Cuaca yang cukup cerah untuk siang hari di kota Seoul- Korea.
Banyak orang yang lalu lalang disana, tak ayal karena ini hari libur di musim gugur.
Kedai roti 'The moments'
"Silahkan, Nyonya ini roti yang anda pesan, selamat menikmati," ucap seorang pelayan ramah- melayani seorang nenek tua yang bisa di bilang pelanggan setianya itu.
"Terima kasih nak Yoonji. Senyumanmu sungguh manis, tetaplah tersenyum dengan semua orang," ujar sang nenek dengan seulas senyum disana- mengambil nampannya seraya berjalan.
"Baiklah nek," ia pun tersenyum ramah, dan kembali melayani tamu yang mengantri berikutnya.
Kini waktu menunjukan pukul 18.30, kedai tutup dan waktu bekerja untuk Yoonji pun selesai.
Yoonji selesai mengganti pakaiannya- keluar hendak berpamit dengan bosnya itu, tapi ia mendapati ahjussi jung ki sedang berdiri di depan pintu depan kedai.
Ia menengok kebelakang- melihat Yoonji yang berjalan kearahnnya, "Yoonji, kemarilah aku ingin berbicara," ucapnya- lalu berjalan ke tempat duduk.
Yoonji mengangguk, mengikuti lalu duduk dikursi depan ahjussi Jung ki, "Ada apa ahjussi?" tanya Yoonji sopan.
ahjussi Jung ki membuang nafasnya kasar- kembali menatap Yoonji, "Sebelumnya mohon maaf Yoonji aku harus mengatakan ini- " ia meletakan sebuah amplop dan menggeser nya ke arah Yoonji.
Yoonji binggung dan hanya menatap, "Ini gaji terakhir untuk mu. Akhir-akhir ini kedai sepi pelanggan, dan aku putuskan akan mengurangi pegawai ku . . . maaf kalau aku memilihmu dalam pengurangan ini- sekali lagi aku minta maaf Yoonji," jelasnya ahjussi Jung Ki bernada rendah-menundukan kepalanya.
Hanya ini yang bisa ia lakukan. Ia mengeluarkan Yoonji bukan karena Yoonji tak pintar berkerja, tapi karena pegawai satu lagi yang ia miliki adalah sepupunya, jadi tak mungkin ia mengeluarkan saudaranya sendiri.
Yoonji pun mengangguk pasrah, dan mau tak mau menerima keputusan yang mengejutkan ini, "Tidak apa ahjussi . . . A-aku mengerti keputusan mu, terima kasih ahjussi, kau telah memperkerjakan ku dalam satu tahun ini," Balas Yoonji mencoba mengerti.
"Aku pulang," ucap Yoonji lirih- masuk kedalam dan terduduk di ruang makan rumahnya yang tak besar itu.
Yoonji mendapati eommanya yang sedang memasak makan malam dan eonni Jinye yang sedang sibuk dengan laptop didepanya.
"Eoh Yoonji, kenapa kau lemas seperti itu?" tanya Jinye- menutup laptopnya dan membenahkan tugas yang berserakan didepanya.
Yoongi tertawa getir, "A-aku . . . dipecat- hiks," ia menangis, tak bisa menahan kesedihannya itu.
Bagaimana bisa ia tak menangis. Ia dipecat saat keadaan keluarga yang sedang buruk seperti ini?
Disaat appa baru saja terkena PHK dari tempatnya bekerja, dan eonni Jinye masih harus membayar biaya kuliah yang sudah memasuki semester akhir itu- .
Min Yoonji, yeoja 23 tahun. Ia hidup di keluarga sederhana.
Appanya seorang penjaga atau security di sebuah kantor kecil, yang saat ini terkena PHK.
Ibunya hanya ibu rumah tangga yang hanya mengurus keadaan rumah. Yoonji memiliki seorang eonni bernama Jinye, Jinye hamil saat awal semester kuliah, dan ditinggal pergi begitu saja oleh pacarnya yang tak bertanggung jawab.
saat ini anak Jinhe berumur 2 tahun yang bernama Min Suho, Jinye pun sangat sibuk dengan kuliah, suatu waktu ia sempat berpikir untuk berhenti kuliah karena masalah biaya, tapi di cegah oleh Yoonji dan Yoonji pun bertekat untuk terus membiayai eonninya itu sampai ia lulus nanti.
Kini Yoonji merelakan umur yang mudanya ini untuk bekerja demi mencukupi keuangan keluarganya itu.
- Dan Yoonji pun menceritakan semuanya pada eomma dan juga eonni Jinye.
Mereka hanya terdiam- sedih dan cobaan terus menghujam keluarganya ini, bahkan bertubi-tubi masalah yang datang pada keluarganya minggu ini.
Yoonji menberikan gaji terakhirnya itu, eomma pun menghitungnya- lalu tersenyum, "Yasudah, tak apa Yoonji, kita harus bersyukur karena tuan Jung ki menggaji mu full dalam sebulan," ucap sang eomma menenangkan, dan mengusap pundak Yoonji yang masih menangis saat itu.
"Eomma benar Yoonji, lebih baik kau istirahat lah untuk beberapa minggu ini, biar bsk aku mulai mencari perkerjaan paruh waktu," ujar Jinye, ia pun tak kuasa melihat sang adik yang harus menjadi tumpuan di keluarga nya itu.
"Tidak! Jangan eonni . . . kau fokus saja ke kuliah mu itu, biar aku saja yang mencari pekerjaan baru," tolak Yoonji seraya memberi senyum di sela-sela sedihnya itu, berupaya terlihat tegar walaupun berbalik dengan perasaannya.
Jinye pun tau kalau senyum yang terukir disana adalah kepalsuan, ia hanya bisa memeluk erat adik satu-satunya itu, dan tak kuasa menahan tangis yang akhirnya jatuh dari pelupuk matanya itu.
Beginilah Yoonji, ia sangat sayang dengan eonninya itu, ia rela mengalah demi apapun, karena ia tau bagaimana terpuruknya eonninya itu setelah kejadian yang di alaminya itu, dari itulah ia akan berusaha apapun asal eonni tak mengalami kesedihan ataupun itu
Dan malam itu- mereka habiskan dengan makan malam seperti biasa, walau ada suatu yang mereka fikirkan masing-masing.
Tring..
Yoonji bersiap untuk tidur, tak lama ia mendengar ada pesan di hp nya- membuka ya.
Ia tau sudah tau siapa pengirim itu, karena ia membedakan bunyi dering di hpnya untuk orang spesial ini.
From: My love ❤
Yoonji sayang, aku sudah pulang dari tugas ku diluar kota... Besok pagi kita bertemu ditaman biasa okey? btw, apa selama aku pergi dan meninggal kan mu, kecepatan lari mu sudah bertambah? Haha, tidurlah sayang tak usah membalas pesan ku ini, biar besok saja kita bicara langsung. saranghae Yoonji.
Yoonji terkekeh, tak ayal membayangkan kelakuan kekasih yang sudah 7 tahun menemaninya ini.
"Dasar gila," Yoonji tersenyum, "nado saranghe Tae," ucapnya- mematikan lampu dan menarik penuh selimutnya.
•••
To be continueNierch™
Revisi 17.07.18
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Before You 'MinYoon/Gs' (END)
FanfictionPark Jimin, Namja dengan segala kebebasan yang ia miliki, harus menerima keadaan yang merubah kehidupan nya 360°. Dan mengharuskannya bertahan dengan keterpurukannya itu. Hingga ia bertemu dengan seseorang gadis yang berupaya keras berkerja untuk me...