Part 8 - Sahabat

10 1 0
                                    

Rere dan Dii kini berada tepat didepan gudang.

Rere mengendus untuk memastikan keadaan didalam sana baik-baik saja, namun kenyataannya yang namanya gudang pastilah ada penghuninya.

"Dii kita tak bisa berlama-lama didalam. Bahaya.. "

"ya Re.. Aku rasa pun begitu-didalam banyak makhluk berbahaya. Mereka bukanlah hantu biasa, tapi mereka hantu yang ingin membalaskan dendam semasa hidupnya" Balas Dii yang sedikit was-was.

"sepertinya gudang ini sudah lama tak dicek penjaga gedung" Rere masih mengendus aroma disekitar pintu masuk gudang.

"ayo Dii.. " Rere membuka pintu gudang perlahan.

Keadaan ruangan sangat gelap. Bahkan tempat ini terkesan sangat Angker. Barang-barang berantakan tak beratur. Kardus-kardus berdebu berhamburan disetiap sudut.

Rere mengambil handphone nya dan menyalakan Senter.

Kedua nya pun mencari keberadaan Album yang pernah Dii katakan. Rere terpaksa menyuruh Dii berpencar agar cepat menemukan benda yang mereka cari.

"Dii jangan lama-lama" pesan Rere.

"oke"

Rere mencari kesudut kanan, sedangkan Dii sebelah kiri. Gudang ini bisa dikatakan cukup luas. Sehingga butuh kesabaran penuh untuk mencarinya.

Rere merasa kulitnya berapa kali bersentuhan dengan makhluk gaib, namun tak ia perdulikan. Bulu kuduknya yang sudah meremang pun tetap ia abaikan.

Semua buku, kotak, kardus, rak, laci, lemari sudah keduanya cari namun sangat sulit menemukannya.

Rere habis akal. Tempat selanjutnya yang belum ia cari adalah atas lemari dan bawah lemari.

Rere mencoba untuk meraih sesuatu diatas lemari, namun lemari itu jauh lebih tinggi dari jangkaun Rere. Hinggalah benda tersebut jatuh kebawah lemari. Rere mau tidak mau harus tengkurap untuk mengambil benda yang jatuh tadi.

Rere mengintip dibawah lemari. Ia melihat sesuatu..

Ya.. Itu Album yang sejak tadi mereka cari.

"Dii? Dii? Kemarilah" panggil Rere antusias karna menemukan benda itu.

Rere menarik Album itu namun benda itu terasa berat. Ia menariknya sekuat tenaga. Tetapi justru ia yang tertarik kedalam.

Rere terdiam saat merasakan sesuatu yang kental mengalir dihidungnya. Ini gawat... Ia harus cepat keluar dari tempat ini.

"Dii? Cepat keluar" teriak Rere panik

Dengan sentakkan kuat, Rere berhasil mendapatkan album itu dan buru-buru menaruh kedalam tasnya.

Rere bergegas berlari keluar.

"Re, kau baik-baik saja? " tanya Dii yang melihat kepanikan diwajah Rere.

" hidungmu mengeluarkan darah re"

"aku baik-baik saja Dii, tapi tidak dengan situasinya. Mereka marah pada kita-kita harus cepat pergi dari tempat ini"

"akhhh... " teriak Rere karna punggungnya melayang menghantam dinding sangat kencang.

"re..." Dii langsung berlari untuk membantu Rere. Namun belum sempat ia menyentuh Rere, badannya sudah terhuyung jauh kebelakang dan terhempas dengan kasar.

Tak sampai disitu hantu jahat dengan bola mata yang bergantungan hingga mulutnya itu mencekik Rere kuat,-rere kehabisan napas. Ia tak mampu melakukan apa-apa selain teriak pada Dii meminta bantuan. Itupun dengan kata yang terputus-putus..

Dii melihat dengan jelas bagaimana hantu jahat itu mencekik Rere didinding. Wajahnya sangat menyeramkan. Mulutnya terbuka lebar dan mengeluarkan darah berwarna hitam, matanya bergelayut hingga semulut, dadanya terbelah lebar menampakkan isi organ dalamnya.

