.
.
.
Pagi ini Luhan akan berangkat dengan penerbangan kedua menuju Beijing. Sudah menjadi rencana awal ia akan pergi berlibur mengunjungi keluarganya di tanah kelahirannya.
Hanya untuk beberapa hari kedepan sebagai pelepas rindu pada kedua orang tuanya. Ia tak bisa lama jelas karena sekarang ia tengah bekerja disebuah caffe. Kebetulan boss ditempat ia bekerja sedang ada keperluan keluarga, sehingga berbaik hati meliburkan seluruh pekerjanya. Dari itu ia manfaatkan untuk berkunjung ke rumahnya di Beijing.
Dengan diantar oleh Yixing kini ia telah berada di dalam pesawat yang akan lepas landas. Duduk dikursinya senyaman mungkin sambil memeriksa sesaat ponsel miliknya. Di sana ia kembali mendapati satu pesan dari pengirim yang selalu sama seperti sebelum-sebelum.
Begitu tak menghiraukannya, bahkan tanpa membuka pesan tersebut ia menghapusnya tak tersisa. Lalu membiarkan ponselnya dalam keadaan mati di dalam tas ransel.
Saat ini ia hanya memerlukan tidur sejenak sebelum sampai pada tujuan. Memejamkan mata dan mulai larut dalam mimpi dengan begitu tenang.
.
.
.
.
.
.
.
Hempasan cukup kasar tak perduli bisa saja benda padat itu akan hancur berkeping-keping membentur lantai marmer. Emosinya menaik lagi serasa akan meledak pada kepala. Sepaginya bukan hal baik untuk menunjukan keamarahan, namun bagi Sehun mungkin hal biasa. Lagi pula hari sebelumnya ia pun akan terbangun dalam kondisi seburuk mungkin.
Ekspresi datar dengan kedua alis naik begitu tajam, menandakan kebuasan dirinya mulai naik dan tak terkendali. Sedikit saja salah lepas sudah amarahnya sehingga mengakibatkan apa pun menjadi korban.
Jika dibilang binatang buas, itu adalah dirinya. Meskipun sejak lama orang mengenal dirinya benar buas dalam segi apa pun. Dan itu justru menjadi point istimewah untuk kepribadian pria dewasa sepertinya. Tak pandang kekejaman atau sekali pun kejahatan, Sehun tetap akan menjadi pria idaman mana pun.
Pagi ini hanya dikarenakan pesan singkat yang ia kirim sekali (lagi) tidak terlihat jika si penerima membalasnya. Sehun bahkan tak yakin jika itu dibaca atau tidak. Sepertinya orang tersebut begitu enggan menerima kembali dirinya, dan Sehun semakin sekarat.
Lalu, mau sampai kapan dirinya akan seperti ini?
Tok
Tok
Tok
"Tuan..."
"Masuklah!"
Ravi datang dengan sebuah undangan di tangan. Sebaik mungkin ingin menyampaikan suatu hal penting yang mana berkaitan dengan undangan tersebut.
"Ada apa?"
"Saya datang untuk mengantarkan undangan dari tuan Wu Yifan tuan, undangan acara pameran lukisan miliknya untuk anda."
Tak begitu berminat, namun Sehun tetap menerimanya. Ia meminta sekertarisnya itu untuk meletakan undangan di atas meja kerja.
"Acara akan diselenggarakan esok malam tuan, dan beliau sangat ingin anda untuk menghadirinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fifty Shades of OH II [ COMPLETED! ]
Fanfiction[ COMPLETED! ] Bukan suatu kesalahan jika cinta mengalahkan apa pun. Luhan yang tahu jika dirinya tetap akan berada didalam genggaman kuasa sang cinta. Dan, Sehun mencoba menerima resiko apa pun demi mendapatkan miliknya dikedua tangan. . . . STORY...