# Julian POV #"Jadi boleh ya, gue ngutang dulu..?" tanyaku pada Ipung, salah satu sahabatku sejak dari SMA.
"Boleh Jul, kayak 'ma sapa aja..., hari ini lu nggak kerja?" tanya Ipung.
"Gue minta hari ini off dulu 'ma si boss , biar bisa kesini"
"Wah... demi anak ya" Ipung segera membungkus laptop baru yang sudah diidam-idamkan Jazzy.
Ipung memiliki toko elektronik yang cukup sukses, dan yang terpenting bisa dicicil pembayarannya dengan bunga ringan.
Sebenarnya aku berniat untuk membelikan barang itu bulan depan secara cash. Tapi semalam aku memarahi Jazzy yang pulang terlambat karena pergi menonton, padahal aku sudah melarang sebelumnya. Dan selanjutnya aku merasa bersalah, mungkin aku agak keterlaluan.
"Lagian Jul, anak lo udah gede, mau lo ungkep di rumah terus?" kata Ipung setelah mendengarku curhat.
"Lo tau kan pergaulan anak jaman sekarang kayak apa"
"Anak jaman sekarang, kids jaman now, dari dulu sampe besok besok juga istilah itu bakal tetep dipake sama para ortu. Kakek nenek lo juga dulu dibilang anak jaman sekarang, ha ha... Jangan sok tua lo" bantah Ipung.
"Lo belum pernah ngerasain punya anak remaja, apalagi cewek, bawaannya was was mulu"
Anak Ipung yang sulung aja baru masuk PAUD.
"Makanya cari istri dong biar ada yang ngurus Jazzy" kata Ipung lagi.
"Lo kira cari istri tu gampang, kayak beli gorengan?" bantahku yang langsung disambut tawa oleh Ipung.
"Lo kan keren, dulu aja diuber-uber ama cewek-cewek" goda Ipung, mengingatkan pada masa muda kami saat masih main band dulu.
"Ha haa... Itu dulu Pung, sekarang mana ada yang mau ama duda miskin udah punya anak perawan lagi..." kataku, dan kami sama-sama tertawa lagi.
Lalu kami bercerita tentang masa SMA kami. Ipung bahkan tidak mempedulikan pelanggan yang lain, toh sudah ada pegawainya yang melayani.
"Dan sekarang bakat lo nurun ke Jazzy ya, dia juga main band kan?" tanya Ipung.
"Bakatnya nyanyi, lebih nurun dari ibunya sih..." kataku.
Hanya sekilas kulihat Ipung menjadi canggung. Aku menghela napas sambil menerawang.
"Balik ke jaman SMA enak kali ya, nggak perlu mikir yang berat-berat..." kataku.
"Ha haa... mau minta mesin waktunya Doraemon?"
Dering ponsel ku menghentikan obrolan kami.
"Ya, saya ayahnya Jazzy... Ada apa ya buk...?"
"........."
Detik berikutnya aku membeku di tempat.
💨 💨 💨
Aku tak bisa percaya ini. Putri kecilku yang kubesarkan dengan tanganku sendiri... Setahuku dia anak yang baik dan penurut. Ah... apa ada yang kulewatkan? Apa diam-diam dia punya pacar? Bagaimana kalau dia... aakkhhh..! Aku merasa gagal menjadi orangtua.
Kumasuki ruang Bimbingan Konseling dan melihat Jazzy yang menundukkan kepala. Disitu ada beberapa guru, termasuk Doni yang memandangku dengan simpati.
"Maaf pak, hari ini kami mengadakan razia secara mendadak dan kami menemukan ini di tas anak bapak..." kata seorang guru perempuan yang sebelumnya memperkenalkan diri sebagai guru Bimbingan Konseling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet 17 again
Novela JuvenilJulian menyesal harus menjadi orangtua tunggal di usia yang masih sangat muda. Suatu pagi tiba-tiba dia terbangun dengan tubuh seorang remaja. Bolehkah mengubah masa lalu yang sudah terlewati?