Dii mengambil ancang-ancang untuk mendorong hantu itu. Dan untungnya berhasil.

"Re, ayo bangun. Kita harus segera pergi" ucap Dii cepat.

Mereka pun berlari keluar gedung dengan napas yang terengah-engah.

Rere masih memegang lehernya dan terbatuk-batuk. Lehernya terlihat merah akibat cekikan dari hantu jahat tadi.

"kau baik-baik saja Dii? " Rere menyempatkan diri untuk bertanya keadaan Dii.

Dii hanya sakit dibagian sikunya saat terhuyung dilantai beton tadi.
"aku baik-baik saja Re, seharusnya aku lah yang bertanya. Kau kelihatan tidak baik-baik saja. Kau perlu istirahat."

"Tidak Dii, aku tidak akan melewatkan jam kuliah ku." Rere melihat jam dipergelangan tangannya. "masih ada waktu setengah jam untuk kekantin. Kau mau ikut?"

Dii menggeleng. "Kau saja, aku akan jalan keluar"

"Baik. Berhati-hatilah"

_________

Rere tengah menyesap minumannya dengan rakus. Berlari cukup menguras banyak tenaganya. Matanya melihat sekitar penghuni kantin, cukup sepi memang -namun matanya lebih tertarik melihat 3 orang senior kemarin yang sedang bercengkrama ria. Bukan nya tertarik untuk berkmgaul dengan mereka, namun tertarik untuk menghajar mereka karna insiden waktu itu.

Tak lama seseorang menduduki kursi disebelahnya. Dia adalah Key.

Rere tak bergeming. Key pun mengikuti arah tatapan mata Rere. Cukup lama sampai Key yang membuka suara duluan. "mereka senior yang ditakuti disini. Karna mereka terlalu sering membully. Banyak orang yang tidak berani menatap mereka saat tak sengaja berlintasan".

Rere menoleh dengan tatapan datar. "siapa mereka?"

Key menatap Rere sambil tersenyum. Seolah tak percaya bahwa gadis dingin ini tertarik dengan cerita nya.

"mereka Chika, Ica, Karin.. ".

" Chika yang kemarin beradu mulut dengan mu, karin yang selalu mengerai rambutnya, dan Ica yang berambut pendek dan kecil" jelas Key sambil memperhatikan 3 bunga bangkai didepan sana. Yaa.. Key menganggap mereka adalah bunga bangkai yang memiliki pesona indah namun busuk.

Rere beralih menatap Key. "bagaimana kau bisa bermasalah dengan mereka?"

Sebelum menjawab, Key menghembuskan nafas lelah. "kau kenal Beni?" tanya Key.

"Tidak. "

" Beni pria yang terkenal diFakultas Kedokteran. Dia sangat tampan dan kaya, dan dia adalah kekasihku. Aku tau Karin sangat menyukai Beni. Itulah sebabnya dia sangat membenciku dan mereka selalu membullyku" jelas Key.

"kenapa kau tidak melawan mereka? Sepertinya kau senang jadi bahan bullyan mereka" Rere melirik sinis pada Key. Bahkan kata-katanya terdengar seperti mengejek.

Key tak menjawab, ia hanya menundukkan kepalanya.

Rere mengeluarkan kertas dan pulpen dari tasnya, lalu menuliskan sesuatu. "ini" Rere menyodorkan kertas itu.

Key mendongakkan kepalanya menatap Rere.

"hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu. Dan aku tak akan segan membunuhmu jika kau hanya berdiam diri seperti orang bodoh jika senior itu membully mu lagi" ucap Rere lalu pergi. Karna jam kuliahnya sudah masuk 5 menit yang lalu.

Key tersenyum lebar sambil memandangi kertas yang kini berada ditangannya. Ia yakin, Rere adalah sosok gadis yang hangat. Namun ia terlalu membentengi dirinya—alhasil sikapnya sangat Datar dan Dingin.

Help MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang