#Haneul
Jam 21.25. Mungkin ini sudah beberapa kalinya aku melihat jam. Aku tak habis pikir kenapa hari ini waktu berjalan lambat sekali.
Aku berada di pojok studio sambil gelisah melihat ke arah jam dan panggung yang masih belum berakhir. Untuk mengurangi kegelisahanku aku mencoba untuk fokus ke arah panggung dan penonton. Tapi tetap saja pikiranku melayang dan tak bisa berada di kepalaku semenit saja. Tiba-tiba aku mendengar suara riuh tepuk tangan penonton dan Si Woo turun dari panggung. Aku merasakan kegelisahanku menghilang begitu saja. Dengan segera aku masuk ke belakang panggung dan menaruh semua peralatan yang aku bawa dan ingin segera melesat ke ruang ganti sampai aku merasakan sebuah tangan menarik pundakku.
"Kau kenapa?" Si Woo menatap ku heran, dan aku membalasnya dengan tatapan yang sama.
"Apa?"
"Dengar teman, kau kira aku bodoh? Aku bisa melihat ada yang kau pikirkan sejak tadi."
"Apa maksudmu? Aku tak mengerti" Aku berusaha mengelak tapi nada suaraku tak berkata demikian. Si Woo menatapku lekat-lekat lalu menarikku ke ruang gantinya. "Tunggu! aku ingin pulang!"
"Tidak. Aku tidak bisa membiarkamu pulang sampai kau menceritakan apa masalahmu padaku." Si Woo duduk di kursinya dan melihatku dari sana. "Duduk"
"Tapi aku..."
"Sshh! Duduk!" Perintahnya yang mau tak mau aku turuti dengan pasrah. "Apa yang terjadi?" Kali ini dia mulai serius.
"Apa? Tidak ada yang terjadi?" Tapi aku menjawabnya dengan tampang bodoh yang dibuat-buat.
"Kau kira aku tak mengetahuinya apa? Kau kira seluruh orang di studio ini tak tau apa? Hari ini kau bersikap aneh!"
Apa aku semudah itu untuk di tebak?
"Tadi pagi aku sempat melihatmu menelpon seseorang beberapa kali dan aku melihat wajahmu tampak frustasi. Lalu aku mendengar waktu makan siang, kau bahkan tak menyentuh makananmu! Kau hanya menatapnya seperti seorang yang sedang mengalami masalah rumah tangga!"
Aku memang sedang mengalaminya.
"Dan kali ini kau tidak fokus dengan pekerjaanmu sekarang, pikiranmu seperti tidak ada di sini!"
Memang pikiranku tidak ada di sini dari awal.
"Kalau begini kau bisa di pecat!"
Aku melonjak bangun, mendengar kalimat Si Woo. "Tidak! Ini tidak boleh terjadi! Kalau aku di pecat bagaimana nasibku? Bagaimana nasib anakku?"
"Aha! Aku menemukannya!!" Kali ini Si Woo yang melonjak bangun. "Anak? Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi," selidik Si Woo, ia memakai wajah menyeramkan khas seorang detektif. Jika sudah seperti ini aku tak bisa mengelak. Aku mulai menceritakan apa yang terjadi dari awal Sora datang sampai tadi pagi aku menelponya. Awalnya wajah Si Woo berubah kaget tapi perlahan memudar. Ia hanya membalasku dengan anggukan kecil. Setelah sampai ke penghujung cerita ia hanya diam sambil berpikir sejenak.
"Begitulah yang terjadi dan jujur saja sekarang aku bingung. Aku bahkan tak tahu apa yang aku bingungkan!" Aku menunduk sambil menopang kepalaku dengan kedua tangan. "Yang jelas aku ingin pulang sekarang dan melihat keadaanya." Gumamku gelisah.
Tiba-tiba aku merasakan tangan Si Woo memegang pundakku lagi. Aku mendongkak dan melihatnya sedang melihatku dengan tatapan yang hampir tak pernah ia tunjukkan lagi kepadaku. "Aku takkan munafik dan berkata kalau aku mengerti perasaanmu." Aku menatapnya lekat lekat. "Dan jujur saja, aku tak tahu apa yang harus kukatakan sekarang, ini adalah masalah yang baru pertama kali kudengar langsung. Jadi aku tak tahu harus memberi jalan keluar seperti apa. maaf" Ucapnya penuh penyesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Two Sky Meet
RomanceHaneul diibaratkan langit cerah siang hari. Saat matahari berada di titik tertinggi, saat awan berarak pelan dilangit biru. Sora sendiri lebih seperti langit malam, saat bulan muncul dan menerangi gelap malam bersama bintang. Langit siang dan malam...