Part 1- Please?

36 7 0
                                    

Memulai hal baru tidak lah semudah omongan yang sering orang katakan. Membuka halaman demi halaman pada lembaran polos memanglah hal yang mudah, namun memberi coretan pada lembaran polos merupakan hal yang cukup menyulitkan.

Banyak orang mengatakan 'Hidup itu dibawa enjoy aja..' nyatanya? Dibalik kata enjoy penuh dengan liku tak tentu arah, dan bagaikan jalan yang belum memberikan kepastian akan menuju kemana.

Melarikan diri..
Sebagian orang banyak yang pergi menjauh untuk mengasingi diri dari kata 'masa lalu'. Menganggap dengan meninggalkan yang lalu akan hidup tenang dan menginginkan menulis hal-hal baru dalam mimpi yang akan mendatang. Menjadikan new story dalam kisah saat halaman lembaran polos itu pertama dibuka.


______


"kamu yakin mau ngelanjutin kuliah kamu disana? " tanya seorang ibu yang tampaknya ragu akan melepaskan kepergian putri sulungnya.


" yakin ma" jawab sang anak mantap.


IRENE CLARISA Seorang gadis yang belum lama ini menyelesaikan sekolah menengah atasnya disalah satu kota kecil dikalimantan. Rere orang biasa memanggilnya, memiliki tekad yang kuat untuk melanjutkan pendidikannya disalah satu kota besar. BANDUNG, sudah sejak lama Rere memimpikan untuk bisa memasuki universitas terkenal dikota itu.

Tepatnya malam nanti keberangkatan pesawat yang akan Rere tumpangi berangkat.


Tampak mama rere Herlin menghela napas panjang. Berat sekali rasanya ingin melepas putri pertamanya ini. Rere  bukan lah termasuk orang yang mandiri dan rajin, mengingat sejak kecil ia sudah tinggal bersama kedua orang tuanya tentu dengan kasih sayang dan keinginan yang selalu dipenuhi membuat mamanya kurang percaya pada Rere.

"Ma jangan khawatir.. Rere mau belajar mandiri dan sekolah Tinggi-tinggi. Supaya rere bisa ubah perekonomian kita. Mama tau sendiri kan tetangga-tetangga kita? Mereka gak pernah menganggap orang kelas bawah kaya kita ma, mereka selalu memandang kita layaknya tak ada. Mereka gak mikir sih masih ada rere disini yang punya pendidikan yaa lumayanlah.. Nanti kalau Rere udah bisa kerja dan berpenghasilan besar, kita bisa bangun semuanya perlahan." jelas Rere sambil sesekali mengemasi barang-barang yang akan dibawanya.

"kamu gak mikir re, khawatir orang tua kalau jauh dari anaknya. Bahkan kalo kamu nginap tempat nenek aja mama gak bisa tidur kepikiran terus" ucap mamanya lirih.


Rere menghentikan kegiatan nya memasukkan barang packing.

"Ma, percaya sama Rere."

"Rere ngelakuin ini juga demi kita. Rere selalu berpikir ma, gimana caranya supaya orang-orang memandang keluarga kita tidak dengan sebelah mata. Jadi, Rere mohon sekali? Rere tau ini memakan banyak biaya, tapi untuk sekali ini lagi? Rere janji akan belajar sungguh-sungguh, dan rere pastikan saat nanti rere kembali, kita akan hidup serba berkecukupan. Rere janji" ucap rere mantap tanpa keraguan sedikit pun.

Herlin menitikkan air mata tak sanggup. Sudah berulang kali ia mencoba melarang anaknya ini dan menyuruhnya tetap melanjutkan pendidikan dikota kelahirannya saja. Namun, Rere sungguh keras kepala.


Banyak sekali alasan yang diberikan Rere agar orang tuanya mengizinkan kemauannya itu.

Papa Rere Firman yang sejak tadi diam pun mulai angkat bicara. "Kamu pikir enak apa hidup sendiri? Kita tidak punya keluarga disana! Kalau terjadi apa-apa nanti gimana?,  mama sama papa tidak mungkin mampu menjenguk kamu. Kamu liat sendiri papa yang sakit-sakitan begini!"

"biaya kuliah itu mahal, mana biaya tempat tinggal lagi" ucap papanya frustrasi

"pa udah lah. " ucap Herlin tak mau mendengar perdebatan.


" inilah hasil kamu karna selalu manjain anak, punya anak kok nyusahin! "

Rere mendengarkan setiap kata demi kata yang terucap dengan lantang. Rere tahu ia banyak menyusahkan, tapi kata kata yang terucap dari mulut orang tuanya sungguh lebih menyakitkan. Menyusahkan? Sungguh rere tak bermakaud sama sekali.


" jadi anak goblok kelewatan! Percuma disekolahkan, nyusahin orang tua aja kamu! "

Rere hanya diam tak berani menjawab. Rere akan diam mematung bila papanya sudah bicara seperti itu. Namun itu sama sekali tak membuat Rere mengubah niatnya. Tekad nya sudah bulat, walau bagaimanapun ia harus melanjutkan pendidikan nya dikota itu.

" yang pasti saya tidak mau kamu jadi anak nakal nanti! Tetap jaga diri baik-baik! " ucap papa rere final. Setelah itu ia pun keluar untuk melanjutkan minum kopinya yang sempat tertunda.

Mama Rere menghapus jejak air mata yang menempel pada pipinya. "udah jam 05.00, siap-siap gih! Nanti telat" ucapnya setelah itu beranjak keluar dari kamar.

Sepeninggal mamanya, Rere langsung menangis. Entah apa yang ia rasakan, tapi rasanya menangis adalah hal yang
membuat ia sedikit lega

'ma, pa semoga Rere bisa hidup sendiri disana. Sejujurnya rere juga takut kalau jauh dari mama sama papa.. Tapi Rere bertekad bakal belajar sungguh-sungguh disana. Maaf, rere janji bakal menjadi orang yang berguna kelak. Demi tuhan Rere janji'


_______



Rere memeluk mamanya erat, 5 menit lagi ia akan menaiki pesawat. Air mata sejak tadi ditahannya, mungkin ia akan menumpahkannya nanti saat dipesawat.


"kak, disana jangan berani-berani pacaran! Belajar yang giat, jangan telat makan, jaga kesehatan, jangan keluar malam! " pesan mamanya yang sejak tadi mengingatkan Rere dengan kalimat yang sama pula.


Papa rere menunggu dimobil, entah mengapa ia tidak ingin melihat keberangkatan putrinya ini.

" ingat baik-baik! Anggap keberadaan mereka tidak ada, jangan lupa hubungi mama kalau udah sampai." ucap Herlin sambil menatap Rere lekat.


Rere mengangguk paham. Lalu mulai berjalan menaikki pesawat yang akan ia tumpangi.

Herlin dan aurra adiknya Rere yang masih berusia 8 tahun melambaikan tangan kepada Rere.

"jangan lupa telpon aurra kak! " teriak Aurra kencang dan dibalas dengan anggukan oleh Rere.






Tunggu lanjutannya.

Vomment nya please💞

Help MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang