BAB 02

157 14 0
                                    

"Bagusan yang kotak pink apa biru, Kak?" Athar mengangkat dua kotak crayon besar, sambil menimbang-nimbang ingin memilih yang mana antara biru dan pink.

"Kamu lebih sukanya warna apa?" Lovena balik bertanya.

"Merah. Tapi kotak crayon warna merah gak ada."

"Pilih pink aja, pink-kan merah muda."

Athar sedikit ragu. "Tapi, kata teman Athar, warna pink itu buat cewek."

"Gak mesti dong. Kan setiap orang berhak buat pilih warna apapun. Cuma.., emang kebanyakan anak perempuan suka warna pink, tapi ada juga kok anak laki-laki yang suka warna pink." Jelas Lovena.

Athar masih sedikit ragu. Dengan gerakan perlahan, Athar kembali meletakkan kotak crayon berwarna pink dan memasukkan kotak crayon berwarna biru ketroli belanjaan mereka yang sudah berisi novel-novel belanjaan Lovena, serta beberapa alat tulis bertinta warna-warni.

"Biru aja deh Kak, semua teman aku jahil, pasti mereka ejekkin aku nanti kalau liat kotak crayon aku warnanya pink."

"Yakin?"

Athar mengangguk. Kemudian, mereka kembali mendorong troli mereka ketempat khusus buku-buku rumus Matematika, karena besok lusa Lovena ada jadwal ulangan harian matematika dengan jumlah soal yang diberitahu berkisar 30 atau 40. Entahlah, Lovena agak lupa. Yang Lovena ingat ulangan matematika nanti adalah soal essai.

"Udah, gak usah! Gue anak IPS!"

Dahi Lovena mengerut mendengar suara perdebatan dari belakang rak buku Matematika tingkat SMP. Yang membuatnya heran bukan soal bahan perdebatan mereka, tapi salah satu suara yang ia yakini pernah ia dengar sebelumnya.

"Lo pikir anak IPA doang yang belajar MTK? Udah ini beli aja, katanya lo ada ulangan MTK minggu depan."

Lovena tidak mengenali suara yang itu.

"Ulangannya masih minggu depan, masih lama!"

Nah, suara ini yang Lovena rasa pernah dengar.

Tarikan pelan diujung jaketnya membuat Lovena menoleh pada Athar.

"Hm?"

"Kakak lama banget pandangin bukunya, udah jam sembilan nih. Athar mulai ngantuk."

Lovena baru sadar jika sekarang jam sembilan malam dan aktivitasnya dari tadi hanya memandangi rak buku Matematika. Sebenarnya sih lebih ke mendangarkan perdebatan yang masih berlangsung dibelakang rak itu.

Melihat salah satu buku dan membacanya sekilas, saat dirasa buku itu cukup membantunya untuk ulangan Matematika nanti, tanpa pikir panjang, Lovena langsung memasukkannya ketroli mereka.

"Kebelakangnya dulu ya, cari buku rumus yang lain."

Athar menuruti dan membantu Lovena mendorong troli mereka kebelakang rak buku Matematika sebelumnya.

"Percuma juga sih Kak! Gak bakal gue baca bukunya, jangan buang-buang duit."

"Sok lo! Padahal lo yang paling sering ngehamburin duit!"

"Sayang duitnya kalau gak dipake, nanti mubazir, dosa!"

"Ya udah berarti, ini beli bukunya."

Ternyata perdebatan dua lelaki itu masih berlanjut.

Lovena masih memperhatikan cowok yang selalu menolak untuk membeli buku Matematika ditangan cowok yanng satunya. Lovena mengenali cowok itu. Cowok berjambul yang dalam sehari langsung mendapatkan seratus poin. Cowok berjambul yang pulang sekolah tadi memalak adik kelas. Cowok berjambul yang Lovena ketahui bernama Melvin.

MELOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang