Eomma, appa dan Jinhye sedang terduduk di bangku ruang tunggu rumah sakit terdekat dari rumah Yoonji.
perasaan panik, khawatir, dan sedih pun jadi satu dalam benak keluarga itu, bagaimana tidak?
Pagi tadi appa memberanikan diri untuk mendobrak pintu kamar Yoonji yang sudah 2 hari tak keluar kamar itu. Dan appa menemukan Yoonji yang sudah tergeletak tak berdaya dalam sana, tanpa pikir panjang pun mereka membawa Yoonji kesini.
tak lama keluar seorang dokter yang menangani Yoonji, mereka pun langsung menghampiri.
"bagaimana dok?" tanya panik eomma bersama dengan tatapan serius dari appa dan Jinhye.
"Yoonji baik-baik saja, karena tak ada asupan apapun jadi ia jatuh pingsan. saat ini kami sudah memberikan penanganan untuk Yoonji kalian tenang saja."
Dokter berusaha menenangkan eommma— mengusap pundak eomma Yoonji
"syukurlah dok."
Appa pun menopang tubuh lemas itu dan Jinhye memeluknya dari belakang.
"Tenang eomma," khawatir Jinhye.
"Baiklah, aku permisi."
Dokter itu berjalan dan tiba-tiba menghentikan langkahnya— kembali menghampiri.
"Maaf aku terlupa, sepertinya Yoonji mengalami hal yang sangat berat, saya merasa Yoonji memiliki beban yang sulit ditanggungnya. Bahkan saat diperiksa pun ia terlihat menangis dalam ketidaksadarannya. Saran saya ahjumma luangkan waktu untuk Yoonji jika ia sudah membaik."
Mereka ber 3 sontak kaget, mereka benar-benar tak tau apa yang sedang Yoonji alami.
"Baiklah dokter."
Jimin terduduk di kursinya, waktu sudah sangat siang dan sampai saat ini ia belum juga melihat Yoonji datang.
Sudah beberapa kali ia menanyakan kabar Yoonji pada Namjoon dan beberapa kali juga Namjoon hanya menjawab 'aku tak dapat kabar dari Yoonji Jim, dan ku hubungi teleponnya tak dijawab dan saat ini malah tak aktif', Jimin pun bersumpah Jika dirinya normal mungkin ia sudah pergi mencari Yoonji walau harus kemanapun ia lakukan.
Tak ada orang yang dapat membantunya selain Namjoon, karena sang eomma sedang ada bisnis di luar kota saat ini.
"Yoonji kau kemana? jangan membuatku khawatir Yoonji."
Jimin yang sangat khawatir hanya terduduk diam di depan jendela kamarnya, bahkan otaknya sudah memikirkan hal buruk yang terjadi— pikiran buruknya benar nyata.
keluarga Yoonji pun masuk saat sang perawat mempersilahkan untuk menjenguk.
"Yoonji kau tak apa?" sapa lembut eomma— mengelus pelan kepala Yoonji.
Appa dan Jinhye hanya memandang tersenyum menahan rasa khawatirnya.
Yoonji terdiam dan memalingkan mukanya, berusaha agar mereka tak bisa membaca raut mukanya saat ini.
Ia tak sanggup menahan air matanya yang kembali keluar.
Eomma memalingkan wajah Yoonji agar bisa menatap kearahnya.
Yoonji hanya menatap sendu ke mata sang eomma.
merasa mengerti, eomma berbisik pelan ke Jinhye untuk meninggalkan mereka berdua saja.
"ceritalah nak, ada apa ini? Kami semua khwatir padamu. Eomma bisa melihat semua tak baik-baik saja saat ini."
Eomma memeluk tubuh anaknya itu.
Yoonji menyerah, dan memberanikan diri untuk bercerita.
Ia tau, dirinya tak mampu menyimpan cerita ini seorang diri.
Yoonji berusaha duduk dibantu oleh eomma.
Yoonji menangis, "eomma, Yoonji telah menghancurkan semuanya. Aku telah . . . ."
Yoonji menceritakan semua yang telah terjadi pada eomma nya itu.
Memang tak mudah untuk bisa memahami keadaan Yoonji saat ini, tapi semua sudah terlanjur terjadi dan semua yang Yoonji lakukan pun dalam keadaan sadarnya.
Jika Yoonji tidak dalam keadaan seperti ini, mungkin eomma sudah menampar juga memaki anaknya itu.
Eomma sadar dan berusaha menahan amarahnya, dan eomma menghargai keberanian Yoonji mengakui kesalahannya."Sudahlah nak, berhentilah menangis. Semua sudah terjadi eomma pun tak bisa melakukan apa-apa saat ini."
Eomma berusaha menenangi anaknya itu, mengusap pelan pundaknya dan membiarkan Yoonji menangis.
"Yoonji tak tau harus apa eomma."
"Ini resiko yang kamu ambil nak. Kamu berani mengambil keputusan harus berani menerima apapin resiko yang akan terjadi. Eomma tau, ini tak mudah untukmu, mungkin ini takdirmu dan Tuhan punya rencana lain untumu nak."
"Maafkan Yoonji eomma, Yoonji telah mempermalukan eomma," ia makin menangis.
"Minta maaflah pada Tae, jadikan semua ini pelajaran untuk hidupmu kedepan. Penyesalan tak dapat membuat semua akan kembali seperti semula, jalankan apa yang sudah kau pilih Yoonji."
Hanya itu yang eomma bisa berikan pada Yoonji, ia hanya bisa menangkan hati anaknya itu, membuat keadaannya membaik walau dihatinya berkecambuk dengan kekecewaan yang mendalam.
"Sekali lagi maafkan Yoonji eomma. Yoonji tak paham, Yoonji bisa mencintai Jimin. Yoonji baru pernah semudah ini jatuh cinta pada seseorang eomma," jujurnya.
"Yoonji sayang, cinta memang tak memandang apapun, cinta bisa datang kapan saja, hanya bisa mendukung apapun pilihan mu, selagi itu bisa membuatmu bahagia."
Eomma melepas pelukan Yoonji— memegang pundak Yoonji agar menatapnya.
"ikuti kata hati mu nak, eomma yakin kau tak akan salah. Memang saat ini kamu telah membuat kesalahan karena sudah menyakiti hati Tae, tetapi terkadang takdir datang diluar dugaan dan rencana kita nak."
Eomma tersenyum, "Saat ini kamu sudah cukup dewasa untuk memilih siapa pria yang akan mendampingimu dimasa depan," lanjut eomma.
Tak kuat menahannya air mata eomma pun jatuh dan mereka saling berpelukan melampiaskan kesedihan mereka masing-masing.
.
.
.
"Dokter Namjoon, ada pasien yang harus di periksa di kamar 12," ucap salah satu perawat saat memasuki ruangan Namjoon.
"Baik suster saya akan segera kesana"
Namjoon menyelesaikan kerjaannya, dan menuju tempat yang ia akan kunjungi.
Namjoon keluar ruangannya, berjalan memasuki dan menuju lift berada.
Namjoon berhenti dilantai 8, dan melewati lorong panjang untuk menuju kamar nomor 12.
Ia sampai dikamar itu, ia membuka pintu dan langkah Namjoon terhenti saat netranya sekilas menangkap sosok wanita yang tak asing baginya sedang tertidur pulas dalam ranjang kamar rawat rumah sakit itu.
Namjoon memperjelas pandangannya, melangkah lebih dekat ke arah pasien yang akan ia periksa.
"Yoonji?"
•••
To be continue.Nierch96
Revisi 17.01.20
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Before You 'MinYoon/Gs' (END)
FanfictionPark Jimin, Namja dengan segala kebebasan yang ia miliki, harus menerima keadaan yang merubah kehidupan nya 360°. Dan mengharuskannya bertahan dengan keterpurukannya itu. Hingga ia bertemu dengan seseorang gadis yang berupaya keras berkerja untuk me...