh, ini mau pulang padahal." Rendy melirik jam tangannya sambil tersenyum tidak enak. Padahal, baru sekitar lima belas menit mereka sampai di pasar malam itu.

"Loh, baru juga sampe, Ren." protes Agatha. "Gapapa kali biar Qila pulang bareng Mbak Lin."

"Iya, Mas. Gapapa."

Rendy hanya bisa menurut saat Mbak Lin membawa Aqila pulang.

Setelah itu, Agatha merengek ingin naik kora-kora, melupakan acara marahnya tadi. Dan tak lama kemudian keduanya sudah berada di atas wahana tersebut.

"Lo boleh pegang tangan gue kalau takut." kata Rendy yang duduk di samping Agatha. Keduanya memilih tempat ke dua dari belakang.

"Ga akan takut." balas Agatha yang bersamaan dengan bergeraknya kora-kora secara perlahan.

"Wuuu!!!" Agatha berteriak saat kora-kora itu semakin kencang berayun. Sementara Rendy sesekali meringis sambil memegang kuat besi di depannya.

"Jangan ditahan, Ren! Teriak!!!" Rendy mengangguk sebagai jawaban untuk Agatha. Ia mengambil ancang-ancang kemudian berteriak dengan keras.

"Woi, Mas! Jangan kenceng-kenceng! Gue belum lulus! Gue belum nikahin Adia!!!" teriaknya kepada orang di bawah mereka yang sedang menonton. Entah teriakan itu ditunjukkan kepada siapa.

Namun, pipi Agatha menghangat.

*
*
*

Hai hai, aku balik haha. Maaf udah lama banget nggak update.

Akutuh waktu itu lagi semangat padahal. Tapi, besoknya poteq wkwk. Ya masa doi yang udah aku taksir lama malah jadian sama orang yang belum lama dia kenal coba.

Jadi, aku malah bikin cerita tentang doi haha. Siapa tau ada yang mau baca? Wkwk.

Oke, maaf ya lama ga update, maaf banget.

Selamat membaca,
Voment jangan lupa hehe,

Ale.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang