11

1.7K 142 1
                                    

Renata sedang duduk menekuk lututnya di depan pintu kamarnya yang ia kunci. Sedang mengingat ucapan teman-temannya yang tiba-tiba membahas perihal alumni sekolah mereka yang hamil saat masih bersekolah di sekolah mereka sewaktu sedang berkumpul di rumah Mozza beberapa minggu yang lalu.

"Eh, lu tahu gak Susi anak kelas XII-IPA.1? Kalau follow IG-nya pasti sering lihat dia upload foto anak kecil.", ucap Beatrix tiba-tiba saat mereka sedang santai di rumah Mozza.

"Ya terus kenapa? Itu kan keponakannya.", Ivana menyahuti Beatrix, sedangkan yang lain hanya mendengarkannya saja sambil melanjutkan aktivitas mereka sebelumnya.

"Memang keponakannya, tapi emaknya tuh anak, kakaknya Susi. Hamidun duluan pas sekolah.", ucap Beatrix. Dahi Mozza langsung berkerut mendengar ucapan Beatrix.

"Aduh lu bisa pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar gak sih. Barusan lu ngomong apaan? Kagak ngerti gue.", ucap Mozza tidak mengerti dengan bahasa planet yang diucapkan temannya yang satu itu.

"Hamil duluan pas masih di sekolah. Kakaknya Susi itu cuma beda satu tahun deh. Setahu gue heboh tuh beritanya. Gila itu sih malu banget", jawab Beatrix.

"Kok bisa hamil duluan sih?", tanya Della dengan wajah polosnya.

"Ya bisa lah Del, kan sudah ada proses pembuahan. Gimana sih lu?", jawab Ivana gemas mendengar pertanyaan bodoh dari Della. 

"Lu tahu dari mana Trix? Jangan ngomong sembarangan. Didengar orangnya bisa dituntut dengan pasal pencemaran nama baik loh. Lagi pula kalau memang benar kan yang penting dia dan  pasangannya mau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Menurut gue lebih baik daripada dia menggugurkan kandungannya.", ucap Mozza.

"Dari sepupu gue lah. Sepupu gue seangkatan sama kakaknya itu. Tapi awalnya cowoknya gak mau tanggung jawab. Sampai akhirnya ketahuan pihak keluarga Susi dan sekolah kalau kakaknya Susi itu hamil, akhirnya dia berhenti sekolah dan cowoknya yang kebetulan satu sekolah juga akhirnya mau tanggung jawab setelah keluarganya dipanggil ke sekolah.", jelas Beatrix diikuti anggukan mengerti dari yang lainnya, sedangkan Renata yang biasanya tidak kalah semangatnya dengan Beatrix jika membicarakan orang kini hanya terdiam saja.

"Terus, kesimpulan dari cerita lu apa neng?", tanya Clara pada akhirnya.

"Yah kan kalian pada punya pacar nih. Gue kepengen sih punya keponakan yang lucu-lucu dari kalian. Tapi jangan cepat-cepat yah. Kecuali kalian sudah siap ga apa-apa sih asal kalian menikah dulu, gue siap kapan saja untuk menjadi tante yang paling cantik dan disayangi sama mereka semua. Gue paling dukung sih Mozza dan Keanu, kalau anaknya cowok bisa jadi pasangan hidup gue dan selisih umur kita gak terlalu jauh.", ucap Beatrix yang membuat Mozza tersedak mendengarnya dan Clara melotot ke arahnya.

"Amit-amit cabang bayi deh", Clara mengetuk dahi dan perutnya secara bergantian.

"Gue kan gak tahu kalian sudah sampai tahap ngapain pacarannya. Siapa tahu ya gitu deh", lanjut Beatrix menggendikan bahunya.

"Trix, lu mau jadi pedofil? Keracunan micin kali lu yah. Bukan sepenuhnya salah cowok juga kalau sampai si cewek hamil sih menurut gue. Cewek juga salah karena mau diajak begitu sama cowoknya, kalau dia tegas menolak pasti cowoknya ngerti. Kecuali ada unsur pemaksaan, baru itu namanya pemerkosaan.", ujar Mozza mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.

"Kita sebagai cewek harus bisa jaga diri. Jangan suka terpedaya sama omongan cowok oh kamu gak cinta sama aku? Aku butuh bukti cinta kamu. Terus kita jadi nurutin apa yang dia minta. Kalau memang cinta, dia gak akan menuntut sesuatu dari kita sebagai bukti.", ucap Mozza gerah mendengar ucapan Beatrix. Kesannya seakan-akan orang yang berpacaran tidak memiliki batasan.

LovestagramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang