ㅡ Dia lemah, pada tatapan teduh dan pelukan hangat itu. Dia candu.
ㅡㅡ✨ㅡㅡ
Mendung itu menyiratkan segala gundah yang ada dihati Kyulkyung. Ia tak sanggup melepas, juga tak mampu bertahan. Ia berada disebuah pilihan yang mau tak mau harus ia ambil. Melepaskan atau memperjuangkan. Keduanya butuh pengorbanan, dan Kyulkyung tak suka itu. Ia tak suka memilih. Apalagi jika pilihan itu akan berkhir menyakitinya. Fokusnya tak lagi berada disini. Entah kemana Kyulkyung yang tanggap pada setiap pertanyaan gurunya. Bahkan lebih dari setengah hari jam sekolah ia habiskan di dalam UKS.
Kyulkyung membuka pintu kelasnya, hendak mengambil tas dan pulang untuk mengistirahatkan tubuhnya yang entah mengapa terasa begitu lelah. Bahkan melebihi ketika ia harus mengikuti kelas tambahan. Kaki-kaki mungilnya itu masih sanggup menopang berat tubuhnya, meski rasanya ingin ambruk saja. Tekanan yang menyerang batinnya bahkan jauh lebih kuat dari rasa sakit yang ia rasakan ketika tamu bulanannya datang.
"Dek." Suara itu membuat sekitar Kyulkyung terasa berputar. Matanya kembali mengembun. Sekuat tenaga ia menahan tangisnya. Sekuat tenaga ia menghindari Minhyun. Mencoba tak menggubris laki-laki yang kini menatapnya iba.
Kyulkyung menyambar tas sekolah dari bangkunya dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya. Peduli setan dengan Minhyun yang menatap simpati padanya. Setidaknya kelas sudah sepi jadi ia tak harus menghadapi tatapan-tatapan penuh tanya dari teman sekelasnya, yang kemudian pastinya akan menjadi headline news di grup kelas. Dan ia benci itu. Ia benci menjadi pusat perhatian.
"Dek, please." Minhyun menahan lengan Kyulkyung saat gadis itu hendak meninggalkannya, membuat tubuh lemas Kyulkyung sedikit terhuyung dan hampir terjatuh. Bulir bening mulai mendesak kelopak mata Kyulkyung. Tangannya mengenggam erat. Menahan tangisannya yang mungkin akan meledak sebentar lagi. "Please, lo kenapa sih? Belakangan lo ngehindar dari gue loh, dek."
Ingin memaki saja rasanya Kyulkyung sekarang. Bagaimana Minhyun dengan semudah itu bertanya alasan Kyulkyung menghindari ketika jelas-jelas Minhyun tak ada saat ia benar-benar butuh support. Ketika ia benar-benar merasa dipojokkan akibat nilai hasil seleksi olimpiadenya yang tidak lolos. Egois memang kelihatannya, tapi sungguh, Kyulkyung tak menuntut banyak, cukup kata-kata motivasi atau simpati saja sudah bisa menghiburnya. Tapi apa? Minhyun justru sibuk dengan dunianya, chat pun tak dibalasnya dengan segera.
Minhyun punya waktu hangout dengan kawan sejawatnya, tapi kenapa tidak bisa meluangkan waktu membalas pesan Kyulkyung yang bahkan tak akan lebih dari 10 menit. Kyulkyung merasa tak dihargai sebagai seorang pasangan. Apakah salah jika ia menginginkan lebih?
"Kak, biarin aku sendiri ya?" Suara yang sebisa mungkin ia buat bormal itu terdengar berat. Parau. Seperti menahan tangis yang bisa kapanpun pecah. Tanpa mentap Minhyun, Kyulyung melepas perlahan genggaman Minhyun. Bulir itu akhirnya luruh juga. Isakan-isakan kecil terdengar saat Minhyun mulai mempererat gengamannya dilengan Kyulkyung. "Sakit kak..." Pecah sudah tangis Kyulkyung. Kini Minhyun menariknya kedalam dekapan. Mengelus punggung Kyulkyung, menyalurkan sedikit ketentraman.
"Jangan nangis dong, dek. Ntar dikiranya gue ngapa ngapain lo." Minhyun tak melepaskan pelukannya. Membiarkan air mata Kyulkyung itu tumpah didadanya. Memberi ruang untuk gadisnya menumpahkan segala kesalnya.
"Kak,sadar ga sih?" Kyulkyung menjauhkan dirinya dari dekapan Minhyun, tak mau lagi terlena akan kehangatannya. Ia menatap lurus kewajah Minhyun. Mata sembab dan air mata yang masih mengalir membuatnya terlihat menyedihkan. "Selama ini kakak sadar ga sih? Kalau kakak itu ga pernah menghargai aku sebagai pasangan? Aku juga butuh diperhatiin kak! Aku juga butuh kakak! Dimana kakak pas aku butuh kakak kemarin?!" Tangisnya semakin menjadi. Melontarkan kata kaya yang sejak kemarin terpendam.
Minhyun terdiam. Ingin mengelak tapi tak tega melihat kondisi gadis diepannya. Kacau. Kyulkyung benar-benar kacau. Dan Minhyun merasa bersalah, tapi sisi egoisnya tak mau mengalah. Minhyun masih belum sepenuhnya menyadari apa kesalahan utamanya. Meskipun kata maaf terucap entah berapa kali banyaknya, Minhyun masih tak mau mengakui bahwa dirinya bersalah. Tapi Kyulkyung dengan mudahnya menerima permintaan maaf itu. Entah terlalu polos atau terlalu sayang. Benar kata orang-orang, bodoh dan terlalu sayang itu beda tipis.
'Haruskah aku memberikan kesempatan lagi padanya?' Tangis Kyulkyung mereda, bersamaan dengan makin eratnya pelukan Minhyun pada tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET HER GO ㅡ Minhyun x Kyulkyung
Short Storyㄴ only know you love her when you let her go, and you let her go; ㅡ passenger ㄱ kisah seorang Hwang Minhyun dan segenap kasih sayangnya pada Joo Kyulkyung. "..... but sometimes; we have to let go." ㅡ minhyun. ⓒ2017 bbywind. [ some chapter are priva...