Prologue

11.6K 670 108
                                    

.

.

.

Brak!

"Apa seperti ini minat kalian untuk bekerja sama denganku hah?"

"Ma...maaf tuan..."

"Brengsek, buang semua dokumen itu ke tempat sampah! Apa sampah seperti itu pantas disebut sebagai pekerjaan?"

Belasan pria dan wanita berseragam seperti serentak menundukan kepala. Raut wajah antara takut, panik, gelisah dan menyesal campur aduk akibat kemurkaan sosok pria dewasa di depan mereka semua.

Tak ada yang bisa berkata apa pun untuk sekedar membela diri karena kemarahan atasan mereka. Ini terlalu beresiko jika ingin mencoba memberontak, bayangkan tatapan tajam itu saja tertuju padamu pasti akan berhasil membuat siapa pun ketakutan.

Tidak untuk hari ini saja terjadi, hari sebelumnya pun sudah terjadi. Suasana tegang dimana pun menyelimuti ruang-ruang seluruh gedung perusahaan ini. Jika sosok ketua di perusahaan entah sejak kapan kembali tampak tak bersahabat untuk para bawahannya. Ini bahkan jauh lebih buruk.

Entah dari kesalahan besar mau pun sekecil apa pun, semua bisa menjadi penyebab kemarahan si ketua. Seperti sore hari ini terjadi begitu menegangkan.

"Semuanya kerjakan ulang! Aku tidak mau ini berakhir hingga malam jika, kalian masih mengulangi kesalahan yang sama!"

"B...baik tuan."

"Dan kau!"

"Y...yah tuan?"

Brak!

Untuk kedua kali Sehun melempar kasar sebuah kumpulan kertas yang seharusnya bisa menjadi hasil kerja yang bagus untuk perusahaan. Kini kertas-kertas itu hanya menjadi sampah berserakan di atas lantai ruangan.

"Kau bisa bakar saja hasil laporan terburukmu itu, perusahaan ini tidak membutuhkan hasil kerja sampah seperti itu!"

Cukup tundukan dan kata maaf berulang kali salah satu karyawan di sana lakukan. Tanpa berniat membela atau melakukan suatu protesan atas ketidakpuasan si tuan dari laporan miliknya.

"Ulangi sampai kau bisa menyadari letak kesalahanmu!"

"B-baik tuan."

"Semua bisa kembali sekarang!" Satu perintah mutlak itu akhirnya ada rasa kelegahan untuk para karyawan dan karyawati itu.

Mereka dengan kaku satu persatu meninggalkan ruangan sang tuan. Hingga menyisakan pria Oh bersama sang sekertaris.

Sehun yang menghempaskan kasar dirinya di kursi kerja, sambil memijit pangkal pada batang hidungnya. Merasa kepalanya begitu penuh dan pening siap meledak kapan saja, belum lagi masalah hari ini seakan ikut menambah emosinya.

Tak untuk hari ini saja hari sebelumnya pun sama, dan hari ini jauh lebih berat untuknya. Tidak, semua begitu berat dan kacau semenjak hari itu berakhir. Sehun bahkan merasa siap menjadi gila segila-gilanya.

"Ravi..."

"Yah tuan?"

"Siapkan mobil sekarang juga! Aku ingin kembali ke mansion."

"Dilaksanakan tuan."

.

.

.

.

.

Fifty Shades of OH II [ COMPLETED! ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang