BAB 10

110 10 2
                                    

Lovena kembali memegangi sudut bibirnya yang menjadi sasaran empuk kecupan Melvin, bahkan jantung Lovena pun masih berdebar hebat setiap perempuan itu mengingat detailnya.

Saat dimobil dalam perjalanan pulang tadi pun, suasana canggung menyelimuti Lovena dan Melvin, sampai tiba dirumah Lovena, keduanya tidak mengeluarkan suara apa pun. 

Lovena beralih memegangi dadanya. "Gak mungkin gue suka sama Melvin."

Perempuan yang sekarang mengenakan baju tidur berbunga-bunga itu sibuk berkutat dengan isi kepalanya sendiri sejak 2 jam terakhir, bahkan beberapa kali ia mengabaikan panggilan masuk dari Venalofi yang rutin menghubunginya untuk curhat masalah PR.

"Tapi kenapa gue bingung? Bukannya ini kabar baik, secara Melvin menunjukkan tanda-tanda kekalahan."

Lovena menutup wajahnya dengan bantal untuk meredamkan teriakannya. Lovena akui, dia juga sedikit goyah dengan sikap Melvin yang kelewat manis. Dan lagi, itu kedua kalinya Melvin mencium Lovena tanpa izin, manusia tanpa otak itu benar-benar berniat membuat Lovena jatuh hati.

"Oh my god!" Lovena terkejut mendapati ponselnya yang tiba-tiba berdering menunjukkan ada panggilan masuk. Bukan dari Venalofi, tapi Melvin.

Apaan lagi nih—batin Lovena. Otak Lovena mengatakan untuk tidak perlu mengangkat panggilan itu, tapi hatinya berkata sebaliknya.

Sedikit berdehem untuk membasahi tenggorokannya, Lovena mengangkat panggilan Melvin.

"Apa?"

Lovena judes mode on.

"Lov, gak marah kan?"

Lovena mengnyitkan dahinya heran. Lovena sadar mereka belum adu jotos hari ini, lalu Melvin mintah maaf untuk apa?

Lovena tidak tau saja bahwa disebarang sana Melvin sedang harap-harap cemas menunggu jawaban Lovena.

"Gue marah setiap hari."

"Serius gue Lov, kebablasan."

"Lo ngebahas apa sih?!"

"Ciuman di perpus."

Lovena langsung mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ternyata Melvin sesopan itu hingga mintah maaf untuk kejadian yang ia lakukan dengan kesadaran total.

Seperkian detik berikutnya, Lovena mendapatkan ide cemerlang, perempuan itu mengulum senyum cerdiknya. Cara bagus untuk meredam kecanggungan mereka serta sedikit mengambil keuntungan.

"Gue marah banget. Lo tuh emang gak ada sopan-sopannya ya jadi laki!" Ujar Lovena dengan nada kelewat judes.

"Bener-bener deh gue mintah maaf Lov, lain kali gue gak akan cium lo sampai lo kasi izin. Janji."

"Halah janji! Lo pikir gue bakal percaya?!"

"Ya terus harus gimana?"

"Tebus lah kesalahan lo, buktiin kalau lo emang merasa bersalah."

"Iya gue tau, tapi harus gue buktiin gimana?"

Lovena semakin menampilkan senyum lebarnya.

"Besok jadwal lo wawancara 'kan sama Tim Jurnalis?"

"Iya."

"Kalau gitu... "

*****

Melvin sedang berada di ruang serba guna untuk di wawancarai oleh Tim Jurnalis untuk keperluan majalah EHS yang ia dan Lovena bintangi. Omong-omong tentang Lovena, Melvin kembali teringat permintaan perempuan itu tadi malam tentang wawancaranya bersama Tim Jurnalis.

MELOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang