BAB 09

97 11 1
                                    

Kemacetan kota Jakarta menjadi pemandangan utama untuk Melvin dan Lovena malam hari ini. Sepasang anak manusia itu sedang diperjalanan menuju salah satu bioskop di Jakarta untuk menonton film yang kata Melvin salah satu film terbagus bulan ini.

Menunggu mobil didepannya yang tidak kunjung bergerak membuat Melvin sedikit gusar sambil melirik jam tangannya berulang kali. 10 menit lagi film mereka akan dimulai, tapi setengah perjalanan pun belum berhasil mereka tempuh. Bahkan Lovena yang duduk disampingnya sudah menguap berulang kali karena bosan.

"Kayaknya lo gak pernah niat deh kalau ngajak gue keluar. Yang pertama gak bawa kendaraan, sekarang malah kejebak didalem mobil. Udah berapa lama ini, Melvinnn!" Ucap Lovena geram sambil melipat tangannya didepan dada menyampaikan jika ia benar-benar jengah.

Melvin menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. "Kan bukan disengaja Lov. Sabar aja kali, filmnya gak bakal habis."

"Filmnya sih gak bakal habis, kesabaran gue yang mulai habis! Udah ah gue mau tidur aja, jan lupa bangunin!"

Setelah mengucapkan itu, Lovena menyandarkan tubuhnya, bergerak kesana-kesini untuk mencari posisi ternyaman tidur didalam mobil.

Melvin mengelus dadanya melihat tingkah menyebalkan Lovena. Sabar Vin, dia ini tunangan lo, batin Melvin.

Butuh waktu 1 jam setengah untuk mobil Melvin bisa sampai disalah satu mall di Jakarta. Melvin menghela nafas lelah, ingin jalan berdua dengan Lovena selalu saja ada gangguannya.

Melvin menatap kesamping, Lovena sedang tertidur pulas. Sebenarnya sedikit tidak tega untuk membangunkan perempuan itu. Tapi jika Melvin tidak membangunkannya, Lovena bisa marah lagi pada Melvin mengingat tingkat kesensian perempuan itu sangat tinggi.

"Lov, bangun." Melvin mengguncang pelan bahu Lovena yang sama sekali tidak dipedulikan perempuan itu. Bukannya terbangun, Lovena malah semakin pulas tertidur.

Percobaan pertama Melvin masih bersikap lembut.

"Lovena sayangku kita udah sampe."

Percobaan kedua Melvin masih sedikit sabar walaupun Lovena tidak memperlihatkan tanda-tanda akan bangun.

"Bangun Lov! Bangun!"

Dianggap mengganggu, Lovena melayangkan tangannya untuk menepuk wajah Melvin, kemudian perempuan itu kembali terlelap.

Melvin sudah geram dengan percobaan ketiganya. Tanpa berpikir Lovena akan marah nantinya, Melvin meletakkan kedua tangannya dipipi Lovena, lalu dengan tidak berperasaan, laki-laki itu mengguncang pipi Lovena sampai gadis itu terbangun sambil berteriak.

"BANGUN WOI BANGUN!!!"

Lovena yang merasa sangat amat terganggu karena guncangan heboh dipipinya langsung membuka mata. Pandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Melvin yang berteriak dengan jarak lumayan dekat dari wajahnya.

"Apaan sih gila?!" Lovena melepaskan kedua tangan Melvin dipipinya. Mengucek-ngucek matanya serta melihat waktu dipergelangan tangannya, seketika perempuan yang sekarang memakai sweeter biru muda dan celana pendek sepaha itu langsung tersadar jika ia sudah tidur cukup lama. Pantas saja Melvin sampai terlihat geram begitu.

Berniat mengalihkan perhatian Melvin dari wajahnya, Lovena buru-buru berucap.

"Kok lo masih disini sih? Turun sana bukain gue pintu!" Ucap Lovena sambil memperbaiki kunciran rambutnya.

Melvin mendengus, tapi tak urung laki-laki itu tetap menuruti perkataan Lovena.

Setelah Melvin membukakan pintu mobil untuk Lovena, gadis itu langsung keluar dan mengapit lengan Melvin. Untuk sesaat Melvin membiarkan Lovena mengapit lengannya sampai mereka keluar dari parkiran dan masuk ke mall, Melvin melepaskan tangan Lovena dari lengannya dan mengganti merangkul bahu gadis itu sehingga membuatnya semakin merapat dengan Lovena.

MELOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang