"Sumpah panas!"
Milo mengelap dahinya yang bercucuran keringat. Mereka berempat—Melvin, Azka, Milo, Julian—bolos jam pelajaran terakhir hanya untuk bermain basket, padahal cuaca lagi panas-panasnya.
Kalau kata Melvin, biar keliatan macho. Goblok emang.
"Yan, lempar minum!" Teriak Melvin dari tengah lapangan.
Julian satu-satunya yang tidak ikut bermain basket, karena sepulang sekolah nanti, Julian masih harus menghadiri latihan Teater. Sebagai ketua, Julian tidak boleh terlihat berantakan.
Julian meleparkan sebotol air mineral yang langsung ditangkap oleh Melvin.
Sehabis minum, Melvin menumpahkan setengah airnya diatas kepala. Mengacak rambutnya yang basah dan mengundang teriakan menggoda para cewek-cewek.
"Melvin! Gila ganteng bener."
"Adem mata gue liatnya."
"Melvin keren banget, gak kuat adek bang!"
"Gue pengen jadi airnya."
"Ya Allah pengen suami model Melvin."
Azka mendengus mendengar pujian-pujian alay dari para penggemar Melvin.
"Sehari aja bisa gak ya fans lo itu mingkem." Gerutu Azka. Bukan apa-apa, Azka cuma rada kesal saja mendengar mereka hanya memuji Melvin, padahalkan tadi Azka juga main basah-basahan.
"Bilang aja lo pengen di puji juga 'kan?" Celutuk Milo.
"Amit-amit!"
"Oi gue duluan ya, mau ngurus Teater!" Teriak Julian dari pinggir lapangan, setelah melempar handuk kecil pada Melvin, Julian langsung beranjak meninggalkan mereka bertiga.
Melvin mengelap rambutnya menggunakan handuk, cowok itu bahkan masih terlihat keren dengan kondisi berantakan.
"Pin, jadi lo beneran tunangan Lovena?"
Azka masih tidak percaya dengan apa yang Melvin katakan pada mereka di ruang serba guna. Terdengar mustahil.
"Beneran Pin? Gue kira cuma kidding." Milo ikut nyelutuk.
Melvin tersenyum, setiap membicarakan Lovena entah kenapa bawaannya Melvin ingin selalu senyum.
"Beneranlah, kalian pikir kenapa Lovena gak ngebantah pas gue ngeklaim dia sebagai pacar gue."
"Kenapa?"
"Karena dia takut, kalau gue bakal bocorin rahasia pertunangan kami."
"WAH PARAH!" Heboh Azka dan Milo.
"Tau Melvin mainnya ancaman." Celutuk Azka.
"Tapi Pin, hati-hati." Balas Milo.
Sebelah alis Melvin terangkat, "Hati-hati kenapa?" Tanya Melvin.
"Baper nantinya. Kan lagi main perasaan."
*****
Lovena menatap nanar rintikan hujan yang turun dari langit. Sebagian besar orang telah pulang kerumah masing-masing. Tapi Lovena masih terjebak didepan ruang rapat OSIS ditemani beberapa map dipelukannya.
Hari sudah hampir magrib. Rapat OSIS benar-benar menyita waktunya.
"Hai."
Lovena memutar kepalanya kesebelah kanan, disitulah ia bisa melihat makhluk sok kegantengan sedang berjalan dengan menenteng kantong plastik warna hitam.
Lovena mengabaikannya.
Melvin menyodorkan kantong plastik belanjaanya pada Lovena. "Ini. Gue tau lo haus."
KAMU SEDANG MEMBACA
MELO
Romance"Jangan pernah bikin dia marah kalau nyawa lo cuma satu." Lovena dan Melvin, 2 anak manusia yang saling bertolak belakang. Yang satu hidup membuat aturan, satunya lagi selalu melanggar aturan. Lovena Violet, gadis paling pintar disekolah. Paling ca...