BAB 07

153 13 0
                                    

Lovena mengetukkan alas kakinya kelantai dari beberapa detik yang lalu, punggungnya ia senderkan pada dinding, dan sebelah tangannya digunakan untuk mengibas lehernya.

Murid-murid yang berlalu lalang menatapnya heran, apa yang Lovena lakukan di gedung anak IPS?

"Lovena, nyari Melvin ya?" Tanya salah satu rekan kerjanya di OSIS, Teano namanya, kebetulan Teano adalah anak IPS.

"Oh iya Teano, gue mintah laporan anak-anak bermasalah dalam bidang keterlambatan bulan ini, lo catat nama, kelas dan tanggalnya, secepatnya."

Dari jawaban Lovena membuat Teano sadar jika Lovena malas membicarakan Melvin.

"Oh, oke Lov. Gue permisi dulu."

"Hm."

Lovena mengecek jam dipergelangan tangannya. Sudah lima menit ia menunggu, tapi tidak ada tanda-tanda orang yang ditunggu akan keluar dari kelasnya.

"Lama banget sih, coba deh kalau nyuruh datang itu dianya udah stay ditempat, kebiasaan banget bikin orang sebel."

"Lovena!"

Lovena memutar bola matanya malas, orang yang ditunggu baru saja keluar dari kelasnya.

Melvin melambaikan tangannya melihat Lovena, tidak disangkah cewek itu akan menurut saat Melvin menyuruhnya datang kekelasnya. Delikan tajam dari Lovena membuat Melvin sadar jika ia baru saja membuat sang ratu marah.

"Apaan sih lo nyuruh orang dateng seenaknya, untung gue lagi jamkos, pake acara ngacem segala, kekanakan tau gak!"

"Karena lo lagi jamkos mangkanya gue panggil. Seperti yang lo liat, gue lagi belajar, ga mungkin dong gue bolos, secara nanti gue bakal melanggar aturan EHS yang kesekian dan dapat poin, terus gue dapet hukuman lagi, lo pasti ga mau tanggung jawab." Cerocos Melvin, tentu saja ia sedang merangkai alasan.

"Basi!"

"Lope!"

Panggilan atas nama Lope alias Lovena membuat kening Melvin berkerut. Melvin masih ingat siapa pemilik suara itu, Arrion, si anak baru.

Arrion berdiri disamping Lovena, memberikan senyuman singkat untuk Melvin, kemudian mengabaikannya.

"Lope, kantin bareng yuk."

Lovena baru akan menjawab sebelum Melvin merangkul pundaknya dan menariknya lebih merapat pada Melvin.

"Lovena bareng gue. Dan satu informasi yang harus lo tau, gue cowoknya." Diucapkan dengan begitu santai oleh Melvin, tapi Arrion dapat menangkap setiap tekanan dari setiap kata.

Arrion menatap Melvin dengan sebelah alis terangkat, seketika Arrion mengerti setuasinya sekarang. Arrion mengulum senyum geli melihat wajah judes Lovena dan tatapan tajam Melvin. Kentara sekali jika Melvin belum mengenalnya.

"Lo Melvin kan?"

"Hm."

"Gue Arrion." Arrion mengulurkan tangannya, menawarkan Melvin untuk berjabat tangan.

Melvin berdecih, mana sudi ia berjabat tangan dengan cowok yang baru saja mengajak pacarnya makan bareng, dan jangan lupa pelukan tadi pagi.

"Heh! Diajak salaman tuh." Lovena angkat bicara. Tentu saja ia tak suka melihat Arrion diabaikan.

Melvin menatap Lovena muak. Lama-lama ditendangnya juga wajah Arrion ini karena terlalu emosi melihat Lovena-nya selalu bersikap baik pada Arrion.

"Gue mau ngomong."

Tanpa basa-basi lagi, Melvin menggenggam tangan Lovena dan menariknya menjauh dari Arrion.

Arrion sama sekali tidak tersinggung, cowok itu tersenyum tipis melihat dua pasangan itu semakin menjauh.

MELOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang