# Still Jazzy's POV #
Matematika bikin aku puyeng. Dua kali remedial berturut-turut tak mendongkrak nilaiku jadi lebih baik dari sebelumnya. Aku memang lemah di bidang ilmu pasti. Belum lagi Rikas yang marah-marah mulu.
(😖 One day before 😖)
Kami berkali-kali mengulang lagu yang sama, tapi entah kenapa selalu ada yang kurang. Feel-nya nggak dapet kata Leon. Padahal Festival Musik sudah di depan mata.
"Wooy..! kalian bisa main nggak sih..?!" bentak Rikas.
"Lu Yon, udah gua bilang jangan main nada kres tetep aja... Lu Gas, busyet... lu niat mukul drum apa mukul kendang? Jazzy juga suara lu coba dimatengin dong..!"
'Mateng, emang goreng pisang biar mateng..?'
Aku jadi tambah tidak mood, apalagi aku sedang kram perut dari tadi sakit banget.
"Lo Sen, kalo permainan lo tetep gitu-gitu aja, terpaksa lo gue keluarkan..!"
Kami langsung bereaksi, terlebih Arsen yang langsung melongo. Walaupun bassist baru, Arsen tak pernah kena omel Si Rikas. Lah ini kenapa...
"Eh, lo pikir gampang nyari gantinya di waktu kita yang udah mepet? Jangan mentang-mentang lo leader lo jadi seenaknya, Arsen udah bagus nggak perlu diganti, justru lo yang harus diganti, nyadar nggak guys? sebenarnya yang bikin musik kita nggak enak tuh dari gitar nya..!" Gaston 'memuntahkan' semua yang dipendam selama ini.
BREENGG... CHESSS...!!! Rikas memukul simbal dengan keras membuat kami terlonjak. Lalu menarik kerah kaos Gaston. Untung segera dilerai oleh Leon dan Arsen. Aku hanya membekap mulut setengah shock.
"Gimana kalo kita nambah gitaris? Jadi musik kita jadi lebih ngerock gitu, setuju nggak guys?" usul Leon mendinginkan suasana.
"Boleh tuh, sorry Kas, gue masih betah main bareng kalian, please jangan suruh gue keluar ya..." kata Arsen dengan memohon.
Mataku berkaca-kaca mau menangis. Aku tak suka ada perpecahan. Cukup Sammy bassist sebelum Arsen yang pindah sekolah keluar kota.
"Cengeng banget sih lu kayak nonton drama Korea? Rocker kok mewek..?" bisik Leon di telingaku.
Bodo amat aku emang lagi dapet mau gimana lagi dan dasarnya aku emang cengeng.
Rikas memandangku sekilas dan raut wajahnya meredup seketika, mungkin hanya perasaanku.
Kemudian setelah terdiam sekian lama, akhirnya Rikas menyetujui usul Leon. Pertanyaannya, siapa gitaris baru kami selanjutnya?
(😏 Back to now 😏)
Aku sedang mendengarkan lagu lewat headset sambil menunggu pesanan bakmi goreng ketika pundakku ditowel-towel oleh seseorang.
"Lo kok ninggalin gue sih?"
Kulepaskan headset ku dan melihat Netta, teman sebangkuku berkacak pinggang. Kemudian dengan suara toa dia memesan soto ke Mbok Darmi.
"Yang sopan dikit napa..." tegurku yang hanya dibalas dengan cengengesan.
Kemudian dia meraih sebelah headset ku dan mendengarkan.
"Lo suka banget ya ama The Pirates? apa nih judulnya? minta doong..!" kata Netta.
"Run to you... tiap kali dengerin nih lagu nggak tau bawaannya gue jadi baper..." jawabku.
"He eh... apalagi Abang Ghandi ganteeng..." kata Netta lebay.
"Abang Ghandi punya gue," balasku.
Leon dan Gaston menghampiri kami dan langsung memesan dua porsi soto siapa lagi kalo bukan Mbok Darmi.
"Eh, ada ayang Netta..." goda Gaston.
Netta membuang muka pura-pura jual mahal.
"Udah Gas, lu kan udah punya Melisa.."
Netta langsung memasang wajah sejutek-juteknya. Gaston tuh emang playboy curut, tukang bikin anak orang baper trus ditinggal. Kampret memang.
"Jadi nonton kita?" tanya Leon.
"Daddy nggak ngebolehin..." jawabku yang langsung ditanggapi dengan koor teman-temanku.
"Cuman nonton doang Jazz? Daddy lo pernah muda nggak sih?" protes Leon.
"Daddy nya Jazzy emang masih muda, temen sekolahnya Pak Doni kan?" kata Gaston.
"Eeh... yang bener? pantesan pas pertama kali ketemu gue kira abangnya Jazzy," kata Leon.
Netta cuma manggut-manggut. Dulu dia malah pernah minta nomor Daddy dan sempat naksir. Bahkan bukan hanya Netta.
"Daddy lo merid umur berapa?"
"Udah ah jangan dibahas" kataku malas.
"Lagi bahas apa sih?"
Rikas datang dengan Imelda, pacar 'cabe-cabean' yang selalu menempel padanya. Tangannya bergelayut di lengan Rikas dengan erat mirip koala.
Dan Leon langsung menceritakan perihal Daddy ku yang selalu melarangku melakukan ini itu.
"Ya udah turuti aja kata bokapnya, ribet sih..." celetuk Imelda.
"Lo tetep ikut kita! nggak papa, gue yang ijinin" kata Rikas seperti biasa, bossy.
Imelda langsung menatap Rikas nggak terima.
Ada satu hal yang membuatku risih. Imelda, aku tahu dia nggak suka sama aku. Dia bahkan sering membujuk Rikas untuk menggantiku sebagai vokalis.
# Sunday # 🎥🎥
Daddy... maafin Jazzy...
tau gini tadi nggak usah ikut nonton aja...Aku sebenarnya memang tidak begitu suka film horor. Dan sekarang aku sedang berada di bangku paling pojok di bioskop. Meringkuk dengan kedua tangan menutup mata dan menjerit di setiap adegan yang ada setannya.
Film Indonesia selalu sama. Suka memberi kejutan. Pemeran hantu yang didandani cukup menyeramkan masih harus membuat sport jantung penonton dengan kemunculan tiba-tiba seperti main petak umpet. LHAAA...!!!
"Aaaa...!!" aku menjerit dan spontan memeluk orang yang berada di sebelah. Biasanya Netta yang ada di sampingku, tapi kali ini dia tidak ikut.
Wajahku memerah saat menyadari orang yang kupeluk adalah Rikas. Dan sebelum aku sempat menghindar, Rikas justru menarik kepalaku bersandar ke dada bidangnya. Demi apa?? Maksudnya apa?
Aku segera menarik diri dan mendapati mata Imelda sudah melotot kepadaku. Sedangkan Rikas santai-santai saja sambil mencomot pop corn.
🍬 🍬 🍬
Selamat menjalani tahun 2018 yaa guys...!! 🙋
🎉🎉🎉🎆🎆🎆
Semoga sukses selalu
Amiiinnn...** yamahoshi **

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet 17 again
Teen FictionJulian menyesal harus menjadi orangtua tunggal di usia yang masih sangat muda. Suatu pagi tiba-tiba dia terbangun dengan tubuh seorang remaja. Bolehkah mengubah masa lalu yang sudah terlewati?