Can't Be Moved

443 55 11
                                    

Jisoo mengetuk-ketukan kakinya ke lantai berkeramik putih. Jisoo memutar bola matanya jengah. Tidak, Jisoo hanya berpura-pura. Sesungguhnya dalam hatinya yang paling dalam ia sangat merindukan wajah tampan laki-laki dihadapannya itu, senyumnya yang selalu ia bagikan ke semua orang. Jisoo sangat merindukannya. Laki-laki itu hanya memandang Jisoo dengan wajah datarnya yang ia buat, padahal dalam hatinya ia sangat ingin memeluk tubuh kecil gadis dihadapannya. Keduanya diam, tidak ada yang berniat memulai obrolan barang sepatah kata.


Hingga akhirnya Jisoo memberanikan diri menatap berani laki-laki dihadapannya. Butuh waktu sangat lama untuk menatap balik lawan bicaranya itu.

"Jadi, untuk apa Sunbaenim mengajakku kemari?" Ucap Jisoo dengan nada tak suka.  Laki-laki dihadapannya terperangah melihat sikap Jisoo seperti tak bersahabat. "Jika tidak ada yang mau dibicarakan, saya pamit undur diri. Masih banyak pekerjaan yang harus saya kerjaan. Permisi."

Baru selangkah Jisoo berniat meninggalkan laki-laki itu, pergelangan tangan kanannya dicekal keras. Seolah tak membiarkan Jisoo pergi. Jisoo menghembuskan nafasnya kasar.

"Kau mengenal Baekhyun?" Tanya laki-laki itu. Jisoo dibuat kaget setengah mati atas pertanyaan yang dilontarkan oleh laki-laki yang sedang mencekal lengannya itu. Mengapa ia bisa tahu Baekhyun?

"Kulihat kau sangat dekat dengannya, tidak ada jarak antara kau dan Baekhyun beda halnya dengan kita." Jisoo tetap diam, tidak tahu harus menjawab apa. "Seberapa dekat kau dengannya? Apa dia kekasih barumu?"

"Dia temanku, kami hanya sebatas teman. Kami kenal karena kami adalah tetangga. Ku tegaskan lagi hubunganku dengannya tidak lebih dari teman." Jeda Jisoo. "Lalu apa urusanmu sampai bertanya padaku tentang Baekhyun? Bukankah kita sudah tak memiliki hubungan apapun?"

Rahang laki-laki itu mengeras. Tertohok atas perkataan yang Jisoo ungkapkan. Namun memang benar, keduanya sudah lama berpisah. Lalu apa urusannya?

"Jangan dekati Baekhyun. Kau hanya akan menyakitinya. Kuharap kau mendengarkan perkataanku." Ucap laki-laki itu dengan serius.

"Untuk apa aku mendengarkanmu? Aku nyaman berada didekat Baekhyun, dia temanku yang selalu ada saat aku mau."

"Kumohon, jangan sakiti dirimu sendiri juga Baekhyun. Jangan jadikan Baekhyun sebagai pelampiasanmu karena masa lalu."

Jisoo menatap tak percaya pada laki-laki dihadapannya itu. Bagaimana bisa dia berpikir bahwa Jisoo menjadikan Baekhyun hanya sebagai pelampiasannya? Jisoo berteman dengan Baekhyun murni, murni kalau Jisoo ingin berteman dengannya tanpa embel-embel apapun itu. Laki-laki dihadapannya tidak pernah tahu perjuangan Jisoo selama ini, mencari teman yang sesungguhnya. Setelah hubungan mereka berakhir maupun belum berakhir Jisoo selalu dipojokkan semua teman-temannya.

"Aku tidak akan pernah menyakiti Baekhyun. Dan aku tidak akan pernah meninggalkan Baekhyun." Ucap Jisoo dengan keras dihadapan laki-laki itu. Lalu berusaha keras melepaskan cekalan ditangannya.

.

Baekhyun melangkahkan kakinya dengan cepat, mencari Taeyeon disemua ruang. Baekhyun penasaran apa yang ingin gadis itu katakan tadi. Saku kanan Baekhyun bergetar, ia merogoh sakunya mengambil ponselnya.

Chanyeol Park
Kemarilah, aku menunggumu juga Taeyeon nuna di kantin.

Baekhyun berlari menuju kantin. Otaknya berputar mengingat saat pertama kali bertemu Taeyeon, gadis itu berencana mentraktirnya juga Chanyeol setelah acara selesai. Ya, Baekhyun masih ingat betul janji Taeyeon pada mereka. Tanpa disadari, bibir Baekhyun melengkung sempurna.

Baekhyun menajamkan penglihatannya mencari dua manusia berbeda jenis kelamin itu. Ah, mereka berada dibangku pojok kantin. Baekhyun melangkahkan kakinya pasti kearah Chanyeol dan Taeyeon.

"Kukira kau masih sibuk mengurusi urusan rumah tanggamu." Ledek Chanyeol yang langsung dihadiahi tatapan garang Baekhyun.

"Diam kau!" Ucap Baekhyun kesal. Baekhyun hanya takut kalau Taeyeon mengira bahwa Baekhyun sudah mempunyai kekasih.

"Kau mempunyai kekasih,Baek?" Baekhyun yang saat itu akan mendudukan dirinya disamping Chanyeol tersentak mendengar pertanyaan Taeyeon. Chanyeol bodoh, desisnya.

"Jangan dengarkan Chanyeol,nuna." Kata Baekhyun membenarkan. Taeyeon mengangguk paham.

Taeyeon tersenyum kearah Baekhyun membuat pipi laki-laki itu merah bak kepiting rebus. Sungguh dalam hati Baekhyun beberapa kali menjerit senang. Tak biasanya Taeyeon tersenyum manis seperti itu padanya.

"Oh ya, aku belum mengucapkan selamat atas penampilanmu tadi bersama Jongdae. Selamat,Baek! Penampilanmu tadi snagat memukau penonton juga aku hahaha. Tenyata kau bisa mengiringi Jongdae, biasanya tidak ada yang mau mengiringi manusia itu."

Baekhyun mengangguk, "Terimakasih nuna, penampilanmu tadi juga sangat memukau. Aku merinding mendengar suaramu."

"Aku bukan hantu,Baek." Ucap Taeyeon lalu tangannya terulur menjewer telinga Baekhyun. Baekhyun meringis sakit, padahal sakitnya biasa saja namun ia buat-buat.

"YA! Kalian melupakanku?" Teriak Chanyeol pada kedua manusia dihadapannya. Keduanya terkekeh.

"Uuuh baby Chanyeolku, kemari sayang." Ledek Taeyeon pada Chanyeol. Chanyeol memberengut kesal.

"Baiklah adik-adikku, kalian ingin pesan apa?" Ucap Taeyeon. Chanyeol bersemangat memilih menu apa yang akan ia pilih, namun Baekhyun seketika diam saat Taeyeon mengatakan "adik" rasanya seperti ada batas antara dirinya dengan gadis cantik dihadapannya itu.

.

Jisoo mendesah lelah saat dirinya harus membersihkan ruang kelasnya sendirian. Ketiga temannya yang kebagian jadwal hari ini, melesat keluar begitu saja saat Jisoo meneriaki mereka. Seolah suara Jisoo hanyalah kaset rusak. Jisoo terus merapalkan sumpah serapahnya untuk ketiga temannya itu.

"Mau ku bantu?" Suara itu berhasil mengagetkan Jisoo yang masih sibuk dengan alat pelnya. Jisoo enggan menoleh, ia tak ingib menatap wajah yang selalu ia rindukan itu.

"Berikan padaku, aku tahu kau lelah karena mengerjakan tugas piket ini sendirian." Gagang pel itu ditarik paksa oleh tangan yang lebih besar darinya. Namun Jisoo segera menariknya kembali.

"Tak perlu. Kau pulang saja. Biarkan aku mengerjakan ini dengan tenang!" Ucap Jisoo sinis.

Jisoo melanjutkan pekerjaannya. Tak menghiraukan seseorang dibelakangnya yang terus menahan diri untuk tidak menarik Jisoo kedalam pelukannya. Seberapa keras keinginannya ia tahan, tetap saja ia tak bisa. Jisoo, gadis itu kaget saat dirinya telah berada dalam pelukan seseorang yang tadi terus menerus memperhatikannya. Jisoo rindu pelukan ini. Tubuh tegap laki-laki ini, wangi maskulinnya, dada bidangnya yang selalu nyaman untuk ia bersandar. Jisoo merindukan semua yang ada pada diri laki-laki yang sedang memeluknya. Jisoo ingin membalas pelukannya, namun biarlah kali ini ia sembunyikan semua rasa rindu ini.

"Aku merindukanmu," ucap laki-laki yang tengah memeluk tubuh kecil Jisoo dengan erat.

CoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang