Where did you sleep last night

116 9 9
                                    

* JULIAN *

"Anakmu udah disini Jul, nggak usah khawatir, biar dia tenang dulu. Tuh lagi di kamar ama Mira..."

Betapa leganya hatiku saat Bang Jonny menelepon. Syukurlah... yang penting dia aman.

"Aku nitip anakku ya Bang... maaf ngerepotin, salam buat Mbak Mira," kataku sambil mengusap wajahku yang sedari tadi tegang.

"Iya... iya, biasa anak ABG mah... Jangan jadiin beban pikiran, nanti lu sakit," nasehat Bang Jonny, kakak kandungku.

Gimana nggak jadi pikiran jika anakmu tiba-tiba kabur, dicari kemana-mana nggak ketemu?

"Gimana Om? Jazzy belum ketemu juga? ni temen-temen lagi nyari..." lapor salah satu teman band Jazzy yang bernama Kersen lewat telepon. Sebagai seorang ayah juga sesama laki-laki aku tahu bocah ini menyukai anakku.

"Udah ketemu kok... Makasih yaa..! Maaf merepotkan," kataku.

"Oohh... Syukurlah Oom..! Ntar Jazzy aku marahin karena udah bikin khawatir Om..."

Siapa lagi nih? Sepertinya teman band Jazzy yang lain. Suaraku di loud speak rupanya. Mungkin mereka tidak seburuk yang kukira.

Karena panik, aku tadi langsung lebay menghubungi siapa saja. Abangku, teman-teman Jazzy, Doni, bahkan Bang Satya.

Aku lalu menghubungi Bang Sat minta ijin masuk ke bengkelnya. Mungkin dengan mengutak atik motor bisa sedikit mengalihkan pikiranku. Otomotif bukan sekadar pekerjaan tapi juga hobi. Dan untunglah Bang Sat mengijinkan.

🍃 🍃 🍃

Angin berhembus kencang di luar bengkel menimbulkan hawa dingin yang mencekam. Jarum jam menunjukkan hampir pukul 12 malam. Suasana sangat sepi, hanya sesekali terdengar lolongan anjing di kejauhan. Hhh... kenapa jadi agak horor gini yah..? Kurapatkan jaketku dan kuputar musik dari handphone dengan volume minimum. Kembali kulanjutkan mengerjakan sebuah mobil sedan Eropa yang elegan.

Samar-samar kudengar deru suara motor dari kejauhan yang semakin lama semakin dekat, lalu kemudian berhenti tepat di depan bengkel. Kukira itu motor Bang Sat, ternyata bukan.

Sebuah motor Harley Davidson yang mengkilat dengan pemiliknya yang sepertinya bule. Rambutnya gondrong memakai bandana. Pakaian dan dandanannya necis abis, mengingatkanku pada vokalis Bon Jovi di era 90-an.

"Maaf Bang... kami sudah tutup..." kataku berharap orang itu bisa berbahasa Indonesia.

"Tapi motor saya agak ngadat, tolong diperiksa sebentar saja bisa?" katanya memohon.

Akhirnya aku menuruti. Segera kuperiksa moge-nya layaknya seorang dokter memeriksa pasien. Kami lalu mengobrol seputar otomotif bahkan musik yang kuputar lirih dari handphone ku. Menakjubkan, aku seakan berbincang-bincang dengan kawan lama.

"Abang kalau dilihat-lihat mirip personelnya Nirvana... Kurt Cobain..!" celetukku tanpa malu.

"Yang bunuh diri itu?" tanyanya.

"Iya..! sayang banget ya... Saya ngefans banget sama dia, waktu masih SMA dulu, saya selalu bawain lagu-lagunya pas lagi nge-band" kataku antusias.

Kemudian dia mengambil gitar listrik yang tak kusadari sedari tadi dibawanya. Dibukanya dari wadahnya yang langsung membuatku tercengang.

"Wooahh.... Itu Gibson Les Paul Goldtop 87..!"

Orang itu hanya mengedikkan bahunya. Tanpa pikir panjang segera kuambil dan kumainkan intro Smell like teen spirit. Keren... Sangat keren. Suara yang dihasilkan begitu jernih. Bagaimana bisa dia mempunyai gitar legendaris ini? Apa dia seorang musisi?

Sweet 17 againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang