6

2 0 0
                                    


#Haneul

Sudah 1 setengah bulan aku tinggal dengan Sora. Kami mulai terbiasa satu sama lain. Walaupun kami masih pisah kamar. Tapi aku tak terlalu memikirkan itu. Sora juga sudah mulai bisa makan nasi. Dia tak lagi mudah mual atau apa pun itu. Aku bersyukur kami bisa melewati minggu-minggu berat itu.

Jika ditanya kemajuan hubunganku dengannya, aku masih belum bisa menjawab banyak. Hanya saja kami punya kebiasaan baru sekarang. Setiap pagi kami akan saling menyapa lewat telepon. Aku tahu itu bukan hal yang bisa dibanggakan dan itu termask hal terbodoh yang dilakukan. Si Woo sampai tertawa sambil mengeluarkan air mata saat aku menceritakannya. Tapi kami memang tak bisa bertatap muka setiap pagi. Karna aku selalu bangun dan pergi kerja sebelum Sora bangun. Dan setiap malam aku pulang disaat ia sudah tidur.

Setiap jam 8:35 handphone ku selalu berdering oleh panggilan Sora. Entah ia hanya menyapa dan memberi tahu kalau ia sudah bangun, atau bertanya soal apakah ia boleh menyentuh barang-barang pribadiku atau apapun. Kadang jika ia terlambat menelpon, aku yang menelponnya dan menanyakan keadaannya terlebih dulu. Pernah suatu ketika, masing-masing dari kami menelpon satu sama lain sehingga yang terjawab hanya panggilan sibuk. Saat kami bicara lewat telepon, kami seakan melupakan segalanya. Aku sampai dimarahi Pak Oh karena meninggalkan pekerjaan dan terancam dipotong gaji.

Lalu hari ini, aku masih berada di lift dan menatap angka yang lama sekali berganti. Aku ingin cepat pulang, aku lelah dan aku ingin melihat Sora!

Pintu terbuka aku bergegas keluar dan menuju pintu apartementku. Menekan password dan masuk. Aku disambut aroma rumah yang ku rindukan.Aku berjalan menuju kamar dan perlahan membuka pintunya. Aku melihat Sora tertidur pulas di sana. Aku tak berniat untuk mengganggunya. Aku hanya mau mengambil piyama lalu keluar. Itu niat awalku, tapi saat aku sudah mengambil piyama dan tinggal keluar ruangan itu. Kaki melangkah ke arah sebaliknya.Aku berjalan ke arah tempat tidur lalu duduk diatasnya. Aku menatap wajahnya yang sedang bermimpi. Aku ingin tahu apa yang dia impikan? Apakah mimpi indah? Sudah pasti mimpi indah. Tidak adil jika di mimipi ia juga mengalami pengalaman pahit seperti di sini.

Aku mengangkat bahu lalu pergi. Mengganti baju lalu merebahkan diri di sofa. Aku sudah mulai terbiasa tidur di luar. Rasanya tak jauh beda dengan kasur di dalam, terkadang malah rasanya lebih nyaman di sofa.Aku menatap langit langit, perlahan-lahan mataku mulai berat. Aku menguap untuk kesekian kalinya. Lalu memejamkan mata.

('○`)~ゝ

Aku membuka mata. Sandaran sofa menyambutku sesaat aku membiasakan mataku di kegelapan. Entah kenapa aku merasa tak nyaman. Rasanya aneh, padahal aku sudah sering tidur di sofa ini tapi kenapa rasanya seperti ada yang mengganjal.

Aku mencoba untuk tidur lagi dan memaksakan untuk menutup mata. Tapi hasilnya nihil. Kalau begini, malam ini bisa menjadi malam yang panjang.

"Hiks.... hiks..."

Apa itu? Suara tangisan? Tapi siapa?.

Aku memberanikan diri mengganti posisiku ke arah sebaliknya. Aku melihat seseorang di depanku. Tubuhku membeku. Ini pertama kalinya aku melihat hal-hal gaib seperti ini.

Aku memutuskan untuk terus mengamati hingga aku sadar kalau aku mengenal orang ini.

"Hiks... hiks...."

Aku terlonjak bangun, mengetahui siapa orang yang berada di depanku."Sora" ucapku lirih sembari memegangi pundaknya yang kecil. "Ada apa? Kau kenapa?"

Aku mencoba untuk menatap wajahnya. Aku tak bisa melihatnya dengan jelas karna gelap. Tapi aku tahu sesuatu yang pasti pipinya basah. Ia menangis."Sora... Sora... kau kenapa? Kenapa kau menangis?" Aku mencoba memanggil namanya beberapa kali ia tak menjawab. Hanya isakan yang kudengar darinya. Aku khawatir. Sangat khawatir. Apa yang terjadi padanya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When The Two Sky MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang