Yoonji menutup gorden jendela Jimin yang sedikit terbuka. Hujan sangat deras saat ini, nyonya dan tuan Park tidak ada, sedang menghadiri suatu acara untuk bisnisnya.
Dokter Namjoon? Ia sedang ada prakter operasi dan berjanji akan balik disore hari. Kali ini baru pertama kalinya Yoonji ditinggalkan bersama Jimin seperti ini ditambah cuaca yang sangat buruk— hujan deras dan angin yang sangat kencang.
Jimin masih tertidur pulas di ranjangnya, setelah ia makan tadi— ia tak menghabiskan makannya hari ini. Perasaannya masih terlihat sangat buruk.
Yoonji hanya bisa terduduk disofa kamar Jimin— membaca buku yang ia ambilnya dari rak buku Jimin, sambil menggenggam cangkir berisikan coklat panas utuk menghangatkan dirinya.
"Ngh . . . "
Jimin mengeluh— spontan membuat Yoonji beranjak dari duduknya.
"Jimin?" Ucap Yoonji.
Ia melihat Jimin mengeluarkan banyak kringat dan langsung bergegas mengambil termometer didekatnya.
"Astaga," kaget Yoonji yang melihat angka 42.1 ditermometer digital itu.
Yoonji panik, dan langsung menelepon Namjoon.
Karena Namjoon pernah memberi tahu, Jimin akan mudah terserang deman jika cuaca tidak baik.
Panggilan telponnya tak kunjung diangkat, ia makin panik karena ia melihat Jimin yang makin memburuk. Bajunya sangat basah, bahkan Yoonji bisa merasakan hawa panas dari tubuh Jimin.
Ia berusaha menghubungi kedua orang tua Jimin, tapi tidak ada yang mengangkat telponnya itu. Ditampah signal yang cukup buruk akibat cuaca.
Tak mendapat respon juga, Yoonji langsung mengambil buku pedomannya dan mencari obat yang harus ia diberikan.
Yoonji berlarian dengan paniknya dan mengambil obat yang ia butuhkan. Mengambil baju ganti dan baskom berisi air hangat untuk mengompres.
"Jimin? Apa kau baik-baik saja? Ayo jawab aku. Ayo kita minum obat dulu," Yoonji membangunkanya perlahan— menepuk pelan pipi Jimin tetapi ia tetap menutup matanya.
"Jimin . . . jangan membuatku khawatir," Yoonji hampir menangis saking paniknya.
Tak lama Jimin membuka pelan matanya— menatap Yoonji dengan sayu, "Yoonji . . . aku sangat kepanasan," lirih Jimin dengan suara pelan bahkan terdengar berbisik dengan yang kini kembali tertutup.
Yoonji makin binggung dengan apa yang harus ia dilakukan. Jimin kepanasan saat cuaca sangat dingin seperti ini? Biasanya jika suhu tubuh panas yang kita rasakan adalah kedinginan, tetapi Jimin malah kepananas? Yoonji makin binggung.
"Jimin apa yang harus aku lakukan?"
Jimin kembali terdiam.
"Oh tuhan, bagaimana ini."
Dering ponsel berbunyi— Namjoon menghubunginya.
Dengan tergesa Yoonji langsung menjelaskan keadaannya.
"Yoonji langsung saja kau ganti baju Jimin. Jangan biarkan ia mengenakan baju yang basah karena keringatnya. Ambil beberapa kipas taruh didekatnya, jangan gunakan AC. Kompres Jimin dengan air hangat. Jangan pakaikan ia baju jika suhu nya belum menurun. Aku akan segera kesana, saat ini aku terjebak akibat runtuhnya pohon didekat pusat kota." celoteh Namjoon panjang lebar, bahkan ia tak biarkan Yoonji memotong pembicaraannya.
Tanpa banyak berbicara, setelah mematikan sambungan telpon Yoonji pun bergegas mengambil seluruh yang tadi Namjoom katakan.
Langsung saja ia menaruh kipas angin di ujung ranjang Jimin, menyibak selimut yang menutupi badan Jimin. Perlahan ia memangkat tubuh Jimin yang sangat lemas itu. Membiarkannya sedikit terduduk dan bersandar diatas ranjang. Jimin tak merespon sedikit pun dan hanya bergerak mengikuti arah yang Yoonji lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Before You 'MinYoon/Gs' (END)
FanfictionPark Jimin, Namja dengan segala kebebasan yang ia miliki, harus menerima keadaan yang merubah kehidupan nya 360°. Dan mengharuskannya bertahan dengan keterpurukannya itu. Hingga ia bertemu dengan seseorang gadis yang berupaya keras berkerja untuk me...