3

5 2 0
                                    

#Sora

"Kau masih 22?!" Haneul menatapku tak percaya. memangnya kenapa? Apa wajahku setua itu?

Aku mengangguk pelan. Haneul mendengus keras lalu bersandar di bangkunya. Ada apa? Apa umur dan wajahku terlalu jauh beda? "Ku kira kau seumuran denganku" Maaf apa aku salah dengar? Memang berapa umurnya? Jangan bilang 30 tahun atau lebih! "Arghh! Apa yang telah ku lakukan." Ucapnya pelan. Mungkin sudah kesekian kalinya aku melihat atau mendengarnya menyalahkan diri sendiri.

Suara klakson mulai semakin kencang. Orang-orang di belakang sepertinya mulai tak sabar. Sedangkan Haneul, aku melihatnya masih bersandar sambil menutupi wajahnya dengan tangannya. Sepertinya ia benar benar stress. "Hmm..." Aku menarik lengan bajunya perlahan, lalu ia melirikku dari sela sela tangannya. "Sebaiknya kita pergi. Kau tak mau kan di hampiri pengemudi yang marah di belakang itu." Haneul melirik spionnya dan langsung bergegas bangun dan memegang stir.

"Oh ya. Baiklah." Ucapnya dengan sedikit gugup. Aku tak pernah menyangka Yun Haneul itu seperti ini. Aku memang baru mengenalnya tapi aku yakin dia bukan laki laki pemabuk, tak bertanggung jawab, asal asalan dan menyebalkan. Kau tau, musuh setiap perempuan. Tapi ternyata laki laki yang mudah gugup, mudah sekali stress, terbuka dan bertanggung jawab.

Kami pergi ke kantor pencatatan sipil. Tak ada hal spesial di sana. Kami langsung memberikan berkas kami dan orang di sana menggoda kami sebagai 'pengantin baru' dan meminta kami untuk lebih mesra. Haneul melihatku sekilas lalu merangkul ku. Aku mengerjap kaget dan tegang di sampingnya, sedangkan Haneul tersenyum simpul menanggapi petugas yang terlihat puas melihat kami dengan canggung bersebelahan. Bahkan sang petugas berkata kalau kami adalah pasangan serasi di lihat dari penampilan kami. 

Memang tinggi ku hanya setinggi pundaknya saja dan aku sudah menggunakan sepatu pantofel dengan hak 5cm , bukan hanya itu tubuhku jauh lebih kecil darinya mungkin kurang dari rata rata wanita korea yang lainnya karena gen indonesia yang di turunkan ibuku, beratku saja hanya 39 kg dan tinggi ku hanya 152 cm.

Suasana canggung masih ada sampai kami berdua naik mobil dan perjalanan pulang. Aku lebih sering menatap ke luar jendela sedangkan Haneul fokus dengan jalanan di depan. Pikiranku masih di tempat pencatatan sipil tadi. Masih berotasi di kalimat 'pengantin baru' itu. Mungkin Haneul juga memikirkan hal yang sama. Karena tak ada dari kami yang siap dengan ini. Jujur saja kata pernikahan itu sendiri tak terpikirkan oleh ku 2 bulan yang lalu dan sekarang aku sudah menikah dengan orang yang sama sekali belum aku kenal.

"Hm seperti kata petugas tadi, mulai sekarang kita sudah menjadi 'pengantin baru'." Demi apa pun jangan ulangi kalimat itu, mungkin aku akan muntah jika mendengarnya lagi. "Jadi... mohon kerja samanya. aku Yun Haneul." Hanuel mejulurkan tangan kanannya dengan mata masih ke depan dan sesekali melihatku. Sedangkan aku hanya menatap tangannya. Rasanya aneh jika kita baru berkenalan setelah apa yang telah kita lalui.

Perlahan aku menjabat tanggannya. "Sora" Ucapku sambi menjabat tagannya, aku ingat tangannya. Aku ingat tangan yang menariku dengan paksa di malam itu. Dan ingatan itu kembali muncul dalam pikiranku dan dengan segera aku melepaskan tanganku dan membuang muka ke jendela. Aku tahu mungkin aku telah membuat Haneul merasa tak enak, tapi ingatan itu membayangiku, seperti baru kemarin kejadiannya. Aku melihat ke luar jendela berusaha melupakan pengalaman buruk itu. dan berkat itu suasana canggung tidak hilang dan semakin terasa hingga 15 menit kedepan.

Kami sampai di apartemen Haneul. Gedung tinggi menjulang, terdiri dari 15 lantai. Kami turun ke basement untuk parkir. Aku turun terlebih dahulu dan membuka pintu kursi belakang lalu mengambil tasku. Dan lagi-lagi Haneul mengambil tasku dan membawanya di lengannya. "Aku bisa membawanya sendiri..."

"Dan aku bisa membawa semuanya sendiri" Haneul pergi menuju lift di dekat sana. Ia hendak memecet tombol tapi ia tak sanggup karna kerdus yang ia bawa.

When The Two Sky MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang