The Truth

353 35 1
                                    

Baekhyun menarik napasnya dalam-dalam. Menghirup udara pantai sebanyak mungkin. Sudah lama dirinya tak menapakkan kakinya diatas pasir putih. Dinginnya air laut membuat Baekhyun merasa tenang. Hey bukankah tugas Baekhyun  kemari untuk menghibur Jongin?

Jongin membaringkan tubuhnya diatas pasir. Tangan kanannya ia gunakan untuk menutupi kedua matanya dari terpaan sinar matahari. Tak ada kata yang keluar dari mulut jongin hanya helaan napas panjang yang mampu mengisyaratkan bahwa keadaannya sekarang sedang tidak benar-benar baik.

Jongin sedang patah hati itulah faktanya. Saat dua insan yang menjalin hubungan lalu memutuskan tali itu maka keduanya juga sama-sama merasakan sakit. Jongin tidak tahu secara pasti mengapa kekasihnya memilih mengakhiri hubungan mereka yang sudah terjalin selama hampir tiga tahun itu.

Bohong kalau Jongin merasa baik. Bohong kalau Jongin tak merasa sedih. Jongin sangat mencintai kekasihnya itu. Dia adalah dunia Jongin.

"Jong, bicaralah."

Sudah ketiga kalinya Baekhyun mengatakan kata itu namun Jongin terus diam dan tetap diam. Baekhyun bukan cenayang tapi Baekhyun amat sangat hapal kalau saudara tirinya ini sedang dirundung kesedihan. Baekhyun mungkin pernah berada diposisi Jongin dan memang seperti inilah gambarannya.

"Baek, duniaku telah direnggut perlahan oleh seseorang dan saat semuanya telah ia genggam, ia melepaskanku begitu saja. Apa yang harus ku lakukan?"

Baekhyun tertegun. Pasalnya saat dirinya berada diposisi yang sama seperti Jongin hanya bisa mengurung dirinya dikamar, melakukan hal bodoh yang sesungguhnya itu bisa melukai dirinya sendiri. Lalu sekarang Jongin bertanya solusinya kepada Baekhyun?

"Jong, aku pernah berada diposisimu. Aku juga pernah melakukan hal-hal bodoh saat situasi seperti ini. Aku tahu duniamu seperti hilang. Aku juga pernah sepertimu. Tapi percayalah seiring berjalannya waktu kau akan lebih menghargai dirimu sendiri dan mulai membangun hidupmu lagi." Baekhyun menatap air  laut dihadapannya. Semilir angin menerpa tubuhnya, lega rasanya.

Jongin menyingkirkan tangannya. Matanya sedikit mengeluarkan airmata. Laki-laki juga bisa menangis saat merasa sedih. Tak ada larangan juga. Jongin menoleh kearah Baekhyun lalu tersenyum tipis.

"Apakah aku juga harus melakukan hal bodoh seperti yang kau lakukan dulu, Baek?"

"Aku tak akan mengijinkanmu. Dan aku juga tak akan memberitahumu hal bodoh itu."

Jongin tertawa disusul tawa Baekhyun selanjutnya.  Jongin tidak pernah bercerita banyak pada Junmyeon kakak kandungnya sendiri juga pada banyak orang. Namun setelah bertemu Baekhyun, Jongin jadi punya teman berbagi cerita.

"Jong  setelah ini kau harus mentraktirku makan disana." Baekhyun menunjuk salah satu tempat makan yang berjejer menghadap pantai. Jongin mengangguk mengiyakan.

.

Baek, aku sedang mengendarai mobilku dan sebentar lagi sampai ke rumahmu. Awas saja kalau kau masih berbalut selimut!

Baekhyun melempar sembarang ponselnya. Chanyeol memang selalu ngaret. Baekhyun membaringkan tubuhnya lagi. Baekhyun sendirian di rumah. Ibunya sedang berada di rumah Jisoo, katanya main sebentar tapi sudah satu jam ibunya tak kunjung kembali. Baekhyun juga sudah lama tak mengobrol dengan gadis itu. Biarlah, hidup Baekhyun lebih tenang sekarang.

"Baekhyuuuuuuun," itu suara Chanyeol. Laki-laki itu datang dengan minyak wangi satu liter yang telah ia taburkan ke badannya. Baekhyun heran mengapa Chanyeol gemar sekali memakai minyak wangi yang sangat menyengat.

"Jangan berteriak Park Chanyeol. Rumahku tidak seperti rumahmu yang harus berteriak 100 oktaf."

"Ayo chagiya kita berangkat,"

Sepertinya Baekhyun harus mencarikan pacar untuk Chanyeol. Dirinya risih setiap hari dipanggil dengan sebutan chagiya oleh Chanyeol.

Baekhyun selalu memuji kedua orangtua Chanyeol yang tidak pernah pelit pada anaknya ini. Padahal Chanyeol termasuk manusia yang boros. Lihat saja sekarang, Chanyeol sudah membawa lima tas belanjaan dari toko yang berbeda. Tapi Chanyeol tak lupa pada sahabatnya sendiri. Ia juga mempersilahkan Baekhyun mengambil beberapa baju yang ia sukai. Baekhyun tak mau mengambil kesempatan. Ia hanya mengambil satu saja, walau terkadang Chanyeol juga ikut asal ambil dan memasukkan ke keranjang Baekhyun.

Lelah berbelanja kedua sahabat ini mampir ke sebuah restoran makanan Jepang. Baekhyun memesan ramen serta sushi. Sedangkan Chanyeol memesan udon, sashimi, dan juga takoyaki.

"Kenapa kau tidak pesan ramyun saja?" Baekhyun melirik kearah Chanyeol dengan mi ramyun yang diapit giginya.

"Kau ini bodoh ya, mana ada ramyun disini."

"Ya coba saja pesan." Ucap Chanyeol santai. Mengunyah sashimi pesanannya kembali.

"Kau juga, kenapa tidak beli takoyaki dipinggir jalan saja."

"YA! Tentu saja rasanya beda."

"Mana ada, sini kucoba....." Dengan tampang tak bersalah Baekhyun mengambil satu takoyaki milik Chanyeol tanpa perijinan dari si pemiliknya.

"Enak juga ya Chan."

"Untung saja kau temanku."

Chanyeol tersentak saat melihat sepasang manusia yang tak ingin ia lihat lagi. Mereka memasuki restoran tempat Chanyeol dan Baekhyun makan dengan raut muka yang bahagia. Chanyeol benci itu. Disaat kakaknya sedang melawan rasa sedihnya rupanya dua manusia itu malah sedang berbahagia.

"Hyuuung." Chanyeol melirik kearah Baekhyun yang sedang mengangkat tangannya memanggil laki-laki itu dengan sebutan hyung. Chanyeol kaget, tak percaya.

Dua manusia itu juga kaget melihat Chanyeol yang duduk bersama Baekhyun.

"Kemarilah. Gabung bersama kami."

Akhirnya mereka berdua duduk dimeja Baekhyun dan Chanyeol. Chanyeol menunjukkan rasa tak sukanya dari awal. Lihatlah kedua manusia didepannya juga merasa tak enak.

"Aku baru tahu kalau kau dekat dengan Jisoo temanku. Ya gadis manja kenapa kau tak memberitahuku kalau kau dekat dengan hyung ku?"

"Bukan hal yang perlu diketahui dunia, Baek. Santai saja."

"Kami sudah dekat sejak dulu, tapi baru bisa jalan seperti sekarang." Ucap Junmyeon santai. "Seseorang seperti mengekangku dan ya sekarang dia telah pergi. Aku jadi lega."

Chanyeol mengepalkan kedua tangannya dibawah meja.

"Seseorang? Siapa?"

Jisoo khawatir ada sesi perkelahian diantara Junmyeon dan Chanyeol. Jisoo sangat takut sekarang.

Chanyeol tak tahan dengan hanya berdiam saja. Laki-laki pengecut didepannya ini perlu diberi pelajaran. Sudah sangat lama Chanyeol memendam rasa bencinya.

Bughhhh

Tangan besar Chanyeol menyapa pipi kiri Junmyeon, dan hampir saja terjungkal kebelakang jika dirinya tak memiliki pertahanan. Baekhyun kaget, sangat kaget.

"Chanyeol kau apa-apan?"

"Diam saja!"

"Ohh satu kali pukul tidak berasa Tuan Park Chanyeol." Junmyeon memancing amarah Chnayeol.

"KAU!" Chanyeol menarik kerah baju yang dikenakan Junmyeon. Junmyeon tersenyum kecut menatap saudara Kim Taeyeon dihadapannya.

"Ayo pukul lagi humm,"

"Rrrrrrhhhh" Chanyeol melepaskan Junmyeon kasar.

"Chanyeol kau kenapa?"

"Lihat! Dia kakakmu! Kakak yang telah melukai nuna ku dengan sangat keji. Sudahlah aku mau pulang."

Chanyeol pergi meninggalkan Baekhyun. Baekhyun tak mengejar Chanyeol. Bukan karena dirinya tak percaya pada sahabatnya itu, namun dirinya masih tak percaya pada kenyataan yang baru saja ia terima.

"Benarkah hyung?" Tanya Baekhyun dengan suara pelan.

CoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